
Supaya Nggak Ketipu Beli Vitamin Palsu, Simak Nih Tips Dokter
Pandemi Covid-19 mendorong banyak orang untuk meningkatkan imun tubuh. Sehingga banyak orang membeli berbagai produk vitamin, terutama vitamin C, D, E dan Zinc. Sayangnya, kondisi ini membuka celah peredaran vitamin palsu. Gimana ya supaya nggak ketipu?
Wakil Ketua Umum III Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prasetyo Widhi Buwono memberikan tips agar konsumen tidak tertipu saat membeli vitamin.
Tips pertama, konsultasi ke dokter keluarga yang berada di BPJS Kesehatan. Masyarakat bisa memanfaatkan layanan digital atau layanan konsultasi jarak jauh atau dikenal dengan Telemedicine. Dengan cara ini masyarakat akan diberikan resep termasuk vitamin yang terjamin.
“Tentu di sana obat-obat yang diberikan sudah memenuhi standar baik dari sisi kualitas maupun dari sisi tanggal kadaluarsa,” ujarnya kepada RM.id, Jumat (30/7).
Kedua, jangan tergoda harga yang murahnya tidak wajar. Lalu ketiga, perhatikan kemasan vitamin. Produk yang asli, terutama impor, memiliki keterangan barcode pada kemasan untuk menjamin keasliannya. Keempat, perhatikan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Vitamin apa saja biasanya itu pada kemasan izin edarnya. Itu bisa dilihat izin edar dari BPOM,” terang Pras, sapaan akrabnya.
Kalau ragu karena produk terlihat tidak asli, katanya, lebih baik jangan membeli online. Tetap utamakan beli di apotek resmi.
Sebetulnya dari bentuk atau warna produk, bisa terlihat mana yang asli dan yang palsu. Tetapi hal itu akan sulit dideteksi. Sebab, vitamin tidak akan boleh dibuka jika tidak membeli dulu.
Pras juga mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan panic buying alias memborong berbagai produk vitamin. Soalnya tidak semua orang boleh mengkonsumsi vitamin-vitamin dosis tinggi.
“Jangan beli berbagai jenis secara berlebihan. Kalau misalnya sakit berobat ke fasilitas kesehatan. Sekarang sudah ada layanan untuk dokter keluarga,” wanti-wantinya.
Dia bilang, daya tahan tubuh serta imun bisa dibentuk dari makan-makanan yang sehat. Makanan seperti sayur-sayuran dan buah justru lebih aman dikonsumsi ketimbang vitamin dalam bentuk tablet.
“Dari buah itu baik lalu olahraga dan berjemur itu semua baik untuk kesehatan juga daya tahan tubuh,” tuturnya.
Tapi jika memang membutuhkan vitamin dengan berbagai alasan, Pras meminta masyarakat untuk mengikuti anjuran dokter.
Dia menjelaskan, vitamin-vitamin yang banyak diiklankan itu biasanya menjadi pilihan ketika melakukan isoman atau dibutuhkan untuk suplemen. Namun demikian jangan berlebihan membeli jika tidak memahami dosis yang dibutuhkan tubuh.
“Yang paling bagus adalah berkonsultasi dulu kepada dokter keluarga karena dengan berkonsultasi kepada dokter keluarga nanti bisa dipantau. Serta direkomendasikan vitamin dengan dosis yang tepat,” tutup Pras. [JAR]
]]> Pandemi Covid-19 mendorong banyak orang untuk meningkatkan imun tubuh. Sehingga banyak orang membeli berbagai produk vitamin, terutama vitamin C, D, E dan Zinc. Sayangnya, kondisi ini membuka celah peredaran vitamin palsu. Gimana ya supaya nggak ketipu?
Wakil Ketua Umum III Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prasetyo Widhi Buwono memberikan tips agar konsumen tidak tertipu saat membeli vitamin.
Tips pertama, konsultasi ke dokter keluarga yang berada di BPJS Kesehatan. Masyarakat bisa memanfaatkan layanan digital atau layanan konsultasi jarak jauh atau dikenal dengan Telemedicine. Dengan cara ini masyarakat akan diberikan resep termasuk vitamin yang terjamin.
“Tentu di sana obat-obat yang diberikan sudah memenuhi standar baik dari sisi kualitas maupun dari sisi tanggal kadaluarsa,” ujarnya kepada RM.id, Jumat (30/7).
Kedua, jangan tergoda harga yang murahnya tidak wajar. Lalu ketiga, perhatikan kemasan vitamin. Produk yang asli, terutama impor, memiliki keterangan barcode pada kemasan untuk menjamin keasliannya. Keempat, perhatikan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Vitamin apa saja biasanya itu pada kemasan izin edarnya. Itu bisa dilihat izin edar dari BPOM,” terang Pras, sapaan akrabnya.
Kalau ragu karena produk terlihat tidak asli, katanya, lebih baik jangan membeli online. Tetap utamakan beli di apotek resmi.
Sebetulnya dari bentuk atau warna produk, bisa terlihat mana yang asli dan yang palsu. Tetapi hal itu akan sulit dideteksi. Sebab, vitamin tidak akan boleh dibuka jika tidak membeli dulu.
Pras juga mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan panic buying alias memborong berbagai produk vitamin. Soalnya tidak semua orang boleh mengkonsumsi vitamin-vitamin dosis tinggi.
“Jangan beli berbagai jenis secara berlebihan. Kalau misalnya sakit berobat ke fasilitas kesehatan. Sekarang sudah ada layanan untuk dokter keluarga,” wanti-wantinya.
Dia bilang, daya tahan tubuh serta imun bisa dibentuk dari makan-makanan yang sehat. Makanan seperti sayur-sayuran dan buah justru lebih aman dikonsumsi ketimbang vitamin dalam bentuk tablet.
“Dari buah itu baik lalu olahraga dan berjemur itu semua baik untuk kesehatan juga daya tahan tubuh,” tuturnya.
Tapi jika memang membutuhkan vitamin dengan berbagai alasan, Pras meminta masyarakat untuk mengikuti anjuran dokter.
Dia menjelaskan, vitamin-vitamin yang banyak diiklankan itu biasanya menjadi pilihan ketika melakukan isoman atau dibutuhkan untuk suplemen. Namun demikian jangan berlebihan membeli jika tidak memahami dosis yang dibutuhkan tubuh.
“Yang paling bagus adalah berkonsultasi dulu kepada dokter keluarga karena dengan berkonsultasi kepada dokter keluarga nanti bisa dipantau. Serta direkomendasikan vitamin dengan dosis yang tepat,” tutup Pras. [JAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .