Uang Beredar Pada Maret 2021 Capai Rp 6.888 T

Bank Indonesia mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2021 melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Meski begitu masih tumbuh positif. 

Posisi M2 pada Maret 2021 sebesar Rp 6.888,0 triliun atau tumbuh sebesar 6,9 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,3 persen (yoy). 

“Perlambatan tersebut terjadi pada seluruh komponennya yaitu uang beredar sempit (M1), uang kuasi, dan surat berharga selain saham,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono, Jumat (23/4).

Pertumbuhan M1 pada Maret 2021 sebesar 10,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,6 persen (yoy). Pertumbuhan uang kuasi juga melambat, dari sebesar 9,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 5,9 persen (yoy) pada Maret 2021.

Menurut Erwin, perambatan uang beredar pada Maret 2021 turut dipengaruhi oleh realisasi tahun sebelumnya (base effect) berupa tingginya pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 12,1 persen.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 pada Maret 2021 terutama dipengaruhi oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih, perlambatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat, serta penurunan kredit.

Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 7,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2021 sebesar 11,5 persen (yoy). Demikian pula pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat sebesar 42,0 persen (yoy), lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 50,8 persen (yoy). 

“Selain itu, pertumbuhan kredit terkontraksi 4,0 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi 2,3 persen (yoy) pada Februari 2021,” tukasnya. [DIT]

]]> Bank Indonesia mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2021 melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Meski begitu masih tumbuh positif. 

Posisi M2 pada Maret 2021 sebesar Rp 6.888,0 triliun atau tumbuh sebesar 6,9 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,3 persen (yoy). 

“Perlambatan tersebut terjadi pada seluruh komponennya yaitu uang beredar sempit (M1), uang kuasi, dan surat berharga selain saham,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono, Jumat (23/4).

Pertumbuhan M1 pada Maret 2021 sebesar 10,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,6 persen (yoy). Pertumbuhan uang kuasi juga melambat, dari sebesar 9,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 5,9 persen (yoy) pada Maret 2021.

Menurut Erwin, perambatan uang beredar pada Maret 2021 turut dipengaruhi oleh realisasi tahun sebelumnya (base effect) berupa tingginya pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 12,1 persen.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 pada Maret 2021 terutama dipengaruhi oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih, perlambatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat, serta penurunan kredit.

Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 7,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2021 sebesar 11,5 persen (yoy). Demikian pula pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat sebesar 42,0 persen (yoy), lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 50,8 persen (yoy). 

“Selain itu, pertumbuhan kredit terkontraksi 4,0 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi 2,3 persen (yoy) pada Februari 2021,” tukasnya. [DIT]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories