Resmi Dilarang, Mudik Jadi Trending Topic .
Pemerintah resmi kembali melarang mudik Lebaran. Seperti tahun lalu, larangan mudik tersebut resmi berlaku mulai 6 hingga 17 Mei 2021 mendatang.
Pro kontra larangan mudik pun terjadi di media sosial. Di Twitter, kata kunci mudik menjadi trending topic. Sampai pukul 21.05, sudah lebih 19 ribu warganet yang mencuitkan kata ini. Banyak yang menolak dan mengkritik. Namun tak sedikit yang mendukung kebijakan ini.
Yang mendukung misalnya aktivis NU Nadirsyah Hosen. “Keputusan yang tepat,” kicaunya lewat akun @na_dirs menautkan link berita terkait senada dengan @pnugroho28. “Pemerintah akhirnya melarang mudik 2021 di tengah pandemi. Sekali lagi pesan Presiden @jokowi keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.”
Sementara itu, yang mengkritik salah satunya mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin. Dia menilai, lebih baik mudik dibolehkan dengan pengaturan yang ketat.
“Mudik itu adalah ritual budaya yang sarat nilai dan semangat agama, yang dampak sosial dan ekonominya amat luas. Pengaturan mudik dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat akan jauh lebih maslahah dibanding melarangnya,” cuit @lukmansaifuddin.
Serupa, akun @mazzini_gsp lebih kencang kritiknya. Dia menilai pemerintah tidak konsisten. “Mudik kan gak ada dampak buat kekuasaan jadi ya larang aja. Kalau yang ada dampak buat kekuasaan macam Pilkada ya perbolehkan, persetan pandemi, yang penting kuasa jalan terus.”
Akun @andamma kepingin banget pulang kampung. “Tolong Pak Jokowi biarkan kami anak perantauan tahun ini mudik pas lebaran, tahun lalu nggak soalnya.”
Sedangkam dokter jiwa berakun @mbahndi melihat dari sisi positif mudik. Menurutnya, mudik sebenarnya bagus untuk kesehatan jiwa. “Banyak pasien yang mengalami cemas psikosomatik sampai susah tidur biasanya malah lebih nyaman kalau di kampung halamannya. Barusan aja dua pasien cerita gejala psikosomatiknya hilang kalau di kampung,” sebutnya.
Epidemiolog Professor Zubairi menimpali. “Mudik dilarang. Oke. Dan saya tidak dalam posisi setuju atau enggak. Tapi lebih ingin konsistensi pada tiap implementasi kebijakan Covid-19. Jika di dalam Commuter Line saja masih berkerumun, tentunya akan membuat publik bertanya-tanya terhadap tiap kebijakan baru yang dibuat,” ujar @ProfesorZubairi.
Larangan mudik resmi disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
“Larangan mudik dimulai 6-17 Mei 2021. Sebelum dan sesudah tanggal itu, masyarakat diminta tidak melakukan pergerakan dan kegiatan ke luar daerah. Kecuali, mendesak dan perlu,” ujar Muhadjir dalam keterangan pers virtual yang disampaikan melalui kanal YouTube Kemenko PMK, Jumat (26/3).
Ketentuan ini berlaku untuk seluruh ASN, anggota TNI/Polri, karyawan BUMN, karyawan swasta, maupun pekerja mandiri dan seluruh masyarakat. Ketentuan yang menunjang peniadaan mudik Lebaran 2021 akan diatur oleh kementerian lembaga, termasuk Satgas Covid-19. [FAQ]
]]> .
Pemerintah resmi kembali melarang mudik Lebaran. Seperti tahun lalu, larangan mudik tersebut resmi berlaku mulai 6 hingga 17 Mei 2021 mendatang.
Pro kontra larangan mudik pun terjadi di media sosial. Di Twitter, kata kunci mudik menjadi trending topic. Sampai pukul 21.05, sudah lebih 19 ribu warganet yang mencuitkan kata ini. Banyak yang menolak dan mengkritik. Namun tak sedikit yang mendukung kebijakan ini.
Yang mendukung misalnya aktivis NU Nadirsyah Hosen. “Keputusan yang tepat,” kicaunya lewat akun @na_dirs menautkan link berita terkait senada dengan @pnugroho28. “Pemerintah akhirnya melarang mudik 2021 di tengah pandemi. Sekali lagi pesan Presiden @jokowi keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.”
Sementara itu, yang mengkritik salah satunya mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin. Dia menilai, lebih baik mudik dibolehkan dengan pengaturan yang ketat.
“Mudik itu adalah ritual budaya yang sarat nilai dan semangat agama, yang dampak sosial dan ekonominya amat luas. Pengaturan mudik dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat akan jauh lebih maslahah dibanding melarangnya,” cuit @lukmansaifuddin.
Serupa, akun @mazzini_gsp lebih kencang kritiknya. Dia menilai pemerintah tidak konsisten. “Mudik kan gak ada dampak buat kekuasaan jadi ya larang aja. Kalau yang ada dampak buat kekuasaan macam Pilkada ya perbolehkan, persetan pandemi, yang penting kuasa jalan terus.”
Akun @andamma kepingin banget pulang kampung. “Tolong Pak Jokowi biarkan kami anak perantauan tahun ini mudik pas lebaran, tahun lalu nggak soalnya.”
Sedangkam dokter jiwa berakun @mbahndi melihat dari sisi positif mudik. Menurutnya, mudik sebenarnya bagus untuk kesehatan jiwa. “Banyak pasien yang mengalami cemas psikosomatik sampai susah tidur biasanya malah lebih nyaman kalau di kampung halamannya. Barusan aja dua pasien cerita gejala psikosomatiknya hilang kalau di kampung,” sebutnya.
Epidemiolog Professor Zubairi menimpali. “Mudik dilarang. Oke. Dan saya tidak dalam posisi setuju atau enggak. Tapi lebih ingin konsistensi pada tiap implementasi kebijakan Covid-19. Jika di dalam Commuter Line saja masih berkerumun, tentunya akan membuat publik bertanya-tanya terhadap tiap kebijakan baru yang dibuat,” ujar @ProfesorZubairi.
Larangan mudik resmi disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
“Larangan mudik dimulai 6-17 Mei 2021. Sebelum dan sesudah tanggal itu, masyarakat diminta tidak melakukan pergerakan dan kegiatan ke luar daerah. Kecuali, mendesak dan perlu,” ujar Muhadjir dalam keterangan pers virtual yang disampaikan melalui kanal YouTube Kemenko PMK, Jumat (26/3).
Ketentuan ini berlaku untuk seluruh ASN, anggota TNI/Polri, karyawan BUMN, karyawan swasta, maupun pekerja mandiri dan seluruh masyarakat. Ketentuan yang menunjang peniadaan mudik Lebaran 2021 akan diatur oleh kementerian lembaga, termasuk Satgas Covid-19. [FAQ]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .