
Vaksinasi Covid-19 Bikin Rupiah Makin Bersinar
Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis 0,02 persen ke level Rp 14.082 per dolar AS dibandingkan perdagangan kemarin di level Rp 14.085.
Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia yaitu dolar Singapura naik 0,06 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, dan won Korea Selatan naik 0,39 persen.
Indeks dolar AS berada di posisi 90,176, angka ini melemah dari posisi sebelumnya 90,8. Sementara mata uang Garuda terhadap euro melemah 0,55 persen ke level Rp 17.129, terhadap dolar Australia minus 0,53 persen ke level Rp 11.215 dan terhadap yuan China juga melemah 0,69 persen ke level Rp 2.183.
Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra melihat, sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat meninggi dengan penguatan indeks saham Asia yang mengikuti kenaikan besar indeks saham AS. Hal ini akibat imbas dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell di hadapan komite jasa keuangan DPR AS bahwa target inflasi mungkin baru akan tercapai 3 tahun lagi, dan ditanggapi positif oleh market.
“The Fed masih akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter,” katanya, Kamis (25/2).
Selain itu, program vaksinasi global juga bisa membantu penguatan sentimen aset berisiko hari ini. Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS dengan alasan-alasan tersebut.
Namun, penguatan rupiah bisa tertahan karena kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor jangka panjang yang mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mencatat level tertinggi di 1,43 persen sejak Februari 2020.
Menurutnya, kenaikan tingkat imbal hasil ini masih karena respon pasar terhadap outlook kenaikan inflasi dengan membanjirnya stimulus di AS. “Potensi pergerakan rupiah hari ini masih menguat tipis di kisaran Rp 14.050-Rp 14.100 per dolar AS,” ucapnya. [DWI]
]]> Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis 0,02 persen ke level Rp 14.082 per dolar AS dibandingkan perdagangan kemarin di level Rp 14.085.
Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia yaitu dolar Singapura naik 0,06 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, dan won Korea Selatan naik 0,39 persen.
Indeks dolar AS berada di posisi 90,176, angka ini melemah dari posisi sebelumnya 90,8. Sementara mata uang Garuda terhadap euro melemah 0,55 persen ke level Rp 17.129, terhadap dolar Australia minus 0,53 persen ke level Rp 11.215 dan terhadap yuan China juga melemah 0,69 persen ke level Rp 2.183.
Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra melihat, sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat meninggi dengan penguatan indeks saham Asia yang mengikuti kenaikan besar indeks saham AS. Hal ini akibat imbas dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell di hadapan komite jasa keuangan DPR AS bahwa target inflasi mungkin baru akan tercapai 3 tahun lagi, dan ditanggapi positif oleh market.
“The Fed masih akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter,” katanya, Kamis (25/2).
Selain itu, program vaksinasi global juga bisa membantu penguatan sentimen aset berisiko hari ini. Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS dengan alasan-alasan tersebut.
Namun, penguatan rupiah bisa tertahan karena kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor jangka panjang yang mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mencatat level tertinggi di 1,43 persen sejak Februari 2020.
Menurutnya, kenaikan tingkat imbal hasil ini masih karena respon pasar terhadap outlook kenaikan inflasi dengan membanjirnya stimulus di AS. “Potensi pergerakan rupiah hari ini masih menguat tipis di kisaran Rp 14.050-Rp 14.100 per dolar AS,” ucapnya. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .