
Rugi Sepanjang Tahun Waskita Karya Punya Jurus Jitu Raup Untung .
PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami penurunan pendapatan sepanjang tahun lalu. Sehingga turut menyebabkan pada kerugian bersih yang cukup signifikan, yakni senilai Rp 7,38 triliun. Padahal di 2019, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Karya ini mencetak laba bersih senilai Rp 938,14 miliar.
President Director Waskita Karya Destiawan Soewardjono menjelaskan, hal tersebut diakibatkan adanya perlambatan aktifitas operasional proyek selama pandemi, beban overhead dari proyek dan pabrik yang terus berjalan. Serta tertundanya divestasi aset jalan tol ke tahun ini. Sehingga mengakibatkan beban bunga investasi jalan tol masih sangat tinggi.
Selain itu, adanya penundaan pembayaran beberapa proyek besar dan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 – 73 secara penuh, juga menjadi faktor penurunan kinerja keuangan Waskita.
Berdasarkan laporan perseroan, emiten dengan kode saham WSKT ini membukukan pendapatan senilai Rp 16,19 triliun di 2020. Realisasi itu anjlok 48,37 persen dibanding pendapatan usaha pada 2019 senilai Rp 31,38 triliun.
“Sementara, beban pokok pendapatan pada 2020 mencapai Rp 18,17 triliun, masih lebih rendah dibanding 2019 sebesar Rp 25,78 triliun,” jelas Destiawan dalam keterangan resminya, Jumat (26/3).
Meski demikian, perseroan mampu mempertahankan arus kas positif dari aktifitas operasi sebesar Rp 627 miliar. Menurutnya, hal ini didorong oleh penerimaan pembayaran dari proyek yang dikerjakan dengan skema progress payment, serta pembayaran proyek turnkey seperti proyek tol Jakarta – Cikampek Elevated II senilai Rp 6 triliun pada awal 2020.
Saat ini, pihaknya akan fokus pada pemulihan kinerja pasca pandemi. Beberapa upaya dan strategi sudah disiapkan untuk memastikan turn around kinerja operasional dan keuangan perusahaan kembali membaik.
“Strategi utama yang akan diterapkan antara lain transformasi bisnis, restrukturisasi keuangan, serta divestasi saham jalan tol,” tuturnya. [DWI]
]]> .
PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengalami penurunan pendapatan sepanjang tahun lalu. Sehingga turut menyebabkan pada kerugian bersih yang cukup signifikan, yakni senilai Rp 7,38 triliun. Padahal di 2019, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Karya ini mencetak laba bersih senilai Rp 938,14 miliar.
President Director Waskita Karya Destiawan Soewardjono menjelaskan, hal tersebut diakibatkan adanya perlambatan aktifitas operasional proyek selama pandemi, beban overhead dari proyek dan pabrik yang terus berjalan. Serta tertundanya divestasi aset jalan tol ke tahun ini. Sehingga mengakibatkan beban bunga investasi jalan tol masih sangat tinggi.
Selain itu, adanya penundaan pembayaran beberapa proyek besar dan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 – 73 secara penuh, juga menjadi faktor penurunan kinerja keuangan Waskita.
Berdasarkan laporan perseroan, emiten dengan kode saham WSKT ini membukukan pendapatan senilai Rp 16,19 triliun di 2020. Realisasi itu anjlok 48,37 persen dibanding pendapatan usaha pada 2019 senilai Rp 31,38 triliun.
“Sementara, beban pokok pendapatan pada 2020 mencapai Rp 18,17 triliun, masih lebih rendah dibanding 2019 sebesar Rp 25,78 triliun,” jelas Destiawan dalam keterangan resminya, Jumat (26/3).
Meski demikian, perseroan mampu mempertahankan arus kas positif dari aktifitas operasi sebesar Rp 627 miliar. Menurutnya, hal ini didorong oleh penerimaan pembayaran dari proyek yang dikerjakan dengan skema progress payment, serta pembayaran proyek turnkey seperti proyek tol Jakarta – Cikampek Elevated II senilai Rp 6 triliun pada awal 2020.
Saat ini, pihaknya akan fokus pada pemulihan kinerja pasca pandemi. Beberapa upaya dan strategi sudah disiapkan untuk memastikan turn around kinerja operasional dan keuangan perusahaan kembali membaik.
“Strategi utama yang akan diterapkan antara lain transformasi bisnis, restrukturisasi keuangan, serta divestasi saham jalan tol,” tuturnya. [DWI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .