Supaya Anak Jalani Prokes, Orangtua Kudu Beri Contoh

Dalam masa pandemi ini, orangtua mesti memutar otak untuk mengajari anak menerapkan protokol kesehatan (prokes). Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberi contoh pada anak.

Psikolog Dr Natris Indriyani menyebut, peran orangtua sangat penting untuk mengajari anak menerapkan prokes demi mencegah penularan Covid-19.

“Karena significant others-nya anak bukan dimulai dari lingkungan luar, bukan dari guru, misalnya. Tetapi dari orang tua. Dimulai dari ru mah dulu,” ujar Natris dalam talk show bertajuk “Strategi Sosialisasi Prokes Pada anak” yang digelar RM.id secara virtual, kemarin.

Untuk mengajarkan anak anak, khususnya yang berusia dini, orang tua perlu memberikan contoh menerapkan prokes. Natris mengingatkan, kemampuan meniru anak anak di bawah usia lima tahun sangat tinggi.

“Kalau anak di rumah jarang melihat orangtua menerapkan protokol kesehatan yang 3M ini, bagaimana dia menjalankannya sendiri. Gitu kan?” tuturnya.

Orangtua harus memberikan contoh berulang agar anak bisa menjadikan prokes sebagai kebiasaan atau habitual action. “Kebiasaan ini akan dibawa ke sekolah kelak, jika pembelajaran tatap muka sudah dilakukan,” imbuh Natris. anak-anak balita, bisa diberi pen didikan untuk menerapkan prokes dengan dongeng atau lagu.

Bagaimana dengan anak anak yang berusia di atas enam tahun? Natris bilang, orangtua bisa memanfaatkan apli kasi untuk mensosialisasikan prokes. “Pakai TikTok, misalnya. Pokoknya strategi disesuaikan dengan tahap perkembangan anak,” ucapnya.

Reward and punishment, juga bisa diberlakukan. Syaratnya, punishment atau hukuman, diberikan berdasarkan kesepakatan dengan anak. Yang penting, hukuman tidak boleh berbentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal. “Misalnya, kalau anak tidak cuci tangan, diapain? Potong uang jajan, anak mau nggak? Harus disepakati,” beber Natris.

Natris menyebut, dari 3M yang paling sulit dilakukan anak-anak adalah menjaga jarak. Soalnya, sifat alamiah anak-anak adalah bermain dengan teman-temannya. Ini yang dikhawatirkan jika seko lah tatap muka sudah dimulai. Orangtua mesti ekstra menjelaskan soal menjaga jarak ini kepada anak hingga mereka mengerti.

 

Pihak sekolah pun, ha rus memberikan pencegahan. “Saya pernah melihat Taman Kanak-kanak (TK) yang murid-muridnya dikasih kurungan kaya tenda, tapi dari plastik transparan. Berjarak. Kemudian mereka punya mainan masingmasing. Ini contoh bagus,” kisahnya.

Masalah lain pada anak di masa pandemi adalah kebosanan di rumah. Natris bilang, boleh saja sesekali orangtua membawa anak ke luar rumah. Tapi tentu, dengan menerapkan prokes.

Orangtua bisa mengajak anak-anaknya bersepeda sebentar pada pagi atau sore hari. Keliling-keliling kompleks saja. Selain masker, anak disaran kan memakai face shield, baju lengan panjang, topi, sarung tangan dan sepatu.

“Di rumah, berikan aktivitas-aktivitas bermanfaat, misal mengaji, membaca buku. Kurangi gadget. ayah serta ibu, harus sharing parenting bersama,” tandas Natris. [JAR]

]]> Dalam masa pandemi ini, orangtua mesti memutar otak untuk mengajari anak menerapkan protokol kesehatan (prokes). Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberi contoh pada anak.

Psikolog Dr Natris Indriyani menyebut, peran orangtua sangat penting untuk mengajari anak menerapkan prokes demi mencegah penularan Covid-19.

“Karena significant others-nya anak bukan dimulai dari lingkungan luar, bukan dari guru, misalnya. Tetapi dari orang tua. Dimulai dari ru mah dulu,” ujar Natris dalam talk show bertajuk “Strategi Sosialisasi Prokes Pada anak” yang digelar RM.id secara virtual, kemarin.

Untuk mengajarkan anak anak, khususnya yang berusia dini, orang tua perlu memberikan contoh menerapkan prokes. Natris mengingatkan, kemampuan meniru anak anak di bawah usia lima tahun sangat tinggi.

“Kalau anak di rumah jarang melihat orangtua menerapkan protokol kesehatan yang 3M ini, bagaimana dia menjalankannya sendiri. Gitu kan?” tuturnya.

Orangtua harus memberikan contoh berulang agar anak bisa menjadikan prokes sebagai kebiasaan atau habitual action. “Kebiasaan ini akan dibawa ke sekolah kelak, jika pembelajaran tatap muka sudah dilakukan,” imbuh Natris. anak-anak balita, bisa diberi pen didikan untuk menerapkan prokes dengan dongeng atau lagu.

Bagaimana dengan anak anak yang berusia di atas enam tahun? Natris bilang, orangtua bisa memanfaatkan apli kasi untuk mensosialisasikan prokes. “Pakai TikTok, misalnya. Pokoknya strategi disesuaikan dengan tahap perkembangan anak,” ucapnya.

Reward and punishment, juga bisa diberlakukan. Syaratnya, punishment atau hukuman, diberikan berdasarkan kesepakatan dengan anak. Yang penting, hukuman tidak boleh berbentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal. “Misalnya, kalau anak tidak cuci tangan, diapain? Potong uang jajan, anak mau nggak? Harus disepakati,” beber Natris.

Natris menyebut, dari 3M yang paling sulit dilakukan anak-anak adalah menjaga jarak. Soalnya, sifat alamiah anak-anak adalah bermain dengan teman-temannya. Ini yang dikhawatirkan jika seko lah tatap muka sudah dimulai. Orangtua mesti ekstra menjelaskan soal menjaga jarak ini kepada anak hingga mereka mengerti.

 

Pihak sekolah pun, ha rus memberikan pencegahan. “Saya pernah melihat Taman Kanak-kanak (TK) yang murid-muridnya dikasih kurungan kaya tenda, tapi dari plastik transparan. Berjarak. Kemudian mereka punya mainan masingmasing. Ini contoh bagus,” kisahnya.

Masalah lain pada anak di masa pandemi adalah kebosanan di rumah. Natris bilang, boleh saja sesekali orangtua membawa anak ke luar rumah. Tapi tentu, dengan menerapkan prokes.

Orangtua bisa mengajak anak-anaknya bersepeda sebentar pada pagi atau sore hari. Keliling-keliling kompleks saja. Selain masker, anak disaran kan memakai face shield, baju lengan panjang, topi, sarung tangan dan sepatu.

“Di rumah, berikan aktivitas-aktivitas bermanfaat, misal mengaji, membaca buku. Kurangi gadget. ayah serta ibu, harus sharing parenting bersama,” tandas Natris. [JAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories