
Solidaritas Perempuan Serukan Upaya Perbaikan Lingkungan Hidup
Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada tanggal 5 Juni, Solidaritas Perempuan menggelar aksi sekaligus menyerukan upaya untuk memperbaiki lingkungan hidup.
Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan Nisaa Yura menyebutkan, perubahan pola konsumsi yang tersebar di media dan gaya hidup zero waste hingga praktik pertanian lestari yang banyak diinisiasi warga memang merupakan satu langkah menuju pemulihan lingkungan hidup.
“Namun upaya tersebut tidak cukup tanpa menyasar akar permasalahan dari hilangnya ekosistem alam dan rusaknya lingkungan hingga menimbulkan berbagai bencana ekologi,” katanya dalam aksi di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jalan Palmerah Timur, Jakarta, Jumat (4/6) sore.
Krisis iklim yang terjadi adalah satu faktor, namun kebijakan dan aksi pengelolaan lingkungan hidup yang eksploitatif, serakah dan mengabaikan keberlanjutan, adalah penyebab penting yang perlu diatasi.
“Negara telah mengingkari mandatnya untuk mensejahterakan warganya dan melindungi lingkungan sebagai ekosistem penting untuk keberlanjutan hidup, perempuan dan lingkungan,” sebutnya.
Nisaa menuturkan, sesat pikir dalam penanganan krisis iklim yang berorientasi pada proyek dan solusi palsu. Krisis iklim sebagai salah satu penyebab hilangnya ekosistem alam justru ditangani melalui proyek yang merusak lingkungan dan menghilangkan akses dan kontrol perempuan terhadap ekosistem alamnya.
Selain itu, dia menilai, aparat negara masih represif, menggunakan kekerasan dan melakukan kriminalisasi terhadap perempuan yang memperjuangkan kelestarian lingkungan. Tren penggunaan kekerasan dan kriminalisasi yang dialami oleh perempuan yang memperjuangkan ekosistem alamnya, juga kian meningkat.
“Orientasi pembangunan yang selama ini bertumpu pada investasi dan bisnis harus dibongkar. Pembangunan seharusnya berorientasi pada komunitas dan kepentingan warga di mana perempuan memiliki peran dan inisiatif signifikan di dalamnya,” pintanya.
Diingatkannya, perempuan dan alam memiliki relasi yang sangat erat. Rusaknya lingkungan akan berdampak secara massif dan spesifik terhadap perempuan. [OSP]
]]> Dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada tanggal 5 Juni, Solidaritas Perempuan menggelar aksi sekaligus menyerukan upaya untuk memperbaiki lingkungan hidup.
Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan Nisaa Yura menyebutkan, perubahan pola konsumsi yang tersebar di media dan gaya hidup zero waste hingga praktik pertanian lestari yang banyak diinisiasi warga memang merupakan satu langkah menuju pemulihan lingkungan hidup.
“Namun upaya tersebut tidak cukup tanpa menyasar akar permasalahan dari hilangnya ekosistem alam dan rusaknya lingkungan hingga menimbulkan berbagai bencana ekologi,” katanya dalam aksi di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jalan Palmerah Timur, Jakarta, Jumat (4/6) sore.
Krisis iklim yang terjadi adalah satu faktor, namun kebijakan dan aksi pengelolaan lingkungan hidup yang eksploitatif, serakah dan mengabaikan keberlanjutan, adalah penyebab penting yang perlu diatasi.
“Negara telah mengingkari mandatnya untuk mensejahterakan warganya dan melindungi lingkungan sebagai ekosistem penting untuk keberlanjutan hidup, perempuan dan lingkungan,” sebutnya.
Nisaa menuturkan, sesat pikir dalam penanganan krisis iklim yang berorientasi pada proyek dan solusi palsu. Krisis iklim sebagai salah satu penyebab hilangnya ekosistem alam justru ditangani melalui proyek yang merusak lingkungan dan menghilangkan akses dan kontrol perempuan terhadap ekosistem alamnya.
Selain itu, dia menilai, aparat negara masih represif, menggunakan kekerasan dan melakukan kriminalisasi terhadap perempuan yang memperjuangkan kelestarian lingkungan. Tren penggunaan kekerasan dan kriminalisasi yang dialami oleh perempuan yang memperjuangkan ekosistem alamnya, juga kian meningkat.
“Orientasi pembangunan yang selama ini bertumpu pada investasi dan bisnis harus dibongkar. Pembangunan seharusnya berorientasi pada komunitas dan kepentingan warga di mana perempuan memiliki peran dan inisiatif signifikan di dalamnya,” pintanya.
Diingatkannya, perempuan dan alam memiliki relasi yang sangat erat. Rusaknya lingkungan akan berdampak secara massif dan spesifik terhadap perempuan. [OSP]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .