
Perlukah Tes Serologi Untuk Uji Antibodi Usai Vaksinasi Covid-19? Ini Kata Ahli…
Di tengah bergulirnya program vaksinasi, ada sebagian masyarakat yang penasaran dengan antibodi yang dibentuk dari vaksin tersebut. Untuk mengetahuinya mereka melakukan tes serologi.
Sebetulnya, perlu atau tidak sih melakukan tes serologi setelah menjalankan program vaksinasi? Menurut Pakar Bioteknologi Prof Bimo Ario Tejo, tes serologi sebetulnya tidak perlu dilakukan.
“Memang sekarang mulai ngetren setelah divaksin beberapa minggu kemudian mereka menguji antibodi. Kalau ditanya perlu atau tidak, jawabannya tidak,” tegas Bimo dalam Talk Show RM.id bertema “Divaksin Tak Otomatis Kebal”, Selasa (13/4).
Dosen University Kuala Lumpur ini menjelaskan, antibodi yang dihasilkan dari vaksin, atau polivalen, tidak hanya satu jenis. “Antibodi polivalen ada beberapa jenis misalnya ABCD,” tuturnya.
Sementara dalam tes serologi, yang dites hanyalah satu jenis antibodi saja. Karena itu, kemungkinan besar hasilnya tidak ada pembentukan antibodi.
“Misalnya vaksin yang disuntikkan ke kita lebih banyak menghasilkan antibodi jenis B atau C. Sedangkan yang di tes adalah antibodi jenis A. Hasilnya tidak ada antibodi jenis kita yang B atau C tadi. Itu bisa bikin panik,” jelas Bimo.
Karena itu, dia meminta orang yang hendak melakukan tes serologi untuk tidak panik jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginan.
“Silakan. Tapi apapun hasilnya jangan panik, misalnya membanding-bandingkan dengan orang lain, ‘antibodi saya rendah kamu kok lebih tinggi’, terus panik,” wanti-wantinya.
Selain itu, Bimo juga mengingatkan, setiap orang akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap serangan virus. Misalnya si A, pembentukan antibodinya lebih banyak ke A. Sementara ke B dan C, kurang. “Jadi jangan khawatir, jangan risau karena jenis antibodi berbeda-beda,” imbau Bimo.
Lagipula, diterangkannya, bukan hanya antibodi yang memberikan perlindungan terhadap virus. Antibodi, hanya pertahanan pertama. Sementara pertahanan selanjutnya, adalah Sel T. Sel ini menghalau virus yang lolos dari antibodi, si pertahanan pertama.
Nah, kata Bimo, tak seperti antibodi, Sel T ini sulit dideteksi. “Karena cara mendeteksinya agak mahal dan agak sulit,” tandasnya. [JAR]
]]> Di tengah bergulirnya program vaksinasi, ada sebagian masyarakat yang penasaran dengan antibodi yang dibentuk dari vaksin tersebut. Untuk mengetahuinya mereka melakukan tes serologi.
Sebetulnya, perlu atau tidak sih melakukan tes serologi setelah menjalankan program vaksinasi? Menurut Pakar Bioteknologi Prof Bimo Ario Tejo, tes serologi sebetulnya tidak perlu dilakukan.
“Memang sekarang mulai ngetren setelah divaksin beberapa minggu kemudian mereka menguji antibodi. Kalau ditanya perlu atau tidak, jawabannya tidak,” tegas Bimo dalam Talk Show RM.id bertema “Divaksin Tak Otomatis Kebal”, Selasa (13/4).
Dosen University Kuala Lumpur ini menjelaskan, antibodi yang dihasilkan dari vaksin, atau polivalen, tidak hanya satu jenis. “Antibodi polivalen ada beberapa jenis misalnya ABCD,” tuturnya.
Sementara dalam tes serologi, yang dites hanyalah satu jenis antibodi saja. Karena itu, kemungkinan besar hasilnya tidak ada pembentukan antibodi.
“Misalnya vaksin yang disuntikkan ke kita lebih banyak menghasilkan antibodi jenis B atau C. Sedangkan yang di tes adalah antibodi jenis A. Hasilnya tidak ada antibodi jenis kita yang B atau C tadi. Itu bisa bikin panik,” jelas Bimo.
Karena itu, dia meminta orang yang hendak melakukan tes serologi untuk tidak panik jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginan.
“Silakan. Tapi apapun hasilnya jangan panik, misalnya membanding-bandingkan dengan orang lain, ‘antibodi saya rendah kamu kok lebih tinggi’, terus panik,” wanti-wantinya.
Selain itu, Bimo juga mengingatkan, setiap orang akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap serangan virus. Misalnya si A, pembentukan antibodinya lebih banyak ke A. Sementara ke B dan C, kurang. “Jadi jangan khawatir, jangan risau karena jenis antibodi berbeda-beda,” imbau Bimo.
Lagipula, diterangkannya, bukan hanya antibodi yang memberikan perlindungan terhadap virus. Antibodi, hanya pertahanan pertama. Sementara pertahanan selanjutnya, adalah Sel T. Sel ini menghalau virus yang lolos dari antibodi, si pertahanan pertama.
Nah, kata Bimo, tak seperti antibodi, Sel T ini sulit dideteksi. “Karena cara mendeteksinya agak mahal dan agak sulit,” tandasnya. [JAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .