Senayan Berduka 53 Personel KRI Nanggala Gugur Evaluasi Alutsista Milik TNI, Perkuat Armada Laut Kita…
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid berharap ada investigasi atas tenggelamnya KRI Nanggala 402 dan gugurnya 53 prajurit TNI Angkatan Laut (AL). Langkah ini penting dilakukan agar peristiwa yang sama tak terulang di kemudian hari.
“Semestinya dilakukan investigasi menyeluruh oleh pihak independen dan pakar yang berwenang. Agar ada jawaban atas keyakinan Kepala Staf TNI AL soal penyebab sesungguhnya tenggelamnya KRI Nanggala dan gugurnya 53 Patriot bangsa,” kata Hidayat Nur Wahid atau HNW, kemarin.
HNW menegaskan, investigasi bisa menjadi bahan evaluasi bagi seluruh pihak yang berkompeten dalam penguatan armada milik TNI. Selain itu, investigasi ini perlu dilakukan agar tak muncul spekulasi liar.
Tak lupa, HNW mengucapkan turut berduka cita atas gugurnya 53 Personel yang Onboard KRI Nanggala-402.
“Innaalillahi wainnailaihirajiun. Kita sangat berduka. Semoga mereka menjadi syuhada. Mereka Pahlawan Bangsa. Mereka dan keluarganya layak mendapatkan penghormatan dan penghargaan dari Negara dan Bangsa,” tambah HNW.
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel juga turut menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya prajurit patriot kusuma bangsa dalam musibah kapal selam KRI Naggala 402.
“Kita harus bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Kita harus mengevaluasi seluruh alutsista milik TNI AL,” kata Gobel.
Sebagai negara maritim, kata Gobel, Indonesia membutuhkan kekuatan TNI AL yang prima. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sejati karena memiliki 13 ribu pulau lebih. Selain itu, Indonesia juga negara perlintasan dengan titik lintas yang banyak.
Banyak kapal niaga dan kapal perang dari berbagai negara yang melintasi Indonesia. Sejumlah di antaranya berupa laut dalam. Bahkan di sejumlah titik merupakan hot spot, karena berdekatan dengan wilayah sengketa maupun wilayah perompak dan kejahatan lainnya.
“Karena itu, Indonesia butuh armada laut yang prima dalam berbagai jenisnya,” kata Gobel.
Karena ada laut dalam seperti di Selat Sunda, Selat Sulawesi, Selat Lombok dan lain-lain yang menjadi perlintasan kapal selam, Gobel mengingatkan tentang pentingnya kepemilikan kapal selam dan teknologi pendeteksi kapal selam. “Tentu semuanya dengan teknologi yang maju dan mumpuni,” katanya.
Kapal-kapal perang jenis lainnya yang di permukaan laut, kata Gobel, juga harus berteknologi maju, modern dan kuat.
“Ini bukan hanya untuk menghadapi kapal perang negara lain, tapi juga untuk menghalau kapal nelayan dari negara lain yang mencuri dari laut kita yang kaya dengan ikan. Ini untuk melindungi nelayan kita,” jelasnya.
Menurut dia, ketahanan nasional di sektor maritim ini sangat vital buat Indonesia. Bukan hanya untuk misi perang serta menjaga keutuhan nasional, tapi juga untuk melindungi nelayan dan misi ekonomi lainnya.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono menyebut, tenggelamnya kapal KRI Nanggala di perairan selat utara Bali bukan karena faktor manusia.
“Hasil investigasi nanti menunggu kapalnya diangkut ke atas, tapi penyebab awal kemarin saya sampaikan bahwa kapal ini bukan atau tidak karena human error,” kata Yudo Margono, Minggu (25/4).
Menurut KSAL, tidak adanya kesalahan manusia dalam tenggelamnya kapal selam buatan Jerman ini setelah adanya fakta tentang prosedur penyelaman yang terekam oleh TNI.
“Pada saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul, dari laporan penyelaman, dan melaksanakan peran-perannya untuk menyelam, saat menyelam lampu menyala semua. Artinya tidak black out,” katanya. [KAL]
]]> Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid berharap ada investigasi atas tenggelamnya KRI Nanggala 402 dan gugurnya 53 prajurit TNI Angkatan Laut (AL). Langkah ini penting dilakukan agar peristiwa yang sama tak terulang di kemudian hari.
“Semestinya dilakukan investigasi menyeluruh oleh pihak independen dan pakar yang berwenang. Agar ada jawaban atas keyakinan Kepala Staf TNI AL soal penyebab sesungguhnya tenggelamnya KRI Nanggala dan gugurnya 53 Patriot bangsa,” kata Hidayat Nur Wahid atau HNW, kemarin.
HNW menegaskan, investigasi bisa menjadi bahan evaluasi bagi seluruh pihak yang berkompeten dalam penguatan armada milik TNI. Selain itu, investigasi ini perlu dilakukan agar tak muncul spekulasi liar.
Tak lupa, HNW mengucapkan turut berduka cita atas gugurnya 53 Personel yang Onboard KRI Nanggala-402.
“Innaalillahi wainnailaihirajiun. Kita sangat berduka. Semoga mereka menjadi syuhada. Mereka Pahlawan Bangsa. Mereka dan keluarganya layak mendapatkan penghormatan dan penghargaan dari Negara dan Bangsa,” tambah HNW.
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel juga turut menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya prajurit patriot kusuma bangsa dalam musibah kapal selam KRI Naggala 402.
“Kita harus bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Kita harus mengevaluasi seluruh alutsista milik TNI AL,” kata Gobel.
Sebagai negara maritim, kata Gobel, Indonesia membutuhkan kekuatan TNI AL yang prima. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sejati karena memiliki 13 ribu pulau lebih. Selain itu, Indonesia juga negara perlintasan dengan titik lintas yang banyak.
Banyak kapal niaga dan kapal perang dari berbagai negara yang melintasi Indonesia. Sejumlah di antaranya berupa laut dalam. Bahkan di sejumlah titik merupakan hot spot, karena berdekatan dengan wilayah sengketa maupun wilayah perompak dan kejahatan lainnya.
“Karena itu, Indonesia butuh armada laut yang prima dalam berbagai jenisnya,” kata Gobel.
Karena ada laut dalam seperti di Selat Sunda, Selat Sulawesi, Selat Lombok dan lain-lain yang menjadi perlintasan kapal selam, Gobel mengingatkan tentang pentingnya kepemilikan kapal selam dan teknologi pendeteksi kapal selam. “Tentu semuanya dengan teknologi yang maju dan mumpuni,” katanya.
Kapal-kapal perang jenis lainnya yang di permukaan laut, kata Gobel, juga harus berteknologi maju, modern dan kuat.
“Ini bukan hanya untuk menghadapi kapal perang negara lain, tapi juga untuk menghalau kapal nelayan dari negara lain yang mencuri dari laut kita yang kaya dengan ikan. Ini untuk melindungi nelayan kita,” jelasnya.
Menurut dia, ketahanan nasional di sektor maritim ini sangat vital buat Indonesia. Bukan hanya untuk misi perang serta menjaga keutuhan nasional, tapi juga untuk melindungi nelayan dan misi ekonomi lainnya.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono menyebut, tenggelamnya kapal KRI Nanggala di perairan selat utara Bali bukan karena faktor manusia.
“Hasil investigasi nanti menunggu kapalnya diangkut ke atas, tapi penyebab awal kemarin saya sampaikan bahwa kapal ini bukan atau tidak karena human error,” kata Yudo Margono, Minggu (25/4).
Menurut KSAL, tidak adanya kesalahan manusia dalam tenggelamnya kapal selam buatan Jerman ini setelah adanya fakta tentang prosedur penyelaman yang terekam oleh TNI.
“Pada saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul, dari laporan penyelaman, dan melaksanakan peran-perannya untuk menyelam, saat menyelam lampu menyala semua. Artinya tidak black out,” katanya. [KAL]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .