Ogah Untungkan Junta Militer Rakyat Myanmar Mogok Kerja
Perlawanan demonstran di tengah tekanan militer terus berlangsung. Kemarin, toko-toko, pabrik hingga bank ditutup di Kota Yangon.
Setidaknya, sembilan serikat pekerja yang mencakup sejumlah sektor termasuk konstruksi, pertanian hingga manufaktur meminta masyarakat Myanmar mogok kerja.
Mereka berharap, upaya itu bisa menekan junta militer untuk menghentikan kudeta dan memulihkan pemerintahan sipil.
“Membuka kegiatan ekonomi hanya akan menguntungkan militer. Energi kita, rakyat Myanmar akan tersita. Sekaranglah waktunya untuk bertindak mempertahankan demokrasi kita,” tegas salah satu anggota serikat pekerja dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, kemarin.
Hanya beberapa toko teh kecil yang buka di Yangon, kata saksi mata. Guna mencegah pengunjuk rasa berkumpul, tentara melepaskan tembakan ke udara di beberapa wilayah, kemarin.
Kendati demikian, para demonstran tetap memenuhi jalan seperti di Kota Mandalay dan Monywa. Sementara, para demonstran di Dawei (sebuah kota pesisir di wilayah selatan Myanmar) dilindungi oleh Persatuan Nasional Karen, kelompok etnik bersenjata yang berlawanan dengan militer.
Para demonstran mengibarkan bendera yang dibuat dari htamain (sarung khas perempuan Myanmar) di beberapa tempat, dan menggantungnya di jalan bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional hari ini. Masyarakat percaya, setiap pria yang berjalan di bawah htamain akan terkena sial.
Duduki RS & Kampus
Sebesar apa pun usaha demonstran, militer juga punya 1.001 cara untuk menekan mereka. Kemarin, militer menduduki sejumlah rumah sakit (RS) dan kampus serta kompleks kuil di sejumlah kota.
Dilansir Reuters, aksi militer tersebut tidak hanya terjadi di kota Yangon, Ayeyarwady, Bago, Tanintharyi, Mandalay dan Sagaing. Juga terjadi di negara bagian Mon, Kayah, Kachin dan Rakhine.
Pekerja medis di Yangon mengatakan, tentara mulai mendatangi dan menduduki rumah sakit terbesar di kota itu, RS Umum Yangon, RS Gandhi dan RS Spesialis Waibargi.
Sedangkan di Kota Mandalay, pasukan keamanan dikerahkan di RS Umum Mandalay, Universitas Yadanarbon, stasiun kereta api pusat Mandalay dan fasilitas umum lainnya. Termasuk kantor pemerintah dan otoritas listrik setempat.
Warga setempat juga melaporkan, melihat puluhan personel keamanan dikerahkan di Kuil Buddha Mahamuni, salah satu situs ziarah populer di Myanmar.
Sementara, empat kendaraan yang berusaha memasuki Universitas Teknologi Mandalay mendapat penolakan warga. Namun, militer merespons dengan tembakan gas air mata dan peluru karet hingga melukai beberapa orang.
Di Monywa yang berdekatan dengan Mandalay, polisi dan tentara menduduki Universitas Monywa dan Universitas Ekonomi Monywa.
Sedangkan di Kota Mon negara bagian Ye, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga lokal yang memprotes pengambil alihan rumah sakit. Sedikitnya, dua orang warga terluka terkena peluru karet tentara.
“Itu hanya sekitar 12 tentara. Mereka mengatakan ditempatkan di rumah sakit atas perintah atasan mereka. Mereka mengatakan tidak ingin bentrok dengan penduduk setempat, tapi akan menembak jika ada yang membuat masalah,” kata seorang warga setempat dikutip AFP.
Sementara, sumber polisi di Yangon mengatakan kepada media online Myanmar Now, pendudukan bangunan publik ditujukan untuk melawan efek Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).
Apalagi, kata sumber tersebut, sekitar 1.500 petugas polisi telah bergabung dengan CDM menentang kudeta 1 Februari lalu.
Akibat perlawanan aparat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, hingga Rabu (3/3), 54 orang tewas sejak kudeta 1 Februari lalu, ketika demonstran bentrok dengan aparat keamanan.
Sementara, menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik Myanmar menunjukkan, hampir 1.800 orang telah ditahan junta hingga Minggu (7/3).
Australia Stop Kerja Sama
Australia telah menangguhkan program kerja sama pertahanannya dengan Myanmar. Hubungan pertahanan bilateral Australia dengan militer Myanmar terbatas pada area non-pertempuran, seperti pelatihan bahasa Inggris.
“Kami terus mendesak pasukan keamanan Myanmar menahan diri dan tidak melakukan kekerasan terhadap warga sipil,” kata Menteri Luar Negeri Marise Payne, dilansir Al Jazeera, kemarin.
China Janji Damaikan
Sementara, setelah didesak, China berjanji turun tangan meredakan situasi di Myanmar. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, situasi yang saat ini terjadi di Myanmar tidak seperti yang diinginkan Beijing.
Wang juga menepis rumor di media sosial yang menyebut keterlibatan China dalam kudeta yang berlangsung sejak 1 Februari lalu.
“China bersedia untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan semua pihak atas dasar menghormati kedaulatan Myanmar dan keinginan rakyat, sehingga dapat memainkan peran konstruktif dalam meredakan ketegangan,” kata Wang dalam pertemuan tahunan parlemen, Minggu (7/3).
Dia juga menyampaikan keprihatinan atas kondisi yang saat ini terjadi di Myanmar. China mendukung pernyataan PBB yang menyerukan agar militer (tatmadaw) membebaskan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan tahanan lainnya.
“China memiliki hubungan persahabatan jangka panjang dengan semua pihak dan faksi di Myanmar. Termasuk Partai Liga Nasional untuk Demokrasi dan persahabatan dengan China selalu menjadi konsensus semua sektor di Myanmar,” ucapnya. [DAY]
]]> Perlawanan demonstran di tengah tekanan militer terus berlangsung. Kemarin, toko-toko, pabrik hingga bank ditutup di Kota Yangon.
Setidaknya, sembilan serikat pekerja yang mencakup sejumlah sektor termasuk konstruksi, pertanian hingga manufaktur meminta masyarakat Myanmar mogok kerja.
Mereka berharap, upaya itu bisa menekan junta militer untuk menghentikan kudeta dan memulihkan pemerintahan sipil.
“Membuka kegiatan ekonomi hanya akan menguntungkan militer. Energi kita, rakyat Myanmar akan tersita. Sekaranglah waktunya untuk bertindak mempertahankan demokrasi kita,” tegas salah satu anggota serikat pekerja dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, kemarin.
Hanya beberapa toko teh kecil yang buka di Yangon, kata saksi mata. Guna mencegah pengunjuk rasa berkumpul, tentara melepaskan tembakan ke udara di beberapa wilayah, kemarin.
Kendati demikian, para demonstran tetap memenuhi jalan seperti di Kota Mandalay dan Monywa. Sementara, para demonstran di Dawei (sebuah kota pesisir di wilayah selatan Myanmar) dilindungi oleh Persatuan Nasional Karen, kelompok etnik bersenjata yang berlawanan dengan militer.
Para demonstran mengibarkan bendera yang dibuat dari htamain (sarung khas perempuan Myanmar) di beberapa tempat, dan menggantungnya di jalan bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional hari ini. Masyarakat percaya, setiap pria yang berjalan di bawah htamain akan terkena sial.
Duduki RS & Kampus
Sebesar apa pun usaha demonstran, militer juga punya 1.001 cara untuk menekan mereka. Kemarin, militer menduduki sejumlah rumah sakit (RS) dan kampus serta kompleks kuil di sejumlah kota.
Dilansir Reuters, aksi militer tersebut tidak hanya terjadi di kota Yangon, Ayeyarwady, Bago, Tanintharyi, Mandalay dan Sagaing. Juga terjadi di negara bagian Mon, Kayah, Kachin dan Rakhine.
Pekerja medis di Yangon mengatakan, tentara mulai mendatangi dan menduduki rumah sakit terbesar di kota itu, RS Umum Yangon, RS Gandhi dan RS Spesialis Waibargi.
Sedangkan di Kota Mandalay, pasukan keamanan dikerahkan di RS Umum Mandalay, Universitas Yadanarbon, stasiun kereta api pusat Mandalay dan fasilitas umum lainnya. Termasuk kantor pemerintah dan otoritas listrik setempat.
Warga setempat juga melaporkan, melihat puluhan personel keamanan dikerahkan di Kuil Buddha Mahamuni, salah satu situs ziarah populer di Myanmar.
Sementara, empat kendaraan yang berusaha memasuki Universitas Teknologi Mandalay mendapat penolakan warga. Namun, militer merespons dengan tembakan gas air mata dan peluru karet hingga melukai beberapa orang.
Di Monywa yang berdekatan dengan Mandalay, polisi dan tentara menduduki Universitas Monywa dan Universitas Ekonomi Monywa.
Sedangkan di Kota Mon negara bagian Ye, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga lokal yang memprotes pengambil alihan rumah sakit. Sedikitnya, dua orang warga terluka terkena peluru karet tentara.
“Itu hanya sekitar 12 tentara. Mereka mengatakan ditempatkan di rumah sakit atas perintah atasan mereka. Mereka mengatakan tidak ingin bentrok dengan penduduk setempat, tapi akan menembak jika ada yang membuat masalah,” kata seorang warga setempat dikutip AFP.
Sementara, sumber polisi di Yangon mengatakan kepada media online Myanmar Now, pendudukan bangunan publik ditujukan untuk melawan efek Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).
Apalagi, kata sumber tersebut, sekitar 1.500 petugas polisi telah bergabung dengan CDM menentang kudeta 1 Februari lalu.
Akibat perlawanan aparat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, hingga Rabu (3/3), 54 orang tewas sejak kudeta 1 Februari lalu, ketika demonstran bentrok dengan aparat keamanan.
Sementara, menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik Myanmar menunjukkan, hampir 1.800 orang telah ditahan junta hingga Minggu (7/3).
Australia Stop Kerja Sama
Australia telah menangguhkan program kerja sama pertahanannya dengan Myanmar. Hubungan pertahanan bilateral Australia dengan militer Myanmar terbatas pada area non-pertempuran, seperti pelatihan bahasa Inggris.
“Kami terus mendesak pasukan keamanan Myanmar menahan diri dan tidak melakukan kekerasan terhadap warga sipil,” kata Menteri Luar Negeri Marise Payne, dilansir Al Jazeera, kemarin.
China Janji Damaikan
Sementara, setelah didesak, China berjanji turun tangan meredakan situasi di Myanmar. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, situasi yang saat ini terjadi di Myanmar tidak seperti yang diinginkan Beijing.
Wang juga menepis rumor di media sosial yang menyebut keterlibatan China dalam kudeta yang berlangsung sejak 1 Februari lalu.
“China bersedia untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan semua pihak atas dasar menghormati kedaulatan Myanmar dan keinginan rakyat, sehingga dapat memainkan peran konstruktif dalam meredakan ketegangan,” kata Wang dalam pertemuan tahunan parlemen, Minggu (7/3).
Dia juga menyampaikan keprihatinan atas kondisi yang saat ini terjadi di Myanmar. China mendukung pernyataan PBB yang menyerukan agar militer (tatmadaw) membebaskan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan tahanan lainnya.
“China memiliki hubungan persahabatan jangka panjang dengan semua pihak dan faksi di Myanmar. Termasuk Partai Liga Nasional untuk Demokrasi dan persahabatan dengan China selalu menjadi konsensus semua sektor di Myanmar,” ucapnya. [DAY]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .