Terancam Stop Beroperasi Omset 20 Ribu Warteg Anjlok Hingga 90 Persen

Pelaku usaha warung tegal (warteg) di Jabodetabek sedang merana akibat pandemi Corona. Omset mereka merosot hingga 90 persen.

Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Dia bilang, sebanyak 20.000 warteg di Jabodetabek terancam stop beroperasi.

“Mari kita saling menolong. Jajan di warteg supaya omset mereka naik,” kicau Wagub Riza di akun twitternya, kemarin.

Menurut Ariza, Jakarta merupakan salah satu surga kuliner di Tanah Air. Aneka kuliner dari Aceh sampai Papua ada di Ibu Kota.

“Mari kita membeli berbagai kuliner nusantara dan membantu mempromosikannya dengan kreativitas kita masing-masing. Terima kasih kami haturkan kepada banyak pengguna media sosial dan pembuat konten yang sudah melakukannya,” sambungnya.

Dalam cuitannya, Riza memperlihatkan dirinya bersama Gubernur Anies Baswedan sedang makan nasi Kapau di Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (10/2), malam.

Dia berharap, masyarakat bisa mengikutinya langkahnya mempromosikan kuliner Nusantara.

Politisi Partai Gerindra ini mengungkapkan, banyak kebiasaan baik yang biasa dilakukan masyarakat untuk mendukung pelaku usaha kuliner. Seperti, merekomendasi tempat kuliner, dengan menginformasikan harga, rasa, layanan kebersihan hingga keunikan.

“Budaya seperti itu mesti terus dihidupkan. Berbagi cerita di media sosial tentang kuliner yang maknyus. Ini sangat membantu bisnis kuliner,” katanya.

Sebelumnya, Paguyuban Pedagang Warung Tegal dan Kaki Lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawa Karta) memperkirakan ada sekitar 1.000 pedagang warteg di Jabodetabek, gulung tikar, setahun terakhir. Mereka terpaksa pulang kampung karena terus merugi.

Koordinator Pandawa Karta, Puji Hartoyo mengungkapkan, kini ada 20 ribuan pedagang warteg di Jakarta terancam bangkrut. Sebab, omset penjualan mereka menurun drastis sampai 90 persen. Pada saat bersamaan mereka harus membayar sewa kontrak dan pegawai.

 

“Bisa belanja sehari-hari dan membayar sewa saja sudah bersyukur,” katanya.

Puji mengungkapkan, kondisi yang dialami para pedagang warteg saat ini lebih berat dibandingkan krisis ekonomi tahun 1998. Saat itu, para pedagang bisa bertahan, bahkan berkembang.

“Kami telah melewati banyak kondisi sulit. Saat ini jauh lebih berat,” sambungnya.

Pihaknya sempat berharap pada skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Namun ternyata persyaratannya cukup rumit sehingga sebagian besar pengusaha warteg kesulitan untuk mengaksesnya.

Selain itu, lanjutnya, untuk mengakses bantuan modal melalui lembaga keuangan formal juga rumit.

“Ada Beberapa persyaratan administratif yang menyulitkan kami di lapangan,” keluh Puji.

Anggota DPR dari Dapil Jakarta III, Darmadi Durianto mengaku, prihatin terhadap nasib pengusaha warteg. “Saya getir mendengarnya,” ujarnya.

Darmadi meminta, pemerintah terutama Kementerian Koperasi dan UMKM untuk tidak menutup mata dan telinga dengan kondisi ini.

“Kalau menyangkut persoalan hajat hidup orang banyak mesti segera diselesaikan dan dibantu. Jangan pasif dan jangan abai,” pintanya.

Menurut politisi PDI Perjuangan itu, ada sejumlah solusi yang dapat diambil pemerintah dalam menyelamatkan ribuan para pelaku usaha warteg yang terancam gulung tikar ini. Antara lain, dengan memberikan akses permodalan dengan skala prioritas bagi UMKM seperti warteg. Selain itu, melibatkan pelaku usaha warteg dalam kegiatan pemerintahan, seperti, menjadikan mereka rekanan katering. [OSP]

]]> Pelaku usaha warung tegal (warteg) di Jabodetabek sedang merana akibat pandemi Corona. Omset mereka merosot hingga 90 persen.

Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Dia bilang, sebanyak 20.000 warteg di Jabodetabek terancam stop beroperasi.

“Mari kita saling menolong. Jajan di warteg supaya omset mereka naik,” kicau Wagub Riza di akun twitternya, kemarin.

Menurut Ariza, Jakarta merupakan salah satu surga kuliner di Tanah Air. Aneka kuliner dari Aceh sampai Papua ada di Ibu Kota.

“Mari kita membeli berbagai kuliner nusantara dan membantu mempromosikannya dengan kreativitas kita masing-masing. Terima kasih kami haturkan kepada banyak pengguna media sosial dan pembuat konten yang sudah melakukannya,” sambungnya.

Dalam cuitannya, Riza memperlihatkan dirinya bersama Gubernur Anies Baswedan sedang makan nasi Kapau di Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (10/2), malam.

Dia berharap, masyarakat bisa mengikutinya langkahnya mempromosikan kuliner Nusantara.

Politisi Partai Gerindra ini mengungkapkan, banyak kebiasaan baik yang biasa dilakukan masyarakat untuk mendukung pelaku usaha kuliner. Seperti, merekomendasi tempat kuliner, dengan menginformasikan harga, rasa, layanan kebersihan hingga keunikan.

“Budaya seperti itu mesti terus dihidupkan. Berbagi cerita di media sosial tentang kuliner yang maknyus. Ini sangat membantu bisnis kuliner,” katanya.

Sebelumnya, Paguyuban Pedagang Warung Tegal dan Kaki Lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawa Karta) memperkirakan ada sekitar 1.000 pedagang warteg di Jabodetabek, gulung tikar, setahun terakhir. Mereka terpaksa pulang kampung karena terus merugi.

Koordinator Pandawa Karta, Puji Hartoyo mengungkapkan, kini ada 20 ribuan pedagang warteg di Jakarta terancam bangkrut. Sebab, omset penjualan mereka menurun drastis sampai 90 persen. Pada saat bersamaan mereka harus membayar sewa kontrak dan pegawai.

 

“Bisa belanja sehari-hari dan membayar sewa saja sudah bersyukur,” katanya.

Puji mengungkapkan, kondisi yang dialami para pedagang warteg saat ini lebih berat dibandingkan krisis ekonomi tahun 1998. Saat itu, para pedagang bisa bertahan, bahkan berkembang.

“Kami telah melewati banyak kondisi sulit. Saat ini jauh lebih berat,” sambungnya.

Pihaknya sempat berharap pada skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Namun ternyata persyaratannya cukup rumit sehingga sebagian besar pengusaha warteg kesulitan untuk mengaksesnya.

Selain itu, lanjutnya, untuk mengakses bantuan modal melalui lembaga keuangan formal juga rumit.

“Ada Beberapa persyaratan administratif yang menyulitkan kami di lapangan,” keluh Puji.

Anggota DPR dari Dapil Jakarta III, Darmadi Durianto mengaku, prihatin terhadap nasib pengusaha warteg. “Saya getir mendengarnya,” ujarnya.

Darmadi meminta, pemerintah terutama Kementerian Koperasi dan UMKM untuk tidak menutup mata dan telinga dengan kondisi ini.

“Kalau menyangkut persoalan hajat hidup orang banyak mesti segera diselesaikan dan dibantu. Jangan pasif dan jangan abai,” pintanya.

Menurut politisi PDI Perjuangan itu, ada sejumlah solusi yang dapat diambil pemerintah dalam menyelamatkan ribuan para pelaku usaha warteg yang terancam gulung tikar ini. Antara lain, dengan memberikan akses permodalan dengan skala prioritas bagi UMKM seperti warteg. Selain itu, melibatkan pelaku usaha warteg dalam kegiatan pemerintahan, seperti, menjadikan mereka rekanan katering. [OSP]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories