Nyindir Pengkritik Fadjroel Diingatkan Ketika Masih “Kere”

Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman kembali jadi sasaran bully warga dunia maya. Lewat akun Twitter miliknya, Fadjroel membuat cuitan yang nyindir pengkritik. Karena cuitan itu, banyak warganet yang balik mengkritik Fadjroel. Bahkan, eks aktivis ‘98 ini diingatkan ketika masih “kere”.

Fadjroel merupakan salah satu pejabat Istana yang cukup aktif di media sosial, khususnya Twitter. Kebiasaan ini memang sudah dilakukan Fadjroel, sebelum dirinya masuk lingkaran Istana.

Bedanya, saat di luar Istana, cuitan Fajdroel di Twitter cukup gahar. Maklum, Fadjroel memang dikenal sebagai mantan aktivis ‘98. Tak heran, saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa, Fadjroel salah satu akfivis yang paling keras menyampaikan kritik.

Kini, setelah di Istana, Fadjroel tetap tidak meninggalkan Twitter. Hampir setiap hari, Fadjroel menuliskan pendapatnya di Twitter. Baik pendapatnya sebagai pribadi, maupun dalam kapasitasnya sebagai Jubir Presiden.

Kemarin pagi, Fadjroel kembali membuat cuitan. Dalam cuitannya itu, Fajdroel mengunggah gambar Paman Gober salah satu karakter di serial animasi Donal Bebek. Karakter bernama asli Scrooge McDuck ini diceritakan sebagai bebek tua yang kaya, berjanggut, berkacamata, dan tinggal di sebuah rumah besar. Meski kaya raya, Pamam Gober dikenal pelit dan curang.

“Mengaku tukang kritik. Ketika dikritik kembali ngamuk,” tulis Fadjroel memberikan penjelasan dalam gambar yang diunggahnya di akun @fadjroel.

Tidak jelas, siapa yang dimaksud Fadjroel dalam cuitannya tersebut. Termasuk tokoh siapa yang dimaksud dari tokoh Paman Gober dalam cuitannya tersebut. Namun, warganet justru mempermasalahkan bahasa Fadjroel yang dianggap tidak mencerminkan sosok sebagai Jubir Presiden.

“Ini cuitan Jubir Presiden? Sebagai jubir, kapasitas anda adalah mewakili presiden. Tapi, cara anda berkomunikasi dengan publik tak berkualitas seperti ini. Sungguh memalukan,” kritik @Cahyoyok1. “Sampean itu jubir lho Pak,” timpal akun @sutrisbaksono. “Tweet receh seorang jubir,” sambung akun @asepmupid. “Jubir rasa Buzzer,” balas @AlimJegger.

Akun @FaizZainul1 mengingatkan Fadjroel untuk memakai bahasa yang baik sebagai seorang Jubir. “Bang @fadjroeL pola komunikasi publik kayak gini kurang efektif. Justru memperkeruh keadaan. Timpa aja dengan publikasi agenda pembangunan nasional. Upaya penanganan pandemi. Kalau yang disuguhkan ke publik seperti ini, malah banyak yg merasa tdk didengarkan,” tulis @FaizZainul1

 

Ada juga netizen yang mengungkit-ungkit perjuangan Fadjroel saat jadi aktivis, belum menikmati fasilitas yang diberikan kekuasaan. “Piye iki Njoel?” sindir @asuhan_nemenis, sambil mengunggah cuitan lampau Fadjroel saat masih jadi aktivis dan pengkritik. “Itu semua omongan Bang Fajrul? Kok lain banget dengan sekarang,” ungkap @irawan_djoko2, tak percaya.

Akun @asa_dawilah kembali mengutip potongan cuitan dari Rizal Ramli pada Februari tahun lalu. Dalam cuitan tersebut, Rizal mengingatkan Fadjroel agar tak lupa sejarah. Katanya, dulu Fadjroel kesulitan meneruskan kuliah karena kesulitan dana sehingga mendapat jaminan dari Rizal Ramli. “Dulu lagi lapar doi jadi tukang kritik. Sekarang sudah kenyang jadi tukang blokir,” timpal akun @hehen_12.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari ikut menyayangkan cuiran Fadjroel soal tukang kritik dengan gambar Paman Gober. Menurutnya, gambar Paman Gober berpotensi menimbulkan polemik yang mungkin tidak perlu atau berkepanjangan.

“Sebaiknya jubir berbicara yang sesuai dengan namanya juru bicara. Harus menyampaikan pesan yang jelas dan terang. Jangan menimbulkan polemik baru dan kontra yang tidak perlu dan spekulatif,” kata Qodari, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menganggap cuitan itu tidak pada waktu tepat. Mengingat, saat ini pemerintah tengah berupaya mencari kejernihan di antara perkeruhan yang ditimbulkan praktik-praktik media sosial. “Dan kita juga sedang merevisi atau memperjelas aturan main di undang-undang kita,” cetusnya.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah sedang dalam proses untuk merevisi Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang banyak dikeluhkan publik.

Menko Polhukam, Mahfud MD sudah membentuk tim untuk mengkaji, aturan yang dituding sebagai pasal karet dan harus direvisi.

“Saya kira harus dikurangi media-media komunikasi itu untuk alat atau medium konflik lah. Komunikasi oleh presiden dan wakil presiden itu harus diarahkan untuk merangkul ketimbang memukul. Saya kira itu berlaku juga untuk juru bicara,” saran Qadari. [MEN]

]]> Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman kembali jadi sasaran bully warga dunia maya. Lewat akun Twitter miliknya, Fadjroel membuat cuitan yang nyindir pengkritik. Karena cuitan itu, banyak warganet yang balik mengkritik Fadjroel. Bahkan, eks aktivis ‘98 ini diingatkan ketika masih “kere”.

Fadjroel merupakan salah satu pejabat Istana yang cukup aktif di media sosial, khususnya Twitter. Kebiasaan ini memang sudah dilakukan Fadjroel, sebelum dirinya masuk lingkaran Istana.

Bedanya, saat di luar Istana, cuitan Fajdroel di Twitter cukup gahar. Maklum, Fadjroel memang dikenal sebagai mantan aktivis ‘98. Tak heran, saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa, Fadjroel salah satu akfivis yang paling keras menyampaikan kritik.

Kini, setelah di Istana, Fadjroel tetap tidak meninggalkan Twitter. Hampir setiap hari, Fadjroel menuliskan pendapatnya di Twitter. Baik pendapatnya sebagai pribadi, maupun dalam kapasitasnya sebagai Jubir Presiden.

Kemarin pagi, Fadjroel kembali membuat cuitan. Dalam cuitannya itu, Fajdroel mengunggah gambar Paman Gober salah satu karakter di serial animasi Donal Bebek. Karakter bernama asli Scrooge McDuck ini diceritakan sebagai bebek tua yang kaya, berjanggut, berkacamata, dan tinggal di sebuah rumah besar. Meski kaya raya, Pamam Gober dikenal pelit dan curang.

“Mengaku tukang kritik. Ketika dikritik kembali ngamuk,” tulis Fadjroel memberikan penjelasan dalam gambar yang diunggahnya di akun @fadjroel.

Tidak jelas, siapa yang dimaksud Fadjroel dalam cuitannya tersebut. Termasuk tokoh siapa yang dimaksud dari tokoh Paman Gober dalam cuitannya tersebut. Namun, warganet justru mempermasalahkan bahasa Fadjroel yang dianggap tidak mencerminkan sosok sebagai Jubir Presiden.

“Ini cuitan Jubir Presiden? Sebagai jubir, kapasitas anda adalah mewakili presiden. Tapi, cara anda berkomunikasi dengan publik tak berkualitas seperti ini. Sungguh memalukan,” kritik @Cahyoyok1. “Sampean itu jubir lho Pak,” timpal akun @sutrisbaksono. “Tweet receh seorang jubir,” sambung akun @asepmupid. “Jubir rasa Buzzer,” balas @AlimJegger.

Akun @FaizZainul1 mengingatkan Fadjroel untuk memakai bahasa yang baik sebagai seorang Jubir. “Bang @fadjroeL pola komunikasi publik kayak gini kurang efektif. Justru memperkeruh keadaan. Timpa aja dengan publikasi agenda pembangunan nasional. Upaya penanganan pandemi. Kalau yang disuguhkan ke publik seperti ini, malah banyak yg merasa tdk didengarkan,” tulis @FaizZainul1

 

Ada juga netizen yang mengungkit-ungkit perjuangan Fadjroel saat jadi aktivis, belum menikmati fasilitas yang diberikan kekuasaan. “Piye iki Njoel?” sindir @asuhan_nemenis, sambil mengunggah cuitan lampau Fadjroel saat masih jadi aktivis dan pengkritik. “Itu semua omongan Bang Fajrul? Kok lain banget dengan sekarang,” ungkap @irawan_djoko2, tak percaya.

Akun @asa_dawilah kembali mengutip potongan cuitan dari Rizal Ramli pada Februari tahun lalu. Dalam cuitan tersebut, Rizal mengingatkan Fadjroel agar tak lupa sejarah. Katanya, dulu Fadjroel kesulitan meneruskan kuliah karena kesulitan dana sehingga mendapat jaminan dari Rizal Ramli. “Dulu lagi lapar doi jadi tukang kritik. Sekarang sudah kenyang jadi tukang blokir,” timpal akun @hehen_12.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari ikut menyayangkan cuiran Fadjroel soal tukang kritik dengan gambar Paman Gober. Menurutnya, gambar Paman Gober berpotensi menimbulkan polemik yang mungkin tidak perlu atau berkepanjangan.

“Sebaiknya jubir berbicara yang sesuai dengan namanya juru bicara. Harus menyampaikan pesan yang jelas dan terang. Jangan menimbulkan polemik baru dan kontra yang tidak perlu dan spekulatif,” kata Qodari, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menganggap cuitan itu tidak pada waktu tepat. Mengingat, saat ini pemerintah tengah berupaya mencari kejernihan di antara perkeruhan yang ditimbulkan praktik-praktik media sosial. “Dan kita juga sedang merevisi atau memperjelas aturan main di undang-undang kita,” cetusnya.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah sedang dalam proses untuk merevisi Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang banyak dikeluhkan publik.

Menko Polhukam, Mahfud MD sudah membentuk tim untuk mengkaji, aturan yang dituding sebagai pasal karet dan harus direvisi.

“Saya kira harus dikurangi media-media komunikasi itu untuk alat atau medium konflik lah. Komunikasi oleh presiden dan wakil presiden itu harus diarahkan untuk merangkul ketimbang memukul. Saya kira itu berlaku juga untuk juru bicara,” saran Qadari. [MEN]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories