Sejumlah Klub Bubar, Hidupnya Susah Pak Presiden, Banyak Atlet Kini Terpuruk .
Pandemi Corona yang sudah berlangsung hampir setahun ini, tak hanya memporak-porandakan ekonomi dan kesehatan, juga telah memukul sektor olahraga sampai sempoyongan. Berbagai turnamen baik lokal, regional maupun internasional, lumpuh. Kehidupan para atlet juga menggetirkan. Karena tak ada pemasukan, ada yang rela jualan sembako.
Kisah pilu kehidupan para atlet ini diungkap Wakil Ketua Umum (Waketum) IV Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Media, dan Humas KONI, Chris Jhon. Menurutnya, banyak atlet yang menjerit karena berhentinya sejumlah kompetisi.
Ada yang banting setir menjadi pedagang beras, pedagang makanan dan usaha lainnya. Tak sedikit juga para atlet sepak bola profesional rela jadi pemain ‘tarkam’ (pertandingan antar kampung), demi bisa mendapat kan penghasilan.
“Saya berharap, event olahraga kembali dibuka. Tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan,” pinta mantan atlet Tinju Dunia ini.
Apa yang terjadi pada atlet tanah air, ternyata sudah diketahui Presiden Jokowi. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali saat menjadi narasumber dalam Focus Group Discussion dengan Rakyat Merdeka, kemarin. Diskusi yang digelar secara virtual itu, mengangkat tema “Vaksin+3M, Kunci Prestasi Atlet Nasional”.
“Pak Presiden berpesan untuk mencari cara agar atlet dan pelatih tetap bertahan di masa sulit ini. Makanya kami berusaha menggulirkan kembali sejumlah kompetisi untuk beberapa cabang olaharaga,” kata Amali.
Pria kelahiran Gorontalo 58 tahun silam ini, merasakan betul kondisi yang dialami para atlet. Sebagai Menpora, Amali sedih, dalam 11 bulan ini tidak ada pertandingan. Bahkan ada sejumlah klub yang memutuskan untuk bubar. Selain Madura United dan Persipura, dia menduga, ada sejumlah klub yang juga bubar, Namun tidak diumumkan.
“Ada yang masih bertahan. Gajinya diturunkan sampai 10 persen. Pasti mereka sedih. Itu yang profesional. Karena nggak ada kompetisi, kontraknya selesai. Mereka ikut tarkam (pertandingan antar kampung), karena ada bayaran. Kita tidak bisa salahkan, karena mereka punya anak istri,” ungkap Amali.
Yang lebih menyedihkan lagi nasib para atlet amatir. Kata dia, para atlet ini harus keluar dari Pelatnas dan Pelatda. Sebab, akomodasi dan uang gaji ikut berhenti.
Di antara seluruh cabang olahraga, sepakbola lah yang paling membuat Politisi Golkar ini dilema. Apalagi, ada survei yang menyebut 70 persen masyarakat Indonesia menyukai sepakbola.
Dari seluruh cabor yang ada, sepakbola yang memiliki euforia paling besar. Saat dirinya berbincang dengan Ketum PSSI, Mochamad Iriawan, terhentinya kompetisi Liga1 dan Liga2, ada perputaran uang sekitar Rp 3 triliun yang hilang.
“Sepakbola bukan hanya urusan pemain, klub, tapi ada ribuan orang yang juga tergantung dari kompetisi ini. Para tukang parkir, pedagang gorengan, penjual kaos, dan lainnya,” sebutnya.
Lalu bagaimana sikap Presiden menyikapi hal ini? Soal insentif, dia menyebut yang paling memungkinkan untuk atlet adalah bantuan sosial (bansos). Terkait yang di Pelatnas, negara hadir melalui fasilitas akomodasi. Bagi yang terikat kontrak, negara tidak mampu berbuat banyak. Sebab kegiatan itu dikelola swasta.
“Kalau ada bantuan APBN, harus ada kriterianya. Untuk klub bisa survive, kami mengusulkan ada insentif. Kemudian industri olahraga, tapi sampai sekarang belum. Intinya, Presiden meminta kami memikirkan ini, di samping yang lain itu,” ungkapnya.
Dia juga berupaya menjalankan kembali pelatihan bagi atlet yang akan mengikuti turnamen di ajang internasional, khususnya bagi mereka yang mendapat tiket Olimpiade di Negeri Samurai, tahun ini. Sebab, ketika berdiskusi dengan pimpinan cabor, para pakar, dan pelatih, ketika atlet berhenti latihan 1 bulan, butuh waktu 7 bulan untuk membalikkan kemampuannya.
“Bayangkan kalau Olimpiade Juli-Agustus, tapi sekarang nggak ada latihan, pasti acaranya cuma jalan-jalan ke Tokyo. Karena pas MoU ke cabor soal permohonan bantuan dana, saya bentuk tim review dari akademisi, praktisi, internal kami, KONI juga ada. Kami putuskan bersama soal target dan durasi. Kalau itu oke, baru kita beri bantuan,” pungkasnya.
Amali juga mengungkapkan, sudah berkoordinasi dengan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit untuk meminta izin membuka kembali sejumlah kompetisi Liga1 dan Liga 2. “Kami lagi matangkan konsepnya. agar kompesiti tetap jalan tanpa meng abaikan protokol kesehatan,” ujarnya.
Amali sadar saat ini rakyat Indonesia menantikan bergulirnya berbagai kompetisi, terutama sepakbola. Karena rakyat butuh hiburan, butuh tontonan yang dinantinantikan. “Tapi, dari semua itu, bagi saya tetap kesehatan dan keselamatan menjadi faktor utama,” tegasnya, sambil berharap kepada semua pihak untuk tidak melupakan porsi olahraga. [MEN]
]]> .
Pandemi Corona yang sudah berlangsung hampir setahun ini, tak hanya memporak-porandakan ekonomi dan kesehatan, juga telah memukul sektor olahraga sampai sempoyongan. Berbagai turnamen baik lokal, regional maupun internasional, lumpuh. Kehidupan para atlet juga menggetirkan. Karena tak ada pemasukan, ada yang rela jualan sembako.
Kisah pilu kehidupan para atlet ini diungkap Wakil Ketua Umum (Waketum) IV Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Media, dan Humas KONI, Chris Jhon. Menurutnya, banyak atlet yang menjerit karena berhentinya sejumlah kompetisi.
Ada yang banting setir menjadi pedagang beras, pedagang makanan dan usaha lainnya. Tak sedikit juga para atlet sepak bola profesional rela jadi pemain ‘tarkam’ (pertandingan antar kampung), demi bisa mendapat kan penghasilan.
“Saya berharap, event olahraga kembali dibuka. Tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan,” pinta mantan atlet Tinju Dunia ini.
Apa yang terjadi pada atlet tanah air, ternyata sudah diketahui Presiden Jokowi. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali saat menjadi narasumber dalam Focus Group Discussion dengan Rakyat Merdeka, kemarin. Diskusi yang digelar secara virtual itu, mengangkat tema “Vaksin+3M, Kunci Prestasi Atlet Nasional”.
“Pak Presiden berpesan untuk mencari cara agar atlet dan pelatih tetap bertahan di masa sulit ini. Makanya kami berusaha menggulirkan kembali sejumlah kompetisi untuk beberapa cabang olaharaga,” kata Amali.
Pria kelahiran Gorontalo 58 tahun silam ini, merasakan betul kondisi yang dialami para atlet. Sebagai Menpora, Amali sedih, dalam 11 bulan ini tidak ada pertandingan. Bahkan ada sejumlah klub yang memutuskan untuk bubar. Selain Madura United dan Persipura, dia menduga, ada sejumlah klub yang juga bubar, Namun tidak diumumkan.
“Ada yang masih bertahan. Gajinya diturunkan sampai 10 persen. Pasti mereka sedih. Itu yang profesional. Karena nggak ada kompetisi, kontraknya selesai. Mereka ikut tarkam (pertandingan antar kampung), karena ada bayaran. Kita tidak bisa salahkan, karena mereka punya anak istri,” ungkap Amali.
Yang lebih menyedihkan lagi nasib para atlet amatir. Kata dia, para atlet ini harus keluar dari Pelatnas dan Pelatda. Sebab, akomodasi dan uang gaji ikut berhenti.
Di antara seluruh cabang olahraga, sepakbola lah yang paling membuat Politisi Golkar ini dilema. Apalagi, ada survei yang menyebut 70 persen masyarakat Indonesia menyukai sepakbola.
Dari seluruh cabor yang ada, sepakbola yang memiliki euforia paling besar. Saat dirinya berbincang dengan Ketum PSSI, Mochamad Iriawan, terhentinya kompetisi Liga1 dan Liga2, ada perputaran uang sekitar Rp 3 triliun yang hilang.
“Sepakbola bukan hanya urusan pemain, klub, tapi ada ribuan orang yang juga tergantung dari kompetisi ini. Para tukang parkir, pedagang gorengan, penjual kaos, dan lainnya,” sebutnya.
Lalu bagaimana sikap Presiden menyikapi hal ini? Soal insentif, dia menyebut yang paling memungkinkan untuk atlet adalah bantuan sosial (bansos). Terkait yang di Pelatnas, negara hadir melalui fasilitas akomodasi. Bagi yang terikat kontrak, negara tidak mampu berbuat banyak. Sebab kegiatan itu dikelola swasta.
“Kalau ada bantuan APBN, harus ada kriterianya. Untuk klub bisa survive, kami mengusulkan ada insentif. Kemudian industri olahraga, tapi sampai sekarang belum. Intinya, Presiden meminta kami memikirkan ini, di samping yang lain itu,” ungkapnya.
Dia juga berupaya menjalankan kembali pelatihan bagi atlet yang akan mengikuti turnamen di ajang internasional, khususnya bagi mereka yang mendapat tiket Olimpiade di Negeri Samurai, tahun ini. Sebab, ketika berdiskusi dengan pimpinan cabor, para pakar, dan pelatih, ketika atlet berhenti latihan 1 bulan, butuh waktu 7 bulan untuk membalikkan kemampuannya.
“Bayangkan kalau Olimpiade Juli-Agustus, tapi sekarang nggak ada latihan, pasti acaranya cuma jalan-jalan ke Tokyo. Karena pas MoU ke cabor soal permohonan bantuan dana, saya bentuk tim review dari akademisi, praktisi, internal kami, KONI juga ada. Kami putuskan bersama soal target dan durasi. Kalau itu oke, baru kita beri bantuan,” pungkasnya.
Amali juga mengungkapkan, sudah berkoordinasi dengan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit untuk meminta izin membuka kembali sejumlah kompetisi Liga1 dan Liga 2. “Kami lagi matangkan konsepnya. agar kompesiti tetap jalan tanpa meng abaikan protokol kesehatan,” ujarnya.
Amali sadar saat ini rakyat Indonesia menantikan bergulirnya berbagai kompetisi, terutama sepakbola. Karena rakyat butuh hiburan, butuh tontonan yang dinantinantikan. “Tapi, dari semua itu, bagi saya tetap kesehatan dan keselamatan menjadi faktor utama,” tegasnya, sambil berharap kepada semua pihak untuk tidak melupakan porsi olahraga. [MEN]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .