Pernah Jadi Menteri, Sekarang Ketua DPR, Di Survei Masih Nol Koma Ada Apa Dengan Puan .
Untuk maju sebagai calon presiden, Puan Maharani sebenarnya punya modal besar. Puan pernah duduk di kabinet sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Jabatan Puan sekarang juga sangat bergengsi, yakni Ketua DPR. Ditambah statusnya sebagai putri Megawati Soekarnoputri. Namun anehnya, sampai sekarang, elektabilitas Puan sebagai capres belum naik-naik juga, masih nol koma. Ada apa dengan Puan?
Dalam survei terbaru yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Puan sebagai capres 2024 masih belum berubah. Dari 29 nama tokoh yang masuk bursa capres, Puan hanya menduduki peringkat ke-22 dengan penilaian 0,1 persen.
Elektabilitas Puan ini bahkan jauh tertinggal dari 3 kader banteng lainnya seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dalam survei yang sama, Ganjar Pranowo sangat jauh melewati Puan dengan elektabilitas sebesar 10,6 persen. Sedangkan Risma yang belum genap 2 bulan jadi menteri, sudah di angka 5,5 persen. Sementara Ahok yang kini juga berstatus sebagai kader Banteng memiliki penilaian sebesar 7,2 persen.
Kenapa elektabilitas Puan susah naik? Pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Prof Asep Warlan Yusuf menilai, ada beberapa faktor penyebabnya. Puan masih dalam bayang-bayang ibunya, Megawati Soekarnoputri. Keterpilihan Puan sebagai Ketua DPR, dianggap publik tak lepas dari status Puan sebagai trah Soekarno, bukan prestasi atau ketokohan.
“Meski saat ini sebagai Ketua DPR, tapi itu tidak juga bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk mendongkel elektabilitasnya,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, Senin (22/2).
Selain itu, lanjut Warlan, Puan juga minim prestasi yang menonjol untuk “dijual” di Pilpres 2024. “Dari sisi prestasi, Puan tidak lebih dari tokoh-tokoh yang ada, seperti Anies, Ganjar, Ridwan Kamil atau Khofifah. Jadi, tidak ada prestasi yang ditonjolkan,” katanya.
Menurutnya, kalau PDIP serius akan mengusung Puan di Pilpres 2024, maka salah satu cara untuk mendongkrak elektabilitasnya yakni regenerasi. Puan, kata dia, harus memegang tongkat komando di PDIP dengan menggantikan Mega. “Karena Puan akan lebih leluasa bergerak dan memiliki basis yang kuat,” katanya.
Ia mencontohkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang saat ini sudah dipercaya Susilo Bambang Yudhoyono untuk menakhodai Demokrat. Hasilnya, elektabilitas AHY terus menunjukkan trend yang positif. “AHY saat ini sudah mulai bisa lepas dari bayang-bayang SBY dan mulai membentuk ketokohannya,” ungkapnya.
Sementara Peneliti CSIS, Arya Fernandes menyebut elektabilitas Puan belum terkerek karena memiliki sejumlah kendala. “Performanya sebagai pejabat publik belum terlihat. Selain itu belum terlihat ada kebijakan yang menonjol dan inovatif,” ujarnya.
Apa tanggapan PDIP? Politisi senior PDIP, Effendi Simbolon mengaku optimis, ke depan elektabilitas Puan sebagai capres akan sangat tinggi. Belum tingginya elektabilitas Puan saat ini, kata dia, karena memang tidak ada persiapan menuju RI 1.
“Kalau nama-nama yang menempati urutan teratas itu, memang memiliki niat menyalonkan diri,” kata Effendi kepada Rakyat Merdeka, Senin (22/2).
“Kalau dipersiapkan secara matang, saya kira Mbak Puan akan menjadi ledakan dahsyat. Seluruh lembaga survei juga akan menempatkan Mbak Puan nomor satu. Termasuk lembaga survei di luar negeri,” klaimnya.
Anggota Komisi I DPR itu juga mencontohkan proses Jokowi menjadi Presiden RI. Menurutnya, saat itu Jokowi belum dikenal secara menyeluruh. “Tapi ketika Ibu Megawati menandatangani surat mandat kepada Jokowi, hal itu jadi berbeda. Sebelumnya, masyarakat hanya mengetahui Jokowi karena ESEMKA,” selorohnya.
Nah, kata Effendi, Puan memiliki dentuman lebih dahsyat ketimbang Jokowi. Apalagi, dengan segudang prestasinya. Kata dia, Puan lulusan UI dengan predikat bagus dan mendapatkan gelar doktor honoris causa.
“Mbak Puan itu anggota DPR dengan perolehan suara terbanyak secara nasional. Jadi persoalannya karena belum ada persiapan dan momentumnya,” tegasnya. [QAR]
]]> .
Untuk maju sebagai calon presiden, Puan Maharani sebenarnya punya modal besar. Puan pernah duduk di kabinet sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Jabatan Puan sekarang juga sangat bergengsi, yakni Ketua DPR. Ditambah statusnya sebagai putri Megawati Soekarnoputri. Namun anehnya, sampai sekarang, elektabilitas Puan sebagai capres belum naik-naik juga, masih nol koma. Ada apa dengan Puan?
Dalam survei terbaru yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Puan sebagai capres 2024 masih belum berubah. Dari 29 nama tokoh yang masuk bursa capres, Puan hanya menduduki peringkat ke-22 dengan penilaian 0,1 persen.
Elektabilitas Puan ini bahkan jauh tertinggal dari 3 kader banteng lainnya seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dalam survei yang sama, Ganjar Pranowo sangat jauh melewati Puan dengan elektabilitas sebesar 10,6 persen. Sedangkan Risma yang belum genap 2 bulan jadi menteri, sudah di angka 5,5 persen. Sementara Ahok yang kini juga berstatus sebagai kader Banteng memiliki penilaian sebesar 7,2 persen.
Kenapa elektabilitas Puan susah naik? Pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Prof Asep Warlan Yusuf menilai, ada beberapa faktor penyebabnya. Puan masih dalam bayang-bayang ibunya, Megawati Soekarnoputri. Keterpilihan Puan sebagai Ketua DPR, dianggap publik tak lepas dari status Puan sebagai trah Soekarno, bukan prestasi atau ketokohan.
“Meski saat ini sebagai Ketua DPR, tapi itu tidak juga bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk mendongkel elektabilitasnya,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, Senin (22/2).
Selain itu, lanjut Warlan, Puan juga minim prestasi yang menonjol untuk “dijual” di Pilpres 2024. “Dari sisi prestasi, Puan tidak lebih dari tokoh-tokoh yang ada, seperti Anies, Ganjar, Ridwan Kamil atau Khofifah. Jadi, tidak ada prestasi yang ditonjolkan,” katanya.
Menurutnya, kalau PDIP serius akan mengusung Puan di Pilpres 2024, maka salah satu cara untuk mendongkrak elektabilitasnya yakni regenerasi. Puan, kata dia, harus memegang tongkat komando di PDIP dengan menggantikan Mega. “Karena Puan akan lebih leluasa bergerak dan memiliki basis yang kuat,” katanya.
Ia mencontohkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang saat ini sudah dipercaya Susilo Bambang Yudhoyono untuk menakhodai Demokrat. Hasilnya, elektabilitas AHY terus menunjukkan trend yang positif. “AHY saat ini sudah mulai bisa lepas dari bayang-bayang SBY dan mulai membentuk ketokohannya,” ungkapnya.
Sementara Peneliti CSIS, Arya Fernandes menyebut elektabilitas Puan belum terkerek karena memiliki sejumlah kendala. “Performanya sebagai pejabat publik belum terlihat. Selain itu belum terlihat ada kebijakan yang menonjol dan inovatif,” ujarnya.
Apa tanggapan PDIP? Politisi senior PDIP, Effendi Simbolon mengaku optimis, ke depan elektabilitas Puan sebagai capres akan sangat tinggi. Belum tingginya elektabilitas Puan saat ini, kata dia, karena memang tidak ada persiapan menuju RI 1.
“Kalau nama-nama yang menempati urutan teratas itu, memang memiliki niat menyalonkan diri,” kata Effendi kepada Rakyat Merdeka, Senin (22/2).
“Kalau dipersiapkan secara matang, saya kira Mbak Puan akan menjadi ledakan dahsyat. Seluruh lembaga survei juga akan menempatkan Mbak Puan nomor satu. Termasuk lembaga survei di luar negeri,” klaimnya.
Anggota Komisi I DPR itu juga mencontohkan proses Jokowi menjadi Presiden RI. Menurutnya, saat itu Jokowi belum dikenal secara menyeluruh. “Tapi ketika Ibu Megawati menandatangani surat mandat kepada Jokowi, hal itu jadi berbeda. Sebelumnya, masyarakat hanya mengetahui Jokowi karena ESEMKA,” selorohnya.
Nah, kata Effendi, Puan memiliki dentuman lebih dahsyat ketimbang Jokowi. Apalagi, dengan segudang prestasinya. Kata dia, Puan lulusan UI dengan predikat bagus dan mendapatkan gelar doktor honoris causa.
“Mbak Puan itu anggota DPR dengan perolehan suara terbanyak secara nasional. Jadi persoalannya karena belum ada persiapan dan momentumnya,” tegasnya. [QAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .