Penuhi Syarat Dari UNESCO PINKAN Bertekad Jadikan Kolintang Sebagai Pelajaran Seni Di Sekolah .
Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia tengah berupaya menjadikan kolintang sebagai pelajaran seni di seluruh tempat pendidikan. Mulai dari sekolah tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), hingga perguruan tinggi. Hal ini diharapkan bisa terealisasi dalam waktu dekat.
Pembina PINKAN, Laksamana TNI (Purn) Marsetio mengatakan, langkah ini ditempuh sebagai salah satu upaya untuk memenuhi persyaratan agar kolintang bisa diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Syaray itu, yakni kolintang harus dikenal masyarakat luas dan dijaga kelestariannya.
Marsetio menyatakan, masalah ini nantinya akan diurus Ketua DPD Pinkan Sulawesi Utara, yang juga Bupati Minahasa Utara, Joune JE Ganda.
“Beliau yang nantinya akan mengerjakan, karena kita akan awali kegiatan ini di seluruh tempat pendidikan yang ada di Sulawesi Utara,” ujar Marsetio di acara Seminar Live dan Virtual “Kolintang Goes to Unesco” yang digelar di Kantor Berita RRI, Jakarta, Kamis (25/3).
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) berharap, rencana ini dapat terus berkesinambungan dan bisa terlaksana di tempat pendidikan yang ada di seluruh Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, saat ini pihaknya juga tengah berupaya menjalin kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Untuk ke tingkat nasional ini nantinya juga akan dikerjakan oleh pak Joune. Tapi untuk saat ini kita fokus dulu di Sulawesi Utara,” tuturnya.
Marsetio mengakui, PINKAN belakangan kesulitan memperkenalkan Kolintang ke masyarakat akibat adanya pandemi virus Corona. Namun, mereka tetap bersemangat melakukannya bersama-sama sejumlah sanggar.
“Kalau ada pihak yang mau Kolintang, silahkan hubungi PINKAN. Nanti saya sediakan satu set. Tapi syaratnya bersedia jadi agen sosialisasi,” papar Marsetio.
Di Angkatan Laut sendiri, hampir semua pangkalan kapal terdapat kolintang. Salah satunya, pangkalan yang ada di Pangkal Pinang. Tujuannya, agar kolintang dikenal banyak orang.
Dia berharap, pandemi cepat selesai. Rencananya, PINKAN akan mengirim kolintang ke Kedutaan Besar RI di London, Prancis, Inggris, dan berbagai negara lainnya.
“Kita harus gerak cepat dalam memperkenalkan kolintang ke masyarakat. Kalau perlu di kantor pejabat di Sulawesi Utara ditaruh Kolintang. Begitu juga di Bandara,” tandasnya.
Ketua DPD PINKAN Joune JE Ganda menjelaskan, dalam upaya mewujudkan rencana menjadikan kolintang sebagai pelajaran seni, pihaknya sudah bekerjasama dengan sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Manado.
Dia berharap, langkah ini bisa segera terealisasi agar kolintang semakin dikenal generasi muda dan terjaga kelestariannya. “Saya juga berharap apa yang kita lakukan ini bisa menjadi role model baru di dunia pendidikan. Khususnya untuk seluruh sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Sulawesi Utara,” ujarnya.
Di tempat sama, Ketua Umum DPP PINKAN Indonesia Penny Iriana Marsetio memastikan, pihaknya akan bekerja keras untuk memperkenalkan kolintang ke seluruh lapisan masyarakat.
Termasuk, memastikan tim kerjanya terus berusaha melengkapi persyaratan sesuai dengan aturan UNESCO.
“Sebagai pecinta kolintang, kami berharap di setiap sudut ruang di Sulut akan bunyi kolintang. Itu termasuk hal yang menjadi persyaratan UNESCO. Di daerah pengusung, kehadiran musik kolintang harus merakyat,” harapnya.
PINKAN Indonesia sendiri, kata Penny, sudah menyumbang cukup banyak perangkat musik kolintang di berbagai daerah di Indonesia.
“Sekarang lebih menarik lagi. Di tengah perkembangan teknologi yang semakin cepat, di zaman IT, musik kolintang pun bisa dikreasikan secara digital,” tutur Penny.
Sekedar informasi, Seminar Live & Virtual Kolintang Goes to Unesco mengangkat materi “Ansambel, Musik Kolintang Kayu Asli Minahasa Dipersembahkan Sulawesi Utara Untuk Dunia”.
Kegiatan ini digelar untuk bersama-sama membahas tentang upaya menjadikan Kolintang yang merupakan warisan budaya tak benda milik Indonesia, dapat dipilih dan dipersembahkan menjadi warisan yang berharga bagi dunia pada tahun 2023 di UNESCO.
Kolintang kayu Minahasa merupakan satu warisan budaya Indonesia yang mampu menjadi sebuah kekuatan identitas bagi bangsa Indonesia untuk tetap menjaga budaya agar tidak punah.
Sekaligus, menunjukkan identitas nasional bangsa terhadap negara lain dalam kancah dunia internasional.
Dengan begitu, akan menimbulkan citra positif terhadap budaya-budaya Indonesia yang dikenal dengan negara dengan keberagaman terbesar di dunia, dari sudut suku, etnis, ras, agama dan golongan, budaya, seni, bahasa, dan lain lain.
Seminar yang diadakan secara offline (luring) dan online (daring) tersebut juga turut menampilkan sejumlah pembicara/panelis penting.
Antara lain Prof. Ir. Wiendu Nuryanti (Budayawan) yang juga Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2011-2014.
Kemudian, Judi Wahyudin (Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud), Olly Dondokambey (Gubernur Sulawesi Utara) dan Vincent Piket (Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia). [DNU]
]]> .
Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia tengah berupaya menjadikan kolintang sebagai pelajaran seni di seluruh tempat pendidikan. Mulai dari sekolah tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), hingga perguruan tinggi. Hal ini diharapkan bisa terealisasi dalam waktu dekat.
Pembina PINKAN, Laksamana TNI (Purn) Marsetio mengatakan, langkah ini ditempuh sebagai salah satu upaya untuk memenuhi persyaratan agar kolintang bisa diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Syaray itu, yakni kolintang harus dikenal masyarakat luas dan dijaga kelestariannya.
Marsetio menyatakan, masalah ini nantinya akan diurus Ketua DPD Pinkan Sulawesi Utara, yang juga Bupati Minahasa Utara, Joune JE Ganda.
“Beliau yang nantinya akan mengerjakan, karena kita akan awali kegiatan ini di seluruh tempat pendidikan yang ada di Sulawesi Utara,” ujar Marsetio di acara Seminar Live dan Virtual “Kolintang Goes to Unesco” yang digelar di Kantor Berita RRI, Jakarta, Kamis (25/3).
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) berharap, rencana ini dapat terus berkesinambungan dan bisa terlaksana di tempat pendidikan yang ada di seluruh Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, saat ini pihaknya juga tengah berupaya menjalin kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Untuk ke tingkat nasional ini nantinya juga akan dikerjakan oleh pak Joune. Tapi untuk saat ini kita fokus dulu di Sulawesi Utara,” tuturnya.
Marsetio mengakui, PINKAN belakangan kesulitan memperkenalkan Kolintang ke masyarakat akibat adanya pandemi virus Corona. Namun, mereka tetap bersemangat melakukannya bersama-sama sejumlah sanggar.
“Kalau ada pihak yang mau Kolintang, silahkan hubungi PINKAN. Nanti saya sediakan satu set. Tapi syaratnya bersedia jadi agen sosialisasi,” papar Marsetio.
Di Angkatan Laut sendiri, hampir semua pangkalan kapal terdapat kolintang. Salah satunya, pangkalan yang ada di Pangkal Pinang. Tujuannya, agar kolintang dikenal banyak orang.
Dia berharap, pandemi cepat selesai. Rencananya, PINKAN akan mengirim kolintang ke Kedutaan Besar RI di London, Prancis, Inggris, dan berbagai negara lainnya.
“Kita harus gerak cepat dalam memperkenalkan kolintang ke masyarakat. Kalau perlu di kantor pejabat di Sulawesi Utara ditaruh Kolintang. Begitu juga di Bandara,” tandasnya.
Ketua DPD PINKAN Joune JE Ganda menjelaskan, dalam upaya mewujudkan rencana menjadikan kolintang sebagai pelajaran seni, pihaknya sudah bekerjasama dengan sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Manado.
Dia berharap, langkah ini bisa segera terealisasi agar kolintang semakin dikenal generasi muda dan terjaga kelestariannya. “Saya juga berharap apa yang kita lakukan ini bisa menjadi role model baru di dunia pendidikan. Khususnya untuk seluruh sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Sulawesi Utara,” ujarnya.
Di tempat sama, Ketua Umum DPP PINKAN Indonesia Penny Iriana Marsetio memastikan, pihaknya akan bekerja keras untuk memperkenalkan kolintang ke seluruh lapisan masyarakat.
Termasuk, memastikan tim kerjanya terus berusaha melengkapi persyaratan sesuai dengan aturan UNESCO.
“Sebagai pecinta kolintang, kami berharap di setiap sudut ruang di Sulut akan bunyi kolintang. Itu termasuk hal yang menjadi persyaratan UNESCO. Di daerah pengusung, kehadiran musik kolintang harus merakyat,” harapnya.
PINKAN Indonesia sendiri, kata Penny, sudah menyumbang cukup banyak perangkat musik kolintang di berbagai daerah di Indonesia.
“Sekarang lebih menarik lagi. Di tengah perkembangan teknologi yang semakin cepat, di zaman IT, musik kolintang pun bisa dikreasikan secara digital,” tutur Penny.
Sekedar informasi, Seminar Live & Virtual Kolintang Goes to Unesco mengangkat materi “Ansambel, Musik Kolintang Kayu Asli Minahasa Dipersembahkan Sulawesi Utara Untuk Dunia”.
Kegiatan ini digelar untuk bersama-sama membahas tentang upaya menjadikan Kolintang yang merupakan warisan budaya tak benda milik Indonesia, dapat dipilih dan dipersembahkan menjadi warisan yang berharga bagi dunia pada tahun 2023 di UNESCO.
Kolintang kayu Minahasa merupakan satu warisan budaya Indonesia yang mampu menjadi sebuah kekuatan identitas bagi bangsa Indonesia untuk tetap menjaga budaya agar tidak punah.
Sekaligus, menunjukkan identitas nasional bangsa terhadap negara lain dalam kancah dunia internasional.
Dengan begitu, akan menimbulkan citra positif terhadap budaya-budaya Indonesia yang dikenal dengan negara dengan keberagaman terbesar di dunia, dari sudut suku, etnis, ras, agama dan golongan, budaya, seni, bahasa, dan lain lain.
Seminar yang diadakan secara offline (luring) dan online (daring) tersebut juga turut menampilkan sejumlah pembicara/panelis penting.
Antara lain Prof. Ir. Wiendu Nuryanti (Budayawan) yang juga Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2011-2014.
Kemudian, Judi Wahyudin (Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud), Olly Dondokambey (Gubernur Sulawesi Utara) dan Vincent Piket (Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia). [DNU]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .