
Urus Pandemi, Longsor, Banjir, Gempa Doni Nggak Ada Capeknya
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo punya pekerjaan ekstra berat. Selama setahun lebih, dia berjibaku menjadi “panglima” dalam penanganan Pandemi Covid-19. Di saat yang sama, dia juga harus menguras tenaga untuk mengurusi penanganan bencana seperti longsor, banjir, dan juga gempa bumi. Dengan seabrek bencana yang dihadapi, Doni tak pernah ngeluh, juga kelihatan tak ada capeknya.
Saat ini, Doni “dapat pekerjaan baru”. Dia harus mengurus penanganan bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Bukannya lelah, Doni justru semakin semangat. Ia memilih turun langsung ke lokasi bencana daripada hanya memantau kerja anak buah dari belakang meja.
Kemarin pagi, dia sudah tiba di NTT. Doni tampil agak beda. Biasanya, dia tampil dengan gaya khas: kemeja putih dibalut rompi cokelat BNPB. Kali ini, dia tambah dengan jaket hitam lengan panjang. Ini dilakukan untuk menahan dinginnya udara NTT yang diterjang badai, longsor dan banjir bandang lahar dingin.
Doni sebenarnya mau berangkat ke NTT pada Minggu malam. Saat itu, dia sudah meluncur ke Bandara Halim Perdanakusuma. Namun, rencana itu batal. Sebab, penerbangan tidak memungkinkan. Saat itu, cuaca ekstrim masih menerjang NTT. Penerbangan pun ditunda menjadi pukul 5 pagi kemarin, dengan menggunakan pesawat ATR 72-500. Doni dan rombongan tiba di NTT sekitar pukul 10.30 WITA.
“Semalam sudah merencanakan untuk terbang secepat mungkin kemari, tapi dari penerbangan mengatakan tidak bisa,” ungkap Doni, setibanya di Bandara Frans Seda Maumere, NTT, kemarin.
Setelah transit sebentar, eks Danjen Kopassus itu awalnya akan langsung terbang ke Larantuka, Flores Timur, salah satu lokasi terparah dihantam banjir. Tapi, lagi-lagi cuaca tak bersahabat. Ia tak bisa ke sana menggunakan pesawat.
Dihalang demikian, Doni tak kehilangan akal. Ia tetap ngotot menembus lokasi bencana dengan segera. “Kita putuskan menggunakan rute jalur darat,” tegasnya.
Ke Larantuka memang masih bisa ditembus via darat. Tiba di sana, Doni langsung melakukan koordinasi dengan pejabat setempat di Kantor Bupati Flores Timur. Dalam rapat itu, ada sejumlah keputusan yang diambil. Salah satunya, Doni akan mengerahkan 3 helikopter. Dua heli untuk mengangkut logistik dan tenaga medis. Satunya lagi buat mengakomodir warga yang butuh pertolongan darurat.
Heli sangat mendesak dibutuhkan. Sebab, beberapa desa terisolir setelah akses transportasi daratnya terputus akibat diterjang banjir dan longsor. “Kita sudah memerintahkan untuk mengirimkan helikopter,” jelasnya.
Selain itu, Doni juga melakukan koordinasi dengan TNI-Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemda setempat dan tim gabungan lainnya untuk segera mengirimkan alat berat guna proses evakuasi terhadap korban yang tertimbun lumpur. Selesai rapat itu, Doni hendak langsung ke Pulau Adonara. Sayangnya, Doni harus mengurungkan niatnya. Sebab, gelombang laut cukup tinggi. Rencananya, dia akan berangkat hari ini.
Pulau Adonara menjadi lokasi terparah yang dihantam banjir bandang. Hingga tadi malam, berdasarkan data Basarnas, 69 orang ditemukan meninggal dunia. Dari total 84 korban jiwa yang terdata di seluruh NTT. Selain itu, 71 orang juga dinyatakan masih hilang.
Dari rilis BNPB, Doni tidak datang dengan tangan kosong. Ia turut membawa logistik dengan pesawatnya dari Jakarta. Ada makanan siap saji sebanyak 1.002 paket, makanan tambahan gizi 1.002 paket, makanan lauk pauk 1.002 paket, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, alat tes cepat antigen 10.000 unit, masker kain 1.000 lembar dan masker medis 1.000 lembar.
Kondisi NTT memang sedang tidak baik-baik saja. Anggota DPR asal NTT Melkiades Laka Lena, yang sedang berada di Kupang, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana dahsyatnya bencana yang menghantam daerahnya dari berbagai penjuru. Mulai dari laut, daratan, gunung, dan udara.
“Saya lihat kapal-kapal ada yang tenggelam. Kapal yang besar-besar ya. Juga kapal-kapal kecil nelayan,” kata Melki, lewat pesan suara kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Saat berbicara itu pun, ungkapnya, badai masih terjadi.
Di tengah kesusahan itu, ia lega melihat Doni langsung turun ke lokasi. Wakil Ketua Komisi IX DPR itu mengapresiasi dedikasi Doni. Ia melihat, jenderal TNI bintang tiga itu sangat serius menjalankan amanah Presiden Jokowi.
“Apresiasi buat Pak Doni. Dedikasi Pak Doni memberi pesan kehadiran negara dalam berbagai bencana alam dan non alam, nyata terlihat oleh masyarakat,” sambungnya.
Lalu, bagaimana nasib penanganan pandemi Covid-19 di tengah maraknya bencana? Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono menyarankan, di tengah maraknya bencana alam, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lebih dominan mengambil peran dalam penanganan pandemi. Tidak sepenuhnya dibebankan ke Doni. Agar penanganan pandemi lebih optimal. [SAR]
]]> Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo punya pekerjaan ekstra berat. Selama setahun lebih, dia berjibaku menjadi “panglima” dalam penanganan Pandemi Covid-19. Di saat yang sama, dia juga harus menguras tenaga untuk mengurusi penanganan bencana seperti longsor, banjir, dan juga gempa bumi. Dengan seabrek bencana yang dihadapi, Doni tak pernah ngeluh, juga kelihatan tak ada capeknya.
Saat ini, Doni “dapat pekerjaan baru”. Dia harus mengurus penanganan bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Bukannya lelah, Doni justru semakin semangat. Ia memilih turun langsung ke lokasi bencana daripada hanya memantau kerja anak buah dari belakang meja.
Kemarin pagi, dia sudah tiba di NTT. Doni tampil agak beda. Biasanya, dia tampil dengan gaya khas: kemeja putih dibalut rompi cokelat BNPB. Kali ini, dia tambah dengan jaket hitam lengan panjang. Ini dilakukan untuk menahan dinginnya udara NTT yang diterjang badai, longsor dan banjir bandang lahar dingin.
Doni sebenarnya mau berangkat ke NTT pada Minggu malam. Saat itu, dia sudah meluncur ke Bandara Halim Perdanakusuma. Namun, rencana itu batal. Sebab, penerbangan tidak memungkinkan. Saat itu, cuaca ekstrim masih menerjang NTT. Penerbangan pun ditunda menjadi pukul 5 pagi kemarin, dengan menggunakan pesawat ATR 72-500. Doni dan rombongan tiba di NTT sekitar pukul 10.30 WITA.
“Semalam sudah merencanakan untuk terbang secepat mungkin kemari, tapi dari penerbangan mengatakan tidak bisa,” ungkap Doni, setibanya di Bandara Frans Seda Maumere, NTT, kemarin.
Setelah transit sebentar, eks Danjen Kopassus itu awalnya akan langsung terbang ke Larantuka, Flores Timur, salah satu lokasi terparah dihantam banjir. Tapi, lagi-lagi cuaca tak bersahabat. Ia tak bisa ke sana menggunakan pesawat.
Dihalang demikian, Doni tak kehilangan akal. Ia tetap ngotot menembus lokasi bencana dengan segera. “Kita putuskan menggunakan rute jalur darat,” tegasnya.
Ke Larantuka memang masih bisa ditembus via darat. Tiba di sana, Doni langsung melakukan koordinasi dengan pejabat setempat di Kantor Bupati Flores Timur. Dalam rapat itu, ada sejumlah keputusan yang diambil. Salah satunya, Doni akan mengerahkan 3 helikopter. Dua heli untuk mengangkut logistik dan tenaga medis. Satunya lagi buat mengakomodir warga yang butuh pertolongan darurat.
Heli sangat mendesak dibutuhkan. Sebab, beberapa desa terisolir setelah akses transportasi daratnya terputus akibat diterjang banjir dan longsor. “Kita sudah memerintahkan untuk mengirimkan helikopter,” jelasnya.
Selain itu, Doni juga melakukan koordinasi dengan TNI-Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemda setempat dan tim gabungan lainnya untuk segera mengirimkan alat berat guna proses evakuasi terhadap korban yang tertimbun lumpur. Selesai rapat itu, Doni hendak langsung ke Pulau Adonara. Sayangnya, Doni harus mengurungkan niatnya. Sebab, gelombang laut cukup tinggi. Rencananya, dia akan berangkat hari ini.
Pulau Adonara menjadi lokasi terparah yang dihantam banjir bandang. Hingga tadi malam, berdasarkan data Basarnas, 69 orang ditemukan meninggal dunia. Dari total 84 korban jiwa yang terdata di seluruh NTT. Selain itu, 71 orang juga dinyatakan masih hilang.
Dari rilis BNPB, Doni tidak datang dengan tangan kosong. Ia turut membawa logistik dengan pesawatnya dari Jakarta. Ada makanan siap saji sebanyak 1.002 paket, makanan tambahan gizi 1.002 paket, makanan lauk pauk 1.002 paket, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, alat tes cepat antigen 10.000 unit, masker kain 1.000 lembar dan masker medis 1.000 lembar.
Kondisi NTT memang sedang tidak baik-baik saja. Anggota DPR asal NTT Melkiades Laka Lena, yang sedang berada di Kupang, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana dahsyatnya bencana yang menghantam daerahnya dari berbagai penjuru. Mulai dari laut, daratan, gunung, dan udara.
“Saya lihat kapal-kapal ada yang tenggelam. Kapal yang besar-besar ya. Juga kapal-kapal kecil nelayan,” kata Melki, lewat pesan suara kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Saat berbicara itu pun, ungkapnya, badai masih terjadi.
Di tengah kesusahan itu, ia lega melihat Doni langsung turun ke lokasi. Wakil Ketua Komisi IX DPR itu mengapresiasi dedikasi Doni. Ia melihat, jenderal TNI bintang tiga itu sangat serius menjalankan amanah Presiden Jokowi.
“Apresiasi buat Pak Doni. Dedikasi Pak Doni memberi pesan kehadiran negara dalam berbagai bencana alam dan non alam, nyata terlihat oleh masyarakat,” sambungnya.
Lalu, bagaimana nasib penanganan pandemi Covid-19 di tengah maraknya bencana? Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono menyarankan, di tengah maraknya bencana alam, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lebih dominan mengambil peran dalam penanganan pandemi. Tidak sepenuhnya dibebankan ke Doni. Agar penanganan pandemi lebih optimal. [SAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .