Praktino: Jokowi Nggak Bakal Jawab Surat AHY .
Presiden Jokowi tidak akan membalas surat yang dilayangkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terkait isu kudeta kepemimpinan di partai berlambang Mercy.
Hal ini disampaikan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, melalui keterangan pers virtual yang disampaikan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/2).
“Kami sudah menerima surat dari Pak AHY, yang ditujukan kepada Bapak Presiden. Diantar langsung Pak Sekjen Partai Demokrat. Kami rasa, kami tidak perlu menjawab surat tersebut,” kata Pratikno di Jakarta, Kamis (4/2).
Pratikno pun menjelaskan alasan, mengapa surat tersebut tak perlu dibalas.
“Karena itu adalah perihal dinamika rumah tangga internal Partai Demokrat, yang semuanya sudah diatur dalam AD/ART,” imbuhnya.
Sebelumnya, AHY menyebut adanya upaya dari sejumlah pihak, yang ingin mengkudeta kepemimpinannya di Partai Demokrat. AHY mengklaim, gerakan politik itu mendapat dukungan pejabat pemerintahan Presiden Jokowi. Sehingga, mencuatkan nama Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.
Atas dasar itu, AHY melayangkan surat ke Presiden Jokowi atas dugaan kudeta tersebut.
Terkait hal ini, pada Rabu (3/3), Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, dirinya tak pernah punya keinginan mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Dia mengaku sangat menghormati Presiden ke-6 RI yang juga ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Moeldoko mengaku pernah bertemu dengan sejumlah kader dan mantan petinggi Demokrat. Namun, sama sekali tak pernah berpikir untuk mengkudeta partai tersebut.
“Orang ngopi-ngopi kok bisa ramai begini. Apalagi ada yang grogi lagi. Beberapa kali, ngopi di sini,” ujar Moeldoko dalam konferensi pers di kediamannya di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2).
Moeldoko pun meminta AHY tak perlu takut. Apalagi, ia adalah orang di luar Demokrat. “Kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa aja gitu,” katanya.
Moeldoko melanjutkan, seandainya dirinya masih punya pasukan, tetap tidak bisa mengkudeta ketua umum Partai Demokrat.
“Anggaplah (saya masih) Panglima TNI, ingin jadi Ketua Demokrat. Emangnya gue bisa itu todong senjata, itu para DPC, DPD? Heh datang ke sini gue todongin senjata!” ujarnya, sambil memperagakan tangan dan telunjuknya, bak pistol.
Lantas, apakah akan meminta Jokowi turun tangan menyelesaikan masalah ini? Moeldoko menjawab, tidak.
“Emang kurang kerjaan apa Presiden, saya bicara ini? Urusan Covid aja sudah nggak karu-karuan, kita pusing. Ngapain mikirin yang nggak-nggak penting,” cetusnya. [SAR]
]]> .
Presiden Jokowi tidak akan membalas surat yang dilayangkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terkait isu kudeta kepemimpinan di partai berlambang Mercy.
Hal ini disampaikan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, melalui keterangan pers virtual yang disampaikan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/2).
“Kami sudah menerima surat dari Pak AHY, yang ditujukan kepada Bapak Presiden. Diantar langsung Pak Sekjen Partai Demokrat. Kami rasa, kami tidak perlu menjawab surat tersebut,” kata Pratikno di Jakarta, Kamis (4/2).
Pratikno pun menjelaskan alasan, mengapa surat tersebut tak perlu dibalas.
“Karena itu adalah perihal dinamika rumah tangga internal Partai Demokrat, yang semuanya sudah diatur dalam AD/ART,” imbuhnya.
Sebelumnya, AHY menyebut adanya upaya dari sejumlah pihak, yang ingin mengkudeta kepemimpinannya di Partai Demokrat. AHY mengklaim, gerakan politik itu mendapat dukungan pejabat pemerintahan Presiden Jokowi. Sehingga, mencuatkan nama Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko.
Atas dasar itu, AHY melayangkan surat ke Presiden Jokowi atas dugaan kudeta tersebut.
Terkait hal ini, pada Rabu (3/3), Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, dirinya tak pernah punya keinginan mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Dia mengaku sangat menghormati Presiden ke-6 RI yang juga ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Moeldoko mengaku pernah bertemu dengan sejumlah kader dan mantan petinggi Demokrat. Namun, sama sekali tak pernah berpikir untuk mengkudeta partai tersebut.
“Orang ngopi-ngopi kok bisa ramai begini. Apalagi ada yang grogi lagi. Beberapa kali, ngopi di sini,” ujar Moeldoko dalam konferensi pers di kediamannya di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2).
Moeldoko pun meminta AHY tak perlu takut. Apalagi, ia adalah orang di luar Demokrat. “Kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa aja gitu,” katanya.
Moeldoko melanjutkan, seandainya dirinya masih punya pasukan, tetap tidak bisa mengkudeta ketua umum Partai Demokrat.
“Anggaplah (saya masih) Panglima TNI, ingin jadi Ketua Demokrat. Emangnya gue bisa itu todong senjata, itu para DPC, DPD? Heh datang ke sini gue todongin senjata!” ujarnya, sambil memperagakan tangan dan telunjuknya, bak pistol.
Lantas, apakah akan meminta Jokowi turun tangan menyelesaikan masalah ini? Moeldoko menjawab, tidak.
“Emang kurang kerjaan apa Presiden, saya bicara ini? Urusan Covid aja sudah nggak karu-karuan, kita pusing. Ngapain mikirin yang nggak-nggak penting,” cetusnya. [SAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .