Paloh Nonaktifkan Zulfan Lindan Hasto Masih Ngegas Aja
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mencoba mengademkan suhu panas perseteruan partainya dengan PDIP dengan cara menonaktifkan Zulfan Lindan dari DPP Partai NasDem. Namun, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto masih saja ngegas, dengan menyebut penonaktifan itu menunjukkan ada rahasia di NasDem.
Zulfan menjadi sosok yang “menyulutkan api” yang membuat hubungan NasDem dan PDIP semakin panas. Salah satunya, Zulfan menyebut, Anies Baswedan, sosok yang sudah dideklarasikan NasDem sebagai capres, merupakan antitesa dari Presiden Jokowi. Hal ini kemudian membuat Hasto panas.
Menyikapi hal ini, kemarin, Paloh memutuskan menonaktifkan Zulfan melalui surat bernomor 228-SI/DPP-NasDem/X/2022. Bos Media Group itu ogah partainya terlibat dalam perdebatan yang hanya menimbulkan sensasi dan kegaduhan. “Partai NasDem ingin perdebatan politik penuh dengan gagasan dan substansi bukan sekadar kulit,” kata Paloh, dalam surat itu.
Paloh mengingatkan, penonaktifan Zulfan merupakan pelajaran bagi seluruh kader dan fungsionaris Partai NasDem. Ia berharap, pernyataan yang keluar dari mulut kader dan pengurus NasDem mencerminkan semangat dan jati diri partai NasDem. “Jaga karakter dan jati diri sebagai partai gagasan dengan semangat pembawa perubahan,” pesannya.
Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menerangkan, penonaktifan Zulfan merupakan akumulasi dari pernyataan-pernyataan kontroversialnya selama ini. Yang terbaru, Zulfan bicara bahwa Anies Baswedan antitesa Jokowi.
“Ya kan memang terakhir itu. Jadi, beberapa kali pernyataan-pernyataan kemudian kita merapatkan itu, kemudian mencoba masing-masing pendapat tentang kalimat tesa dan antitesa. Artinya kalau Si A kiri, Si B kanan,” tutur Ali, kepada wartawan, kemarin.
Diksi Anies antitesa Jokowi itu keluar dari mulut Zulfan saat menjadi narasumber program Adu Perspektif bertema ‘Adu Balap Deklarasi, Adu Cepat Koalisi’ yang disiarkan detikcom dengan kolaborasi bersama Total Politik, Selasa (11/10).
Di program tersebut, ia membeberkan alasan NasDem buru-buru mencapreskan Anies. Kajiannya matang, yakni menggunakan pendekatan filsafat dialektika dengan pendekatan filsafatnya Hegel. Partainya melihat ada perbedaan yang jelas antara Jokowi dan Anies.
“Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesanya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies,” ucapnya.
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menegaskan, pencopotan Zulfan tidak tiba-tiba. Melainkan sudah beberapa kali diingatkan, lantaran pernyataannya di media kerap ‘offside’ di luar dari yang telah digariskan oleh partai. Hingga puncaknya kemarin, Zulfan pun akhirnya dicopot.
“Yang bersangkutan sudah ditegur berkali-kali oleh Ketum, Sekjen, dan Majelis Tinggi Partai,” jelasnya, saat dikonfirmasi tadi malam.
Namun, penonaktifan Zulfan ini belum mampu membuat Hasto adem. Tangan kanan Megawati Soekarnoputri ini masih ngegas dengan menuding ada rahasia terdalam di NasDem.
“Ya mungkin ada rahasia yang terdalam yang kemudian diungkapkan jadi akhirnya menerima sanksi. Kita nggak tahu,” ujarnya, kemarin.
Meski begitu, Hasto mengaku tidak mau mencampuri urusan NasDem. “Itu kedaulatan partai. Saya nggak campur tangan urusan itu,” cetusnya.■
]]> Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mencoba mengademkan suhu panas perseteruan partainya dengan PDIP dengan cara menonaktifkan Zulfan Lindan dari DPP Partai NasDem. Namun, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto masih saja ngegas, dengan menyebut penonaktifan itu menunjukkan ada rahasia di NasDem.
Zulfan menjadi sosok yang “menyulutkan api” yang membuat hubungan NasDem dan PDIP semakin panas. Salah satunya, Zulfan menyebut, Anies Baswedan, sosok yang sudah dideklarasikan NasDem sebagai capres, merupakan antitesa dari Presiden Jokowi. Hal ini kemudian membuat Hasto panas.
Menyikapi hal ini, kemarin, Paloh memutuskan menonaktifkan Zulfan melalui surat bernomor 228-SI/DPP-NasDem/X/2022. Bos Media Group itu ogah partainya terlibat dalam perdebatan yang hanya menimbulkan sensasi dan kegaduhan. “Partai NasDem ingin perdebatan politik penuh dengan gagasan dan substansi bukan sekadar kulit,” kata Paloh, dalam surat itu.
Paloh mengingatkan, penonaktifan Zulfan merupakan pelajaran bagi seluruh kader dan fungsionaris Partai NasDem. Ia berharap, pernyataan yang keluar dari mulut kader dan pengurus NasDem mencerminkan semangat dan jati diri partai NasDem. “Jaga karakter dan jati diri sebagai partai gagasan dengan semangat pembawa perubahan,” pesannya.
Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menerangkan, penonaktifan Zulfan merupakan akumulasi dari pernyataan-pernyataan kontroversialnya selama ini. Yang terbaru, Zulfan bicara bahwa Anies Baswedan antitesa Jokowi.
“Ya kan memang terakhir itu. Jadi, beberapa kali pernyataan-pernyataan kemudian kita merapatkan itu, kemudian mencoba masing-masing pendapat tentang kalimat tesa dan antitesa. Artinya kalau Si A kiri, Si B kanan,” tutur Ali, kepada wartawan, kemarin.
Diksi Anies antitesa Jokowi itu keluar dari mulut Zulfan saat menjadi narasumber program Adu Perspektif bertema ‘Adu Balap Deklarasi, Adu Cepat Koalisi’ yang disiarkan detikcom dengan kolaborasi bersama Total Politik, Selasa (11/10).
Di program tersebut, ia membeberkan alasan NasDem buru-buru mencapreskan Anies. Kajiannya matang, yakni menggunakan pendekatan filsafat dialektika dengan pendekatan filsafatnya Hegel. Partainya melihat ada perbedaan yang jelas antara Jokowi dan Anies.
“Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesanya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies,” ucapnya.
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menegaskan, pencopotan Zulfan tidak tiba-tiba. Melainkan sudah beberapa kali diingatkan, lantaran pernyataannya di media kerap ‘offside’ di luar dari yang telah digariskan oleh partai. Hingga puncaknya kemarin, Zulfan pun akhirnya dicopot.
“Yang bersangkutan sudah ditegur berkali-kali oleh Ketum, Sekjen, dan Majelis Tinggi Partai,” jelasnya, saat dikonfirmasi tadi malam.
Namun, penonaktifan Zulfan ini belum mampu membuat Hasto adem. Tangan kanan Megawati Soekarnoputri ini masih ngegas dengan menuding ada rahasia terdalam di NasDem.
“Ya mungkin ada rahasia yang terdalam yang kemudian diungkapkan jadi akhirnya menerima sanksi. Kita nggak tahu,” ujarnya, kemarin.
Meski begitu, Hasto mengaku tidak mau mencampuri urusan NasDem. “Itu kedaulatan partai. Saya nggak campur tangan urusan itu,” cetusnya.■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .