Patok Pertumbuhan Kredit 7 Persen BRI Lirik 57 Juta Usaha Ultra Mikro .

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI menyasar 57 juta usaha ultra mikro yang minim akses pendanaan, untuk diberikan fasilitas pinjaman murah via layanan digital.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, saat ini baru sekitar 20 persen usaha ultra mikro yang memiliki akses pembiayaan.
“Mudah-mudahan kami bisa melayani masyarakat sebanyak mungkin, dengan biaya yang semurah mungkin,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, kemarin.

Dia mengungkapkan, selama ini sekitar 5 juta pengusaha ultra mikro mencari sumber pendanaan dari loan shark atau rentenir dengan bunga tinggi, 7 juta dari kerabat, dan 18 juta lagi masih bingung harus kemana mencari pinjaman.

“Kami mencari sasaran yang lebih kecil, tapi jumlahnya banyak. Prosesnya memang harus digital, pelayanan melalui platform digital supaya cepat,” ujar Sunarso.

Usaha ultra mikro berada di bawah usaha mikro, dengan ticket size-nya di bawah Rp 10 juta. Tenor pinjaman bisa lebih pendek, karena banyak dari pelaku usaha ultra mikro kebutuhan pinjamannya harian.

Menurut Sunarso, menyasar usaha ultra mikro adalah bagian dari strategi perseroan untuk menumbuhkan sumber-sumber pertumbuhan baru.  Selain itu, BRI juga mendorong nasabah mikro dan kecil untuk naik kelas.

Tahun ini, BRI optimis kredit mampu tumbuh di atas rata-rata industri nasional, dengan faktor pendukungnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terjaga di level 83,70 persen, seiring perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga.

“Di 2021 kami cukup optimis dan confidence. Tentunya kami fokus ke pertumbuhan mikro. Loan growth 2021 kita set di kisaran 6-7 persen. LDR-nya di kisaran 85 persen dan untuk NIM (Net Intrest Margin) kami jaga kisaran 6,3 persen,” tutur Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno.

Sebagai informasi, kredit yang disalurkan BRI hingga Desember 2020 mencapai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year.  Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit nasional yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di kisaran minus 1 persen hingga 2 persen. [EFI]

]]> .
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI menyasar 57 juta usaha ultra mikro yang minim akses pendanaan, untuk diberikan fasilitas pinjaman murah via layanan digital.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, saat ini baru sekitar 20 persen usaha ultra mikro yang memiliki akses pembiayaan.
“Mudah-mudahan kami bisa melayani masyarakat sebanyak mungkin, dengan biaya yang semurah mungkin,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, kemarin.

Dia mengungkapkan, selama ini sekitar 5 juta pengusaha ultra mikro mencari sumber pendanaan dari loan shark atau rentenir dengan bunga tinggi, 7 juta dari kerabat, dan 18 juta lagi masih bingung harus kemana mencari pinjaman.

“Kami mencari sasaran yang lebih kecil, tapi jumlahnya banyak. Prosesnya memang harus digital, pelayanan melalui platform digital supaya cepat,” ujar Sunarso.

Usaha ultra mikro berada di bawah usaha mikro, dengan ticket size-nya di bawah Rp 10 juta. Tenor pinjaman bisa lebih pendek, karena banyak dari pelaku usaha ultra mikro kebutuhan pinjamannya harian.

Menurut Sunarso, menyasar usaha ultra mikro adalah bagian dari strategi perseroan untuk menumbuhkan sumber-sumber pertumbuhan baru.  Selain itu, BRI juga mendorong nasabah mikro dan kecil untuk naik kelas.

Tahun ini, BRI optimis kredit mampu tumbuh di atas rata-rata industri nasional, dengan faktor pendukungnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang terjaga di level 83,70 persen, seiring perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga.

“Di 2021 kami cukup optimis dan confidence. Tentunya kami fokus ke pertumbuhan mikro. Loan growth 2021 kita set di kisaran 6-7 persen. LDR-nya di kisaran 85 persen dan untuk NIM (Net Intrest Margin) kami jaga kisaran 6,3 persen,” tutur Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno.

Sebagai informasi, kredit yang disalurkan BRI hingga Desember 2020 mencapai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year.  Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit nasional yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di kisaran minus 1 persen hingga 2 persen. [EFI]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories