Moeldoko Dibilang Sowan Ke Mega Hasto Marah, Wajar!

Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara, Moeldoko, dikabarkan bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri untuk meminta dukungan. Mendengar partai dan ketumnya dibawa-bawa pada konflik Partai Demokrat, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun marah. Menurutnya, Mega tidak pernah bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan itu.

Kabar pertemuan Moeldoko dan Mega diungkap Koran Tempo, kemarin. Berita yang berjudul “Mantan Panglima Sowan ke Ibu Mega” itu, isinya menceritakan Moeldoko melakukan pertemuan dengan Mega dalam rangka lobi-lobi untuk mendapatkan legitimasi dari partai banteng.

Pertemuan keduanya disebutkan dilakukan di kediaman Mega, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (10/3) lalu. Dalam pertemuan itu, Moeldoko tidak datang sendiri. Melainkan ditemani beberapa orang. Salah satunya Jhoni Allen Marbun, yang kini didapuk sebagai Sekjen Partai Demokrat versi KLB.

Tempo juga menyebutkan, Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY sudah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor, Selasa (9/3). Pertemuan dilakukan tertutup.

Tidak lama setelah berita ini ramai, Hasto membantahnya. “Pertemuan tersebut sama sekali tidak terjadi,” tegas Hasto, kepada wartawan, kemarin.

Menurut Hasto, seluruh kader PDIP diajarkan untuk tidak pernah melakukan intervensi terhadap urusan rumah tangga partai politik lain. Karena partainya juga pernah merasakan tidak enaknya kedaulatan partai diintervensi oleh kekuasaan era Orde Baru. Hingga kantornya diserang dan Ketumnya dikhianati.

“Namun pada saat yang sama kami lebih memilih langkah konsolidasi, menyatu dengan rakyat, membangun keyakinan,” imbuhnya.

Keyakinan yang dimaksud adalah prinsip Satyam Eva Jayate. Yang artinya, kebenaran akan menang pada akhirnya. Keyakinan ini pula yang mendorong PDIP terus menempuh jalur hukum, ideologi, kerakyatan dan kebenaran yang bertumpu pada Pancasila, UUD 1945.

Lalu, Hasto mengingatkan, karma politik dan menyindir pihak-pihak yang menggunakan cara-cara kotor dalam mengerek popularitas dengan membangun kesan terzalimi. Ia melanjutkan, PDIP akan selalu bertahan pada keyakinan bahwa siapa yang menebar angin akan menuai badai. Karena itu, politik baginya adalah pengabdian dan berkeadaban.

“Mereka yang mendapatkan kekuasaan politik dengan tidak benar, akan mendapatkan karma politik. Itulah keyakinan dan ajaran leluhur,” sentilnya.

Bantahan juga datang dari Panitia KLB Partai Demokrat, Ilal Ferhard. Menurut dia, Moeldoko dan pengurus lainnya sedang fokus menyiapkan seluruh kelengkapan administrasi untuk didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM.

“Setelah itu, baru bisa dilaksanakan safari kunjungi dengan silaturahmi,” kata Ilal, kemarin.

Bagaimana tanggapan Demokrat kubu AHY? Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief justru mengatakan, isu pertemuan Moeldoko dengan Mega sengaja dimainkan oleh pihak tertentu untuk mengadu-domba.

“Semua ngerti, ini mau adu domba SBY dan Ibu Mega, mau adu domba Pak Jokowi dan Ibu Mega. Padahal, kita tahu Ibu Mega punya sikap keras bagi yang mengkudeta partai,” cuitnya akun @AndiArief_ID, di Twitter kemarin.

Hal senada dikatakan Pengamat Politik Maksimus Ramses Lalongkoe. Dia mengaku sulit menyimpulkan kebenaran kabar adanya pertemuan Moeldoko dengan Mega. Apalagi sudah dibantah oleh Hasto.

“Menurut saya respons amarah Hasto wajar ya,” kata Maksimus, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Menurut dia, kabar tersebut sangat sensitif. Apalagi, ini terkait kudeta partai. Hasto tentu tidak mau partainya kebawa-bawa. [SAR]

]]> Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara, Moeldoko, dikabarkan bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri untuk meminta dukungan. Mendengar partai dan ketumnya dibawa-bawa pada konflik Partai Demokrat, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun marah. Menurutnya, Mega tidak pernah bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan itu.

Kabar pertemuan Moeldoko dan Mega diungkap Koran Tempo, kemarin. Berita yang berjudul “Mantan Panglima Sowan ke Ibu Mega” itu, isinya menceritakan Moeldoko melakukan pertemuan dengan Mega dalam rangka lobi-lobi untuk mendapatkan legitimasi dari partai banteng.

Pertemuan keduanya disebutkan dilakukan di kediaman Mega, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (10/3) lalu. Dalam pertemuan itu, Moeldoko tidak datang sendiri. Melainkan ditemani beberapa orang. Salah satunya Jhoni Allen Marbun, yang kini didapuk sebagai Sekjen Partai Demokrat versi KLB.

Tempo juga menyebutkan, Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY sudah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor, Selasa (9/3). Pertemuan dilakukan tertutup.

Tidak lama setelah berita ini ramai, Hasto membantahnya. “Pertemuan tersebut sama sekali tidak terjadi,” tegas Hasto, kepada wartawan, kemarin.

Menurut Hasto, seluruh kader PDIP diajarkan untuk tidak pernah melakukan intervensi terhadap urusan rumah tangga partai politik lain. Karena partainya juga pernah merasakan tidak enaknya kedaulatan partai diintervensi oleh kekuasaan era Orde Baru. Hingga kantornya diserang dan Ketumnya dikhianati.

“Namun pada saat yang sama kami lebih memilih langkah konsolidasi, menyatu dengan rakyat, membangun keyakinan,” imbuhnya.

Keyakinan yang dimaksud adalah prinsip Satyam Eva Jayate. Yang artinya, kebenaran akan menang pada akhirnya. Keyakinan ini pula yang mendorong PDIP terus menempuh jalur hukum, ideologi, kerakyatan dan kebenaran yang bertumpu pada Pancasila, UUD 1945.

Lalu, Hasto mengingatkan, karma politik dan menyindir pihak-pihak yang menggunakan cara-cara kotor dalam mengerek popularitas dengan membangun kesan terzalimi. Ia melanjutkan, PDIP akan selalu bertahan pada keyakinan bahwa siapa yang menebar angin akan menuai badai. Karena itu, politik baginya adalah pengabdian dan berkeadaban.

“Mereka yang mendapatkan kekuasaan politik dengan tidak benar, akan mendapatkan karma politik. Itulah keyakinan dan ajaran leluhur,” sentilnya.

Bantahan juga datang dari Panitia KLB Partai Demokrat, Ilal Ferhard. Menurut dia, Moeldoko dan pengurus lainnya sedang fokus menyiapkan seluruh kelengkapan administrasi untuk didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM.

“Setelah itu, baru bisa dilaksanakan safari kunjungi dengan silaturahmi,” kata Ilal, kemarin.

Bagaimana tanggapan Demokrat kubu AHY? Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief justru mengatakan, isu pertemuan Moeldoko dengan Mega sengaja dimainkan oleh pihak tertentu untuk mengadu-domba.

“Semua ngerti, ini mau adu domba SBY dan Ibu Mega, mau adu domba Pak Jokowi dan Ibu Mega. Padahal, kita tahu Ibu Mega punya sikap keras bagi yang mengkudeta partai,” cuitnya akun @AndiArief_ID, di Twitter kemarin.

Hal senada dikatakan Pengamat Politik Maksimus Ramses Lalongkoe. Dia mengaku sulit menyimpulkan kebenaran kabar adanya pertemuan Moeldoko dengan Mega. Apalagi sudah dibantah oleh Hasto.

“Menurut saya respons amarah Hasto wajar ya,” kata Maksimus, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Menurut dia, kabar tersebut sangat sensitif. Apalagi, ini terkait kudeta partai. Hasto tentu tidak mau partainya kebawa-bawa. [SAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories