Selama Ramadan, Dua Kali Terendam Atasi Banjir Kampung Melayu Enggak Bisa Pake Cara Biasa

Permukiman warga RT 02 dan 04, RW 04, Cipinang Melayu, Jakarta Timur (Jaktim), sangat rentan terendam air. Walau bukan musim hujan, selama Ramadan, wilayah tersebut dua kali terendam banjir.

Hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta pada Rabu (28/4), menyebabkan lokasi tersebut kebanjiran. Air mulai masuk ke permukiman warga menjelang waktu berbuka puasa. Banjir itu disebabkan luapan Kali Sunter yang berada di belakang permukiman warga. Tahun ini, banjir sudah merendam kawasan ini sebanyak lima kali. Selama bulan puasa saja sudah dua kali terendam, yakni pada Rabu (14/4).

“Banjir mulai datang Rabu sore hari. Pas mau buka puasa,” keluh Andi, warga Cipinang Melayu, Jaktim.

Ketinggian banjir bervariasi. Paling tinggi di wilayah RT 04 yang mencapai 1 meter. Wilayah ini paling parah lantaran datarannya paling rendah dan paling dekat dengan Kali Sunter. Sebagian warga yang rumahnya terendam terpaksa mengungsi ke Masjid. Untuk mengatasi banjir, Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jaktim mengerahkan 7 mobil pompa.

Kasie Ops Sudin Penanggulangan Bencana, Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jaktim, Gatot Sulaiman mengaku, belum ada perahu karet yang diterjunkan oleh pihak Damkar.

“Kami mulai penyedotan pukul 18.20 WIB. Dan, banjir mulai surut Kamis (29/04) dini hari. Warga yang sebelumnya mengungsi ke Masjid sudah kembali ke rumah masing-masing,” ungkap Gatot, kemarin.

Camat Makassar, Kamal Alatas memaparkan, banjir menggenangi 4 RT di RW 03, dan 6 RT di RW 04, Cipinang Melayu, pada pukul 18.40 WIB. Ketinggian air rata-rata 65 centi meter (cm). Ada 396 bangunan yang dihuni 413 kepala keluarga (KK) atau 1.421 jiwa yang terdampak. “Tidak ada yang mengungsi. Mereka hanya sebatas mengamankan diri ke Masjid. Dan, banjir sudah surut,” ungkapnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) DKI Jakarta melaporkan, Kali Sunter Hulu berstatus siaga II pukul 17.00 WIB Rabu (28/4) sore. Empat jam setelahnya, air diper­kirakan sampai di Pintu Air Pulau Gadung. Sebelum sampai di sana, air akan melewati puluhan wilayah. Di antaranya Cipinang Melayu, Lubang Buaya, Cipinang Muara, Bambu Apus, dan Pondok Bambu.

Di Jakarta Timur, banjir juga terjadi di Jalan Pelita Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung setinggi 20 cm. Dan, Jalan Tanjung RW 02 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas dengan ketinggian air sekitar 10 cm.

Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Nova Harivan Paloh meminta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) mencari inovasi menangani titik-titik langganan banjir.

 

“Di Cipinang Melayu ini, tak bisa ditangani dengan cara-cara yang biasa. Harus ada inovasi yang dilakukan SDA DKI Jakarta,” saran Nova dalam keterangannya.

Misalnya, dengan membuat sumur resapan dan kolam kolakan dengan spesifikasi khusus yang dibikin agar dapat menampung air.

“Perbanyak pompa mobile di kawasan Cipinang Melayu. Dan, yang terpenting ada early warning system pemberitahuan ke warga. Jadi, ketika muka air sungai sudah mulai meninggi, mereka tahu,” tambahnya.

Picu Kecemburuan Sosial

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono mengingatkan, pembangunan rumah panggung di permukiman langganan banjir di Cipinang Melayu, dapat memicu kecemburuan sosial. Warga yang tinggal di kawasan rawan banjir lain bakal iri karena tidak mendapatkan perlakuan yang sama.

Dia menilai, meninggikan rumah warga bukan solusi utama penanganan banjir. “Mengatasi banjir nggak bisa sepotong-sepotong, enggak bisa sesuai selera. Harus menyeluruh. Normalisasi kali! Tidak ada cara lain, kalau itu memang daerah banjir, harus relokasi, tidak ada cara lain,” tegas anggota Komisi A DPRD DKI ini.

Untuk diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sebelumnya menyampaikan ada 40 rumah warga RT 13 RW 04 Kampung Melayu yang akan direnovasi menjadi model panggung.

“Rumah warga akan dibangun berlantai tiga. Untuk bagian atasnya dijadikan rumah, lalu bagian bawahnya dibuat model panggung setinggi 3,5 meter untuk usaha dan interaksi sosial,” ungkap Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar.

Dia menargetkan, pembangunan rumah panggung se­lesai sebelum Lebaran. Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menyebut, rumah panggung sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Cipinang Malayu.

“Di sana bisa diatasi dengan rumah susun sewa, rumah susun milik, rumah panggung, sehingga bawahnya kosong. Ketika kemarau, bagian bawahnya menjadi basement, menjadi tempat bermain. Ketika hujan, banjir, menjadi tempat tampungan air,” ujar Riza beberapa waktu lalu. [FAQ]

]]> Permukiman warga RT 02 dan 04, RW 04, Cipinang Melayu, Jakarta Timur (Jaktim), sangat rentan terendam air. Walau bukan musim hujan, selama Ramadan, wilayah tersebut dua kali terendam banjir.

Hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta pada Rabu (28/4), menyebabkan lokasi tersebut kebanjiran. Air mulai masuk ke permukiman warga menjelang waktu berbuka puasa. Banjir itu disebabkan luapan Kali Sunter yang berada di belakang permukiman warga. Tahun ini, banjir sudah merendam kawasan ini sebanyak lima kali. Selama bulan puasa saja sudah dua kali terendam, yakni pada Rabu (14/4).

“Banjir mulai datang Rabu sore hari. Pas mau buka puasa,” keluh Andi, warga Cipinang Melayu, Jaktim.

Ketinggian banjir bervariasi. Paling tinggi di wilayah RT 04 yang mencapai 1 meter. Wilayah ini paling parah lantaran datarannya paling rendah dan paling dekat dengan Kali Sunter. Sebagian warga yang rumahnya terendam terpaksa mengungsi ke Masjid. Untuk mengatasi banjir, Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jaktim mengerahkan 7 mobil pompa.

Kasie Ops Sudin Penanggulangan Bencana, Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jaktim, Gatot Sulaiman mengaku, belum ada perahu karet yang diterjunkan oleh pihak Damkar.

“Kami mulai penyedotan pukul 18.20 WIB. Dan, banjir mulai surut Kamis (29/04) dini hari. Warga yang sebelumnya mengungsi ke Masjid sudah kembali ke rumah masing-masing,” ungkap Gatot, kemarin.

Camat Makassar, Kamal Alatas memaparkan, banjir menggenangi 4 RT di RW 03, dan 6 RT di RW 04, Cipinang Melayu, pada pukul 18.40 WIB. Ketinggian air rata-rata 65 centi meter (cm). Ada 396 bangunan yang dihuni 413 kepala keluarga (KK) atau 1.421 jiwa yang terdampak. “Tidak ada yang mengungsi. Mereka hanya sebatas mengamankan diri ke Masjid. Dan, banjir sudah surut,” ungkapnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) DKI Jakarta melaporkan, Kali Sunter Hulu berstatus siaga II pukul 17.00 WIB Rabu (28/4) sore. Empat jam setelahnya, air diper­kirakan sampai di Pintu Air Pulau Gadung. Sebelum sampai di sana, air akan melewati puluhan wilayah. Di antaranya Cipinang Melayu, Lubang Buaya, Cipinang Muara, Bambu Apus, dan Pondok Bambu.

Di Jakarta Timur, banjir juga terjadi di Jalan Pelita Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung setinggi 20 cm. Dan, Jalan Tanjung RW 02 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas dengan ketinggian air sekitar 10 cm.

Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Nova Harivan Paloh meminta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) mencari inovasi menangani titik-titik langganan banjir.

 

“Di Cipinang Melayu ini, tak bisa ditangani dengan cara-cara yang biasa. Harus ada inovasi yang dilakukan SDA DKI Jakarta,” saran Nova dalam keterangannya.

Misalnya, dengan membuat sumur resapan dan kolam kolakan dengan spesifikasi khusus yang dibikin agar dapat menampung air.

“Perbanyak pompa mobile di kawasan Cipinang Melayu. Dan, yang terpenting ada early warning system pemberitahuan ke warga. Jadi, ketika muka air sungai sudah mulai meninggi, mereka tahu,” tambahnya.

Picu Kecemburuan Sosial

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono mengingatkan, pembangunan rumah panggung di permukiman langganan banjir di Cipinang Melayu, dapat memicu kecemburuan sosial. Warga yang tinggal di kawasan rawan banjir lain bakal iri karena tidak mendapatkan perlakuan yang sama.

Dia menilai, meninggikan rumah warga bukan solusi utama penanganan banjir. “Mengatasi banjir nggak bisa sepotong-sepotong, enggak bisa sesuai selera. Harus menyeluruh. Normalisasi kali! Tidak ada cara lain, kalau itu memang daerah banjir, harus relokasi, tidak ada cara lain,” tegas anggota Komisi A DPRD DKI ini.

Untuk diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sebelumnya menyampaikan ada 40 rumah warga RT 13 RW 04 Kampung Melayu yang akan direnovasi menjadi model panggung.

“Rumah warga akan dibangun berlantai tiga. Untuk bagian atasnya dijadikan rumah, lalu bagian bawahnya dibuat model panggung setinggi 3,5 meter untuk usaha dan interaksi sosial,” ungkap Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar.

Dia menargetkan, pembangunan rumah panggung se­lesai sebelum Lebaran. Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menyebut, rumah panggung sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Cipinang Malayu.

“Di sana bisa diatasi dengan rumah susun sewa, rumah susun milik, rumah panggung, sehingga bawahnya kosong. Ketika kemarau, bagian bawahnya menjadi basement, menjadi tempat bermain. Ketika hujan, banjir, menjadi tempat tampungan air,” ujar Riza beberapa waktu lalu. [FAQ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories