PDIP Dan Gerindra Tak Goyah Karena Korupsi Aneh Tapi Nyata
Sejak skandal korupsi bantuan sosial (bansos) dan ekspor benur terungkap, PDIP dan Gerindra kerap jadi sasaran bully. Partai juara korupsi kerap disematkan publik di dunia maya pada dua partai ini. Tapi, anehnya, bukannya anjlok, elektabilitas partai yang dipimpin Megawati dan Prabowo itu, tetap tak goyah dan selalu nangkring di urutan pertama dan kedua.
Dalam berbagai riset yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei yang kredibel, PDIP dan Gerindra, masih menempati posisi teratas. Terbaru, survei yang dikeluarkan Indikator Politik Indonesia (IPI). Lembaga yang didirikan Burhanuddin Muhtadi PhD ini, menempatkan Gerindra pada urutan pertama sebagai partai pilihan anak muda dengan meraih 16 persen. Di posisi kedua, PDIP dengan persentase 14,2 persen.
Hasil survei yang dilakukan IPI ini tentu saja membuat banyak orang terkaget-kaget. Sebab, badai korupsi yang tengah menimpa PDIP dan Gerindra, ternyata tak berdampak pada elektabilitasnya. Bahkan di mata anak muda, kedua partai ini masih menjadi primadona.
Padahal, dua kasus korupsi yang paling banyak menyita perhatian publik, yakni bansosgate dan lobstergate, dilakukan oleh kader dari dua partai itu. Untuk lobster, tersangka utamanya adalah eks Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Umum Gerindra.
Sementara kasus bansos, pelaku utamanya adalah Eks Menteri Sosial, Juliari Batubara. Di PDIP, Juliari menempati posisi yang cukup bergengsi, sebagai wakil bendahara umum.
Dengan ditangkapnya Juliari, menambah panjang daftar kader PDIP yang berurusan dengan KPK. Sebelum Juliari, dua kepala daerah asal PDIP lebih dulu dicokok KPK. Yakni Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo dan Wali Kota Cimahi Ajay Priatna.
Apa tanggapan PDIP terkait hasil survei ini? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supatikno tak ingin jumawa. Menurutnya, hasil survei masih terus bergerak. Begitu juga politik yang selalu dinamis. Untuk itu, dia tak ingin reaktif dan terus membuat tafsir berlebihan. Namun, PDIP tetap bergerak dengan tujuan yang jelas.
“Saya ingat adagium: bergeraklah dengan tuntunan bintang di langit, bukan dengan kerlap kerlip kapal yang keluar masuk pelabuhan,” kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Anggota komisi XI DPR ini menegaskan, di PDIP, ada instruksi tegas kepada semua kader untuk rajin turun ke bawah dan menunjukkan wajah partai yang melayani masyarakat.
“Kader partai juga diinstruksikan untuk memberdayakan kaum marhaen dan wong cilik yang telah memberi kepercayaan kepada partai,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra, Habiburokhman menilai, dukungan anak muda terhadap partainya karena sikap politik partai. Dia mengklaim, Gerindra selama ini konsisten mendorong anak muda terlibat di pemerintahan.
“Mungkin dukungan anak muda kepada kami mengalir karena melihat sikap politik kami yang banyak mengakomodir idealisme mereka. Kami konsisten mendorong pelibatan anak-anak muda dalam bidang pemerintahan,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, dia mengapresiasi hasil survei itu. Apalagi survei itu merupakan dukungan dari anak muda yang merupakan segmen terbesar dalam beberapa Pemilu terakhir.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisyah Putri Budiarti menduga, tingginya hasil survei Gerindra dan PDIP dipengaruhi faktor kekuatan politik hasil pemilu sebelumnya, dan faktor tokoh partai. Gerindra dan PDIP bagaimana pun merupakan partai politik pemenang pemilu.
“Selain itu, mereka juga memiliki tokoh yang populer sebagai capres pada pemilu lalu dan ke depan,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia menyebutkan, beberapa elit partai yang kini digadang-gadang jadi Capres berasal dari Gerindra dan PDIP. Di antaranya, Prabowo, Sandiaga Uno dan Ganjar Pranowo. “Nama-nama itu yang dianggap potensial,” katanya.
Namun begitu, kata Putri, dari hasil survei itu, ada lebih dari 40 persen belum menentukan jawabannya. Menurutnya, mereka itu merupakan masyarakat yang kritis dan kecewa terhadap performa partai politik. “Dari hasil survei indikator ini juga telihat bahwa responden menempatkan partai dan DPR sebagai institusi demokrasi yang paling tidak dipercayai,” katanya.
Masih tingginya elektabilitas PDIP dan Gerindra, juga membuat kaget warga dunia maya. “Ternyata oh ternyata.. Di luar dugaan…“ cuit akun @agathaananda. “Orang daerah sana mudah digiring opini modal cinta dunia, makanya partai korupsi terbesar hingga trilliun masih berjaya dan harum namanya,” kata akun @Laz_Antiroma.
“Karena kan rakyat suka partai korupsi dan pejabat korup lah buktinya PDIP tetap jadi pilihan utama rakyat indonesia,” timpal akun @Muslimjawa1.
“Kebijakan politik partai akan kelihatan mulai tahun 2022 akhir bro, tapi ya politik bisa jadi akan berubah nanti petanya. Survei baru test ombak sekarang,” cuit akun @panjianom102. “Nggak penting 2024 #golput #anakmudagolput #2024golput,” sindir akun @ring1_. “Saya bukan orang partai, tapi menurut saya, partai semua sama. Coba sebutkan 1 partai yang bersih dari korupsi?” timpal akun @Yitno57. [QAR]
]]> Sejak skandal korupsi bantuan sosial (bansos) dan ekspor benur terungkap, PDIP dan Gerindra kerap jadi sasaran bully. Partai juara korupsi kerap disematkan publik di dunia maya pada dua partai ini. Tapi, anehnya, bukannya anjlok, elektabilitas partai yang dipimpin Megawati dan Prabowo itu, tetap tak goyah dan selalu nangkring di urutan pertama dan kedua.
Dalam berbagai riset yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei yang kredibel, PDIP dan Gerindra, masih menempati posisi teratas. Terbaru, survei yang dikeluarkan Indikator Politik Indonesia (IPI). Lembaga yang didirikan Burhanuddin Muhtadi PhD ini, menempatkan Gerindra pada urutan pertama sebagai partai pilihan anak muda dengan meraih 16 persen. Di posisi kedua, PDIP dengan persentase 14,2 persen.
Hasil survei yang dilakukan IPI ini tentu saja membuat banyak orang terkaget-kaget. Sebab, badai korupsi yang tengah menimpa PDIP dan Gerindra, ternyata tak berdampak pada elektabilitasnya. Bahkan di mata anak muda, kedua partai ini masih menjadi primadona.
Padahal, dua kasus korupsi yang paling banyak menyita perhatian publik, yakni bansosgate dan lobstergate, dilakukan oleh kader dari dua partai itu. Untuk lobster, tersangka utamanya adalah eks Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Umum Gerindra.
Sementara kasus bansos, pelaku utamanya adalah Eks Menteri Sosial, Juliari Batubara. Di PDIP, Juliari menempati posisi yang cukup bergengsi, sebagai wakil bendahara umum.
Dengan ditangkapnya Juliari, menambah panjang daftar kader PDIP yang berurusan dengan KPK. Sebelum Juliari, dua kepala daerah asal PDIP lebih dulu dicokok KPK. Yakni Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo dan Wali Kota Cimahi Ajay Priatna.
Apa tanggapan PDIP terkait hasil survei ini? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supatikno tak ingin jumawa. Menurutnya, hasil survei masih terus bergerak. Begitu juga politik yang selalu dinamis. Untuk itu, dia tak ingin reaktif dan terus membuat tafsir berlebihan. Namun, PDIP tetap bergerak dengan tujuan yang jelas.
“Saya ingat adagium: bergeraklah dengan tuntunan bintang di langit, bukan dengan kerlap kerlip kapal yang keluar masuk pelabuhan,” kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Anggota komisi XI DPR ini menegaskan, di PDIP, ada instruksi tegas kepada semua kader untuk rajin turun ke bawah dan menunjukkan wajah partai yang melayani masyarakat.
“Kader partai juga diinstruksikan untuk memberdayakan kaum marhaen dan wong cilik yang telah memberi kepercayaan kepada partai,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra, Habiburokhman menilai, dukungan anak muda terhadap partainya karena sikap politik partai. Dia mengklaim, Gerindra selama ini konsisten mendorong anak muda terlibat di pemerintahan.
“Mungkin dukungan anak muda kepada kami mengalir karena melihat sikap politik kami yang banyak mengakomodir idealisme mereka. Kami konsisten mendorong pelibatan anak-anak muda dalam bidang pemerintahan,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, dia mengapresiasi hasil survei itu. Apalagi survei itu merupakan dukungan dari anak muda yang merupakan segmen terbesar dalam beberapa Pemilu terakhir.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisyah Putri Budiarti menduga, tingginya hasil survei Gerindra dan PDIP dipengaruhi faktor kekuatan politik hasil pemilu sebelumnya, dan faktor tokoh partai. Gerindra dan PDIP bagaimana pun merupakan partai politik pemenang pemilu.
“Selain itu, mereka juga memiliki tokoh yang populer sebagai capres pada pemilu lalu dan ke depan,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia menyebutkan, beberapa elit partai yang kini digadang-gadang jadi Capres berasal dari Gerindra dan PDIP. Di antaranya, Prabowo, Sandiaga Uno dan Ganjar Pranowo. “Nama-nama itu yang dianggap potensial,” katanya.
Namun begitu, kata Putri, dari hasil survei itu, ada lebih dari 40 persen belum menentukan jawabannya. Menurutnya, mereka itu merupakan masyarakat yang kritis dan kecewa terhadap performa partai politik. “Dari hasil survei indikator ini juga telihat bahwa responden menempatkan partai dan DPR sebagai institusi demokrasi yang paling tidak dipercayai,” katanya.
Masih tingginya elektabilitas PDIP dan Gerindra, juga membuat kaget warga dunia maya. “Ternyata oh ternyata.. Di luar dugaan…“ cuit akun @agathaananda. “Orang daerah sana mudah digiring opini modal cinta dunia, makanya partai korupsi terbesar hingga trilliun masih berjaya dan harum namanya,” kata akun @Laz_Antiroma.
“Karena kan rakyat suka partai korupsi dan pejabat korup lah buktinya PDIP tetap jadi pilihan utama rakyat indonesia,” timpal akun @Muslimjawa1.
“Kebijakan politik partai akan kelihatan mulai tahun 2022 akhir bro, tapi ya politik bisa jadi akan berubah nanti petanya. Survei baru test ombak sekarang,” cuit akun @panjianom102. “Nggak penting 2024 #golput #anakmudagolput #2024golput,” sindir akun @ring1_. “Saya bukan orang partai, tapi menurut saya, partai semua sama. Coba sebutkan 1 partai yang bersih dari korupsi?” timpal akun @Yitno57. [QAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .