Survei IDM: Pepet PDIP, Golkar Kian Moncer Jelang Pemilu 2024
Partai Golkar terus menunjukkan kelasnya. Setelah sempat berada di bawah PDIP, Demokrat dan Gerindra, kini partai berlambang pohon beringin tersebut mulai melesat di posisi kedua, di bawah PDIP.
Selama ini, partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto itu konsisten menjadi partai besar di Indonesia dan tak pernah terlempar dari posisi tiga besar dalam setiap pemilu di Indonesia.
Partai Golkar punya kader yang militan dan secara tradisional selalu memiliki pendukung yang setia di berbagai daerah. Hal tersebut merupakan hasil survei terbaru yang dirilis Indonesia Development Monitoring (IDM) pada Rabu (24/3) kemarin.
Direktur Eksekutif IDM, Fahmi Hafel menjelaskan, dalam pertanyaan terbuka atau top of mind, ada sekitar 14,7 persen responden yang mengaku akan memilih PDIP. Nah, Golkar, berada di posisi kedua dipilih sekitar 13,90 persen responden. Sementara Gerindra, di posisi ketiga dengan raihan 9,20 persen.
Disusul PKB 5,9 persen, Nasdem 5,20 persen, PKS 4,40 persen, PPP 3,20 persen, Demokrat 2,90 persen, Perindo 2,8 persen, PAN 2,6 persen dan PSI 2,1 persen. “Sisanya kurang dari 2 persen. Sementara yang tidak memilih 27,9 persen,” ujarnya, dalam siaran pers, Kamis (25/3).
Posisi serupa juga masih terlihat saat responden ditanya secara tertutup mengenai partai pilihan jika pileg digelar.
Partai banteng moncong putih dipilih oleh 17,1 persen, disusul Golkar (16,4 persen), Gerindra (9,9 persen), PKB (7,5 persen), Nasdem (6,8 persen), dan PKS (5,1 persen).
Selanjutnya adalah Demokrat (3,6 persen), PPP (3,1 persen), PAN (3,1 persen), Hanura (2,9 persen), PSI (2,4 persen), Perindo (1,9 persen), PBB (1,6 persen), Garuda (1,1 persen), Berkarya (0,4 persen) dan yang belum memilih sebanyak 17,1 persen.
Berdasarkan data di atas, Helmi mengatakan, rakyat Indonesia percaya masih percaya, pemerintah bisa membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Asumsi bahwa rakyat secara umum tidak puas dengan kinerja pemerintah dan tidak yakin pemerintah akan mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat Covid-19 ini, secara empiris tidak terbukti.
“Buktinya, tingkat elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Golkar yang justru meningkat dibandingkan survei IDM Januari 2021,” terangnya.
Dibandingkan survei pada bulan lalu itu, PDIP mengalami kenaikan dari 16,7 persen menjadi 17,1 persen. Sementara Partai Golkar dari 16,1 persen menjadi 16,4 persen, begitu juga Partai Gerindra dari 5,2 persen naik menjadi 9,9 persen dan menduduki urutan ketiga.
Di lain sisi, survei ini merekam, Partai Demokrat mendapat guncangan hebat dalam beberapa bulan terakhir sehingga menyebabkan elektabilitasnya anjlok, dari angka 11,6 persen di bulan Januari, menjadi 3,6 persen.
“Ini akibat dampak dari KLB Partai Demokrat yang membuat status kepengurusan Partai Demokrat menjadi dualisme dan membuat masyarakat ragu untuk memberikan pilihan,” beber Helmi.
Survei ini digelar pada 4 hingga 15 Maret 2021 dengan metode wawancara lewat telepon sebanyak tiga kali dengan jumlah sampel 2.180 warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih jika pemilu digelar hari ini.
Mereka berada di rentang usia 20 hingga 54 tahun di semua kelas sosial ekonomi. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,1 persen. [QAR]
]]> Partai Golkar terus menunjukkan kelasnya. Setelah sempat berada di bawah PDIP, Demokrat dan Gerindra, kini partai berlambang pohon beringin tersebut mulai melesat di posisi kedua, di bawah PDIP.
Selama ini, partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto itu konsisten menjadi partai besar di Indonesia dan tak pernah terlempar dari posisi tiga besar dalam setiap pemilu di Indonesia.
Partai Golkar punya kader yang militan dan secara tradisional selalu memiliki pendukung yang setia di berbagai daerah. Hal tersebut merupakan hasil survei terbaru yang dirilis Indonesia Development Monitoring (IDM) pada Rabu (24/3) kemarin.
Direktur Eksekutif IDM, Fahmi Hafel menjelaskan, dalam pertanyaan terbuka atau top of mind, ada sekitar 14,7 persen responden yang mengaku akan memilih PDIP. Nah, Golkar, berada di posisi kedua dipilih sekitar 13,90 persen responden. Sementara Gerindra, di posisi ketiga dengan raihan 9,20 persen.
Disusul PKB 5,9 persen, Nasdem 5,20 persen, PKS 4,40 persen, PPP 3,20 persen, Demokrat 2,90 persen, Perindo 2,8 persen, PAN 2,6 persen dan PSI 2,1 persen. “Sisanya kurang dari 2 persen. Sementara yang tidak memilih 27,9 persen,” ujarnya, dalam siaran pers, Kamis (25/3).
Posisi serupa juga masih terlihat saat responden ditanya secara tertutup mengenai partai pilihan jika pileg digelar.
Partai banteng moncong putih dipilih oleh 17,1 persen, disusul Golkar (16,4 persen), Gerindra (9,9 persen), PKB (7,5 persen), Nasdem (6,8 persen), dan PKS (5,1 persen).
Selanjutnya adalah Demokrat (3,6 persen), PPP (3,1 persen), PAN (3,1 persen), Hanura (2,9 persen), PSI (2,4 persen), Perindo (1,9 persen), PBB (1,6 persen), Garuda (1,1 persen), Berkarya (0,4 persen) dan yang belum memilih sebanyak 17,1 persen.
Berdasarkan data di atas, Helmi mengatakan, rakyat Indonesia percaya masih percaya, pemerintah bisa membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Asumsi bahwa rakyat secara umum tidak puas dengan kinerja pemerintah dan tidak yakin pemerintah akan mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat Covid-19 ini, secara empiris tidak terbukti.
“Buktinya, tingkat elektabilitas PDI Perjuangan dan Partai Golkar yang justru meningkat dibandingkan survei IDM Januari 2021,” terangnya.
Dibandingkan survei pada bulan lalu itu, PDIP mengalami kenaikan dari 16,7 persen menjadi 17,1 persen. Sementara Partai Golkar dari 16,1 persen menjadi 16,4 persen, begitu juga Partai Gerindra dari 5,2 persen naik menjadi 9,9 persen dan menduduki urutan ketiga.
Di lain sisi, survei ini merekam, Partai Demokrat mendapat guncangan hebat dalam beberapa bulan terakhir sehingga menyebabkan elektabilitasnya anjlok, dari angka 11,6 persen di bulan Januari, menjadi 3,6 persen.
“Ini akibat dampak dari KLB Partai Demokrat yang membuat status kepengurusan Partai Demokrat menjadi dualisme dan membuat masyarakat ragu untuk memberikan pilihan,” beber Helmi.
Survei ini digelar pada 4 hingga 15 Maret 2021 dengan metode wawancara lewat telepon sebanyak tiga kali dengan jumlah sampel 2.180 warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih jika pemilu digelar hari ini.
Mereka berada di rentang usia 20 hingga 54 tahun di semua kelas sosial ekonomi. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,1 persen. [QAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .