Wahyana, Guru SMP Gunungkidul Yang Jadi Wasit Final Badminton Olimpiade
Guru olahraga SMP Negeri 4 Patuk Kabupaten Gunungkidul DIY, Wahyana menjadi sorotan masyarakat Indonesia khususnya penggemar bulutangkis. Pasalnya pria berusia 53 tahun ini menjadi wasit utama pertandingan final Olimpiade untuk cabang bulutangkis tunggal putri.
Wahyana diketahui memimpin laga puncak tunggal putri antara Chen Yu Fei dari China melawan Tai Tzu Ying asal Taiwan. Pertandingan ini dimenangkan oleh Chen Yu Fei dengan skor 21-18, 19-21 dan 21-18.
Selain Wahyana, ada juga Qomarul Lailiah dan Muhammad Hatta yang juga jadi wakil Indonesia di Tokyo 2020. Hanya saja, Qomarul Lailiah dan Muhammad Hatta tidak memimpin pertandingan perebutan medali emas seperti yang dilakukan Wahyana ketika wakil China, Chen Yu Fei bertemu Tai Tzu Ying asal Taiwan, Minggu (2/8).
Kepala Bidang Turnamen dan Perwasitan PBSI, Mimi Irawan mengatakan, Wahyana dan Komaruliah adalah wasit PBSI yang memiliki BWF umpire certificated.
“Wahyana itu BWF umpire certificated. Dia juga asesor wasit internasional yang ditunjuk BAC (Federasi Badminton Asia). Dia juga wasit PBSI sekaligus Kasubid Perwasitan yang dasarnya seorang guru, kepala sekolah SMP di Sleman, Yogyakarta,” kata Mimi.
Sedangkan Qomarul Lailiah merupakan seorang guru bahasa Inggris di Surabaya. Komaruliah juga memimpin beberapa pertandingan badminton di Olimpiade Tokyo. Bahkan menurut Mimi, Qomarul Lailiah dua kali terlihat tampil di TV court atau lapangan yang menggelar pertandingan untuk siaran langsung televisi.
Bagi keduanya memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020 merupakan salah satu pencapaian yang tertinggi bagi wasit Indonesia. “Ya boleh dikatakan top karier saya (memimpin final Olimpiade),” kata Wahyana.
Wahyana menjabarkan ada 36 orang wasit yang disiapkan memimpin pertandingan Olimpiade cabang bulutangkis. Dari 36 orang ini 11 diketahui berasal dari Asia.
Warga Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman ini mengaku memimpin sebuah pertandingan final adalah kebanggaan tersendiri. Terlebih untuk memimpin final diharuskan benar-benar sosok yang terbaik dan berkompeten.
“Tentu ada sebuah kebanggaan tersendiri, sebab dalam final itu hanya dicari wasit terbaik dari seluruh yang ada. Alhamdulillah,” ucap Wahyana.
Karier menjadi wasit Wahyana diawali menjadi hakim garis dari tahun 1998 sampai 2000 diberbagai pertandingan. Setelahnya Wahyana pun mengikuti ujian kompetensi wasit tingkat DIY. Di level ini Wahyana menjadi yang terbaik dan berlanjut ke level nasional.
Di tingkat nasional A dia mendapatkan capaian terbaik. Kemudian dikirim mengikuti Asia Accreditation di Kuala Lumpur pada tahun 2006 silam. Lanjut lagi Asia Certification di Johor. Ia adalah wasit internasional senior di Indonesia. Wahyana lulus ujian akreditasi wasit tingkat Asia pada 2006 di Kuala Lumpur.
Sedangkan BWF Accreditation atau lisensi tertinggi untuk wasit diraihnya pada 2012. Dalam daftar wasit dunia (BWF) ada empat nama asal Indonesia. Wahyana memegang kualifikasi tertinggi (wasit tersertifikasi) dengan lisensi yang berlaku hingga 2022.
Di kategori sama ada nama Qomarul Lailiah (hingga 2032). Selain itu ada Robbertus Tommy Oscariano dan Abdul Latif Jaohari dalam kategori wasit terakreditasi. [WUR]
]]> Guru olahraga SMP Negeri 4 Patuk Kabupaten Gunungkidul DIY, Wahyana menjadi sorotan masyarakat Indonesia khususnya penggemar bulutangkis. Pasalnya pria berusia 53 tahun ini menjadi wasit utama pertandingan final Olimpiade untuk cabang bulutangkis tunggal putri.
Wahyana diketahui memimpin laga puncak tunggal putri antara Chen Yu Fei dari China melawan Tai Tzu Ying asal Taiwan. Pertandingan ini dimenangkan oleh Chen Yu Fei dengan skor 21-18, 19-21 dan 21-18.
Selain Wahyana, ada juga Qomarul Lailiah dan Muhammad Hatta yang juga jadi wakil Indonesia di Tokyo 2020. Hanya saja, Qomarul Lailiah dan Muhammad Hatta tidak memimpin pertandingan perebutan medali emas seperti yang dilakukan Wahyana ketika wakil China, Chen Yu Fei bertemu Tai Tzu Ying asal Taiwan, Minggu (2/8).
Kepala Bidang Turnamen dan Perwasitan PBSI, Mimi Irawan mengatakan, Wahyana dan Komaruliah adalah wasit PBSI yang memiliki BWF umpire certificated.
“Wahyana itu BWF umpire certificated. Dia juga asesor wasit internasional yang ditunjuk BAC (Federasi Badminton Asia). Dia juga wasit PBSI sekaligus Kasubid Perwasitan yang dasarnya seorang guru, kepala sekolah SMP di Sleman, Yogyakarta,” kata Mimi.
Sedangkan Qomarul Lailiah merupakan seorang guru bahasa Inggris di Surabaya. Komaruliah juga memimpin beberapa pertandingan badminton di Olimpiade Tokyo. Bahkan menurut Mimi, Qomarul Lailiah dua kali terlihat tampil di TV court atau lapangan yang menggelar pertandingan untuk siaran langsung televisi.
Bagi keduanya memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020 merupakan salah satu pencapaian yang tertinggi bagi wasit Indonesia. “Ya boleh dikatakan top karier saya (memimpin final Olimpiade),” kata Wahyana.
Wahyana menjabarkan ada 36 orang wasit yang disiapkan memimpin pertandingan Olimpiade cabang bulutangkis. Dari 36 orang ini 11 diketahui berasal dari Asia.
Warga Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman ini mengaku memimpin sebuah pertandingan final adalah kebanggaan tersendiri. Terlebih untuk memimpin final diharuskan benar-benar sosok yang terbaik dan berkompeten.
“Tentu ada sebuah kebanggaan tersendiri, sebab dalam final itu hanya dicari wasit terbaik dari seluruh yang ada. Alhamdulillah,” ucap Wahyana.
Karier menjadi wasit Wahyana diawali menjadi hakim garis dari tahun 1998 sampai 2000 diberbagai pertandingan. Setelahnya Wahyana pun mengikuti ujian kompetensi wasit tingkat DIY. Di level ini Wahyana menjadi yang terbaik dan berlanjut ke level nasional.
Di tingkat nasional A dia mendapatkan capaian terbaik. Kemudian dikirim mengikuti Asia Accreditation di Kuala Lumpur pada tahun 2006 silam. Lanjut lagi Asia Certification di Johor. Ia adalah wasit internasional senior di Indonesia. Wahyana lulus ujian akreditasi wasit tingkat Asia pada 2006 di Kuala Lumpur.
Sedangkan BWF Accreditation atau lisensi tertinggi untuk wasit diraihnya pada 2012. Dalam daftar wasit dunia (BWF) ada empat nama asal Indonesia. Wahyana memegang kualifikasi tertinggi (wasit tersertifikasi) dengan lisensi yang berlaku hingga 2022.
Di kategori sama ada nama Qomarul Lailiah (hingga 2032). Selain itu ada Robbertus Tommy Oscariano dan Abdul Latif Jaohari dalam kategori wasit terakreditasi. [WUR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .