
Soal Penerapan TKDN, Core: Masih Jauh Dari Harapan
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah menilai, penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) masih jauh dari harapan.
“TKDN saat ini belum berhasil membendung impor karena industri hulu hilirnya tidak terbentuk,” katanya kepada RM.id, Jumat (26/2).
Menurut dia, ke depan pemerintah jangan hanya fokus kepada TKDN saja, tapi juga menggarap supply chain. “Dengan supply chain, kita bisa memasok ke negara lain tetapi kita juga menggunakan input dari negara lain. Yang paling penting bagaimana kita membangun supply chain itu,” bebernya.
Piter mencontohkan, Vietnam mampu memanfaatkan perang dagang justru untuk meningkatkan ekspor dengan memperbaiki supply chain-nya. Apalagi, sebelumnya Indonesia ingin menjadi production base dalam supply chain masyarakat ASEAN.
Artinya, Pemerintah harus mau menerima masuknya komponen atau barang penolong untuk industri dari negara-negara lain kemudian di proses menjadi barang jadi. Harapannya nilai impor bisa lebih kecil daripada nilai ekspor. Jadi, tercipta nilai tambah yang besar.
“Masalahnya yang terjadi, kita memasukkan bahan baku, barang penolong dari impor lalu kemudian hasil produksinya tidak diekspor malah dijual di pasar dalam negeri. Akibatnya neraca dagang kita negatif,” ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyentil penerapan TKDN dalam transformasi digital yang masih sangat rendah. Apalagi pemakaian produk-produk dalam negeri yang jauh dari harapan.
“Kita harus memastikan transformasi digital jangan hanya menguntungkan pihak luar, jangan hanya menambah impor. Ini yang selalu saya tekankan,” tegasnya dalam acara Peluncuran Program Konektivitas Digital 2021 dan Prangko Seri Gerakan Vaksinasi Nasional Covid-19, Jumat (26/2).
Eks Gubernur DKI Jakarta ini berharap transformasi digital ikut mendorong penguasaan teknologi digital mutakhir oleh semua anak bangsa. [DIT]
]]> Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah menilai, penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) masih jauh dari harapan.
“TKDN saat ini belum berhasil membendung impor karena industri hulu hilirnya tidak terbentuk,” katanya kepada RM.id, Jumat (26/2).
Menurut dia, ke depan pemerintah jangan hanya fokus kepada TKDN saja, tapi juga menggarap supply chain. “Dengan supply chain, kita bisa memasok ke negara lain tetapi kita juga menggunakan input dari negara lain. Yang paling penting bagaimana kita membangun supply chain itu,” bebernya.
Piter mencontohkan, Vietnam mampu memanfaatkan perang dagang justru untuk meningkatkan ekspor dengan memperbaiki supply chain-nya. Apalagi, sebelumnya Indonesia ingin menjadi production base dalam supply chain masyarakat ASEAN.
Artinya, Pemerintah harus mau menerima masuknya komponen atau barang penolong untuk industri dari negara-negara lain kemudian di proses menjadi barang jadi. Harapannya nilai impor bisa lebih kecil daripada nilai ekspor. Jadi, tercipta nilai tambah yang besar.
“Masalahnya yang terjadi, kita memasukkan bahan baku, barang penolong dari impor lalu kemudian hasil produksinya tidak diekspor malah dijual di pasar dalam negeri. Akibatnya neraca dagang kita negatif,” ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyentil penerapan TKDN dalam transformasi digital yang masih sangat rendah. Apalagi pemakaian produk-produk dalam negeri yang jauh dari harapan.
“Kita harus memastikan transformasi digital jangan hanya menguntungkan pihak luar, jangan hanya menambah impor. Ini yang selalu saya tekankan,” tegasnya dalam acara Peluncuran Program Konektivitas Digital 2021 dan Prangko Seri Gerakan Vaksinasi Nasional Covid-19, Jumat (26/2).
Eks Gubernur DKI Jakarta ini berharap transformasi digital ikut mendorong penguasaan teknologi digital mutakhir oleh semua anak bangsa. [DIT]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .