PPKM Mikro Dinilai Sukses Angka Kasus Aktif Corona Indonesia Di Bawah Dunia
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo menegaskan, angka persentase kasus aktif Covid-19 di Tanah Air berada di bawah angka kasus aktif di dunia.
Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, atau hasil pengurangan jumlah total pasien terinfeksi Covid-19, dengan jumlah total pasien sembuh dan meninggal dunia.
“Sepanjang 2 hingga 3 bulan terakhir ini, kita bisa menurunkan kasus aktif. Sehingga hari ini, capaian yang terbaik kita sudah satu digit, yaitu 9,72 persen,” tutur Doni dalam rapat dengan Komisi IX DPR, kemarin.
Sementara kasus aktif dunia, imbuh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, berada pada posisi 17,34 persen. Selain itu, angka kesembuhan di Indonesia tampak baik selama setahun penanganan Covid-19. “Kita berada jauh di atas kesembuhan global yaitu 87,58 persen,” imbuhnya.
Doni menuturkan, kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai angka tertinggi pada Januari hingga Februari 2021 lalu. Saking tingginya, sampai menyebabkan tingginya tingkat keterisian rumah sakit di Jawa dan Bali. Kondisi tersebut, menyebabkan meningkatnya jumlah dokter dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.
Doni pun mengklaim, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro menjadi faktor yang menyebabkan kasus aktif turun, diikuti turunnya angka dokter dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Penurunan juga terjadi berkat kebijakan melarang pegawai pemerintah dan mengimbau pegawai swasta untuk berpergian ke luar kota di hari libur.
“Ini ternyata sangat baik. Ke depan, strategi ini harus menjadi pelajaran kita semua untuk bisa menekan kasus Covid. Maka yang kita lakukan adalah pembatasan,” tutur eks Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu.
Dia menambahkan, penerapan PPKM Mikro merupakan bentuk ‘gas dan rem’ yang selama ini didorong oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pembatasan diperketat saat kasus aktif tinggi, sedangkan pembatasan dilonggarkan ketika kasus aktif melandai.
“Ini semata-mata adalah strategi, agar bisa mengurangi masyarakat yang terpapar Covid. Juga bisa mencegah masyarakat tidak terpapar oleh PHK,” beber Doni.
Hingga pukul 12.00 WIB kemarin, terdapat penambahan 5.589 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Jauh dibanding Desember 2020, di mana rata-rata kasus aktif berada di kisaran 7.000 orang setiap harinya.
Menurutnya, jika kasus ini bisa terus dipertahankan dan konsisten terus ditekan, Doni yakin, angka positivity rate akan terus menurun, hingga di bawah 1 persen. Standar World Health Organization (WHO), angka di bawah 1 persen menyatakan pandemi terkendali. “Bapak Menkes sudah melaporkan, Rt atau R effective kita sudah berada pada posisi 1,03,” ucapnya.
Tapi bukan berarti Covid-19 serta merta hilang. Pergerakan aktivitas individu tiap harinya bisa dilakukan lebih leluasa. “Di sinilah peran kita semua, bagaimana bisa melakukan pengendalian dengan baik,” imbau Doni. [JAR]
]]> Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo menegaskan, angka persentase kasus aktif Covid-19 di Tanah Air berada di bawah angka kasus aktif di dunia.
Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, atau hasil pengurangan jumlah total pasien terinfeksi Covid-19, dengan jumlah total pasien sembuh dan meninggal dunia.
“Sepanjang 2 hingga 3 bulan terakhir ini, kita bisa menurunkan kasus aktif. Sehingga hari ini, capaian yang terbaik kita sudah satu digit, yaitu 9,72 persen,” tutur Doni dalam rapat dengan Komisi IX DPR, kemarin.
Sementara kasus aktif dunia, imbuh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu, berada pada posisi 17,34 persen. Selain itu, angka kesembuhan di Indonesia tampak baik selama setahun penanganan Covid-19. “Kita berada jauh di atas kesembuhan global yaitu 87,58 persen,” imbuhnya.
Doni menuturkan, kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai angka tertinggi pada Januari hingga Februari 2021 lalu. Saking tingginya, sampai menyebabkan tingginya tingkat keterisian rumah sakit di Jawa dan Bali. Kondisi tersebut, menyebabkan meningkatnya jumlah dokter dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.
Doni pun mengklaim, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro menjadi faktor yang menyebabkan kasus aktif turun, diikuti turunnya angka dokter dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Penurunan juga terjadi berkat kebijakan melarang pegawai pemerintah dan mengimbau pegawai swasta untuk berpergian ke luar kota di hari libur.
“Ini ternyata sangat baik. Ke depan, strategi ini harus menjadi pelajaran kita semua untuk bisa menekan kasus Covid. Maka yang kita lakukan adalah pembatasan,” tutur eks Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu.
Dia menambahkan, penerapan PPKM Mikro merupakan bentuk ‘gas dan rem’ yang selama ini didorong oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pembatasan diperketat saat kasus aktif tinggi, sedangkan pembatasan dilonggarkan ketika kasus aktif melandai.
“Ini semata-mata adalah strategi, agar bisa mengurangi masyarakat yang terpapar Covid. Juga bisa mencegah masyarakat tidak terpapar oleh PHK,” beber Doni.
Hingga pukul 12.00 WIB kemarin, terdapat penambahan 5.589 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Jauh dibanding Desember 2020, di mana rata-rata kasus aktif berada di kisaran 7.000 orang setiap harinya.
Menurutnya, jika kasus ini bisa terus dipertahankan dan konsisten terus ditekan, Doni yakin, angka positivity rate akan terus menurun, hingga di bawah 1 persen. Standar World Health Organization (WHO), angka di bawah 1 persen menyatakan pandemi terkendali. “Bapak Menkes sudah melaporkan, Rt atau R effective kita sudah berada pada posisi 1,03,” ucapnya.
Tapi bukan berarti Covid-19 serta merta hilang. Pergerakan aktivitas individu tiap harinya bisa dilakukan lebih leluasa. “Di sinilah peran kita semua, bagaimana bisa melakukan pengendalian dengan baik,” imbau Doni. [JAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .