Moeldoko Bicara Kudeta Di Rumahnya “Memang Bisa Gue Todongin Senjata” .

Tak cukup sekali menyampaikan bantahan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko kembali menyatakan tak pernah punya keinginan mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Dia mengaku sangat menghormati SBY, ayah AHY.

Saat pertama kali menyampaikan bantahan, Moeldoko meresponsnya dengan menyebarkan video ke media.

Kemarin, dia mengundang langsung para wartawan ke rumahnya yang asri, di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.

Konferensi di gelar di pekarangan. Suasananya santai. Burung beo peliharaan Moeldoko sesekali “nimbrung” dengan siulannya. Kicauannya melengking. Mengalahkan suara majikannya, yang sore itu lagi bicara dengan wartawan, dengan nada bulet dan tinggi.

Moeldoko memang dikenal pecinta burung. Ada 3 kandang burung berjejer di pekarangan rumahnya. Konon, ia punya beo yang bisa ngomong Pancasila. Selain beo, ia juga pernah berfoto dengan lovebird. Sejumlah pepohonan rindang dan jejeran pot bunga menambah kesejukan dan keasrian rumahnya.

Suasana dingin di rumahnya berbanding terbalik dengan suasana hati Moeldoko. Moeldoko terlihat sedikit panas karena bertubi-tubi dituding telah menggelar pertemuan khusus dengan mantan petinggi Demokrat untuk mendongkel AHY.

“Orang ngopi-ngopi kok bisa rame begini. Apalagi ada yang grogi lagi,” ucapnya. Ia membenarkan pertemuan tersebut ada. Namun, cuma ngopi-ngopi biasa. “Beberapa kali di sini,” sebutnya.

Moeldoko menegaskan, cuma orang luar di Demokrat. Ia minta AHY tak perlu takut. “Kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa aja gitu,” cetusnya.

Soal pertemuan dengan para mantan petinggi Demokrat, Moeldoko menyatakan, bukan cuma dirinya yang pernah melakukan. Tokoh lain juga ada. Dia menyebut Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan (LBP).

“LBP juga pernah cerita sama saya. ‘Oh saya juga didatangi oleh mereka-mereka, case-nya juga sama’. Tapi nggak ribut begini,” ungkap alumnus Akabri tahun 1981 itu, lalu disahut siulan burungnya.

Moeldoko juga membantah tudingan punya ambisi ingin jadi presiden. Tudingan itu, menurutnya, hanya dagelan dan lucu-lucuan belaka. Apalagi kudeta. “Lah kudeta. Apaan yang dikudeta?” tanya dia lagi.

Moeldoko melanjutkan, seandainya dirinya masih punya pasukan, tetap tidak bisa mengkudeta ketua umum Partai Demokrat.

 

“Anggaplah (saya masih) Panglima TNI, ingin jadi Ketua Demokrat. Emangnya gue bisa itu todong senjata, itu para DPC, DPD? Heh datang ke sini gue todongin senjata!” ujarnya, sambil memperagakan tangan dan telunjuknya, bak pistol.

Karena itu, ia merasa terlalu berlebihan jika harus minta izin Presiden setiap ditemui tokoh-tokoh Demokrat. “Masa gue ngopi harus izin Presiden? Gila apa?” kesalnya.

Di sesi tanya jawab, Moeldoko membenarkan adanya pertemuan dengan eks elite Demokrat di hotel. Namun, lagi-lagi, dia anggap hal itu biasa. Sebab, dirinya memang sering ditemui berbagai kalangan, baik di hotel, rumah, kantor, atau di mana pun.

“Mau pertemuan di mana, hak gue. Ngapain ikut campur?”

Ia menganggap, tudingan orang-orang Demokrat kepada dirinya hanya untuk menarik simpati publik. Ia meminta cara-cara seperti itu dihentikan. Apalagi kalau sampai menuding sana-sani.

“Saya ingatkan hati-hati. Jangan memfitnah orang. Hati-hati. Saya sudah ingatkan,” warningnya.

Apakah akan meminta Jokowi turun tangan menyelesaikan masalah ini? Moeldoko menegaskan, tidak. “Emang kurang kerjaan apa Presiden, saya bicara ini? Urusan Covid aja sudah nggak karu-karuan, kita pusing. Ngapain mikirin yang nggak-nggak penting,” cetusnya.

Lalu, bagaimana dengan surat AHY ke Jokowi? Moeldoko menjawab sambil berlalu meninggalkan wartawan. “Ya tadi itu artikan sendiri lah. Ya orang ngopi-ngopi kok lapor ke Presiden. Yang nggak-nggak aja. Itu aja lah ya kira-kira. Clear kan ya,” tutupnya, lalu dadah-dadah.

Namun, baru sekitar lima langkah menyusuri kanopi menuju arah masuk rumah, ia balik badan. Kembali menemui wartawan sambil tertawa kecil dan membenarkan posisi rambutnya. Ia kembali pegang mikrofon.

Ternyata maksudnya hanya untuk menegaskan bahwa dirinya sangat percaya diri saat memberikan keterangan pers itu. Dia tak ingin ada kesan dirinya tak percaya diri karena foto-foto dirinya dalam konferensi pers terkesan menunduk. Sebab, saat dirinya bicara, ada beberapa wartawan lesehan. Sehingga tatapannya menunduk.

“Jadi, nggak ada nggak percaya (diri). Moeldoko nggak pernah nggak percaya diri. Catat itu,” pungkasnya. [SAR]

]]> .
Tak cukup sekali menyampaikan bantahan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko kembali menyatakan tak pernah punya keinginan mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Dia mengaku sangat menghormati SBY, ayah AHY.

Saat pertama kali menyampaikan bantahan, Moeldoko meresponsnya dengan menyebarkan video ke media.

Kemarin, dia mengundang langsung para wartawan ke rumahnya yang asri, di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.

Konferensi di gelar di pekarangan. Suasananya santai. Burung beo peliharaan Moeldoko sesekali “nimbrung” dengan siulannya. Kicauannya melengking. Mengalahkan suara majikannya, yang sore itu lagi bicara dengan wartawan, dengan nada bulet dan tinggi.

Moeldoko memang dikenal pecinta burung. Ada 3 kandang burung berjejer di pekarangan rumahnya. Konon, ia punya beo yang bisa ngomong Pancasila. Selain beo, ia juga pernah berfoto dengan lovebird. Sejumlah pepohonan rindang dan jejeran pot bunga menambah kesejukan dan keasrian rumahnya.

Suasana dingin di rumahnya berbanding terbalik dengan suasana hati Moeldoko. Moeldoko terlihat sedikit panas karena bertubi-tubi dituding telah menggelar pertemuan khusus dengan mantan petinggi Demokrat untuk mendongkel AHY.

“Orang ngopi-ngopi kok bisa rame begini. Apalagi ada yang grogi lagi,” ucapnya. Ia membenarkan pertemuan tersebut ada. Namun, cuma ngopi-ngopi biasa. “Beberapa kali di sini,” sebutnya.

Moeldoko menegaskan, cuma orang luar di Demokrat. Ia minta AHY tak perlu takut. “Kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa aja gitu,” cetusnya.

Soal pertemuan dengan para mantan petinggi Demokrat, Moeldoko menyatakan, bukan cuma dirinya yang pernah melakukan. Tokoh lain juga ada. Dia menyebut Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan (LBP).

“LBP juga pernah cerita sama saya. ‘Oh saya juga didatangi oleh mereka-mereka, case-nya juga sama’. Tapi nggak ribut begini,” ungkap alumnus Akabri tahun 1981 itu, lalu disahut siulan burungnya.

Moeldoko juga membantah tudingan punya ambisi ingin jadi presiden. Tudingan itu, menurutnya, hanya dagelan dan lucu-lucuan belaka. Apalagi kudeta. “Lah kudeta. Apaan yang dikudeta?” tanya dia lagi.

Moeldoko melanjutkan, seandainya dirinya masih punya pasukan, tetap tidak bisa mengkudeta ketua umum Partai Demokrat.

 

“Anggaplah (saya masih) Panglima TNI, ingin jadi Ketua Demokrat. Emangnya gue bisa itu todong senjata, itu para DPC, DPD? Heh datang ke sini gue todongin senjata!” ujarnya, sambil memperagakan tangan dan telunjuknya, bak pistol.

Karena itu, ia merasa terlalu berlebihan jika harus minta izin Presiden setiap ditemui tokoh-tokoh Demokrat. “Masa gue ngopi harus izin Presiden? Gila apa?” kesalnya.

Di sesi tanya jawab, Moeldoko membenarkan adanya pertemuan dengan eks elite Demokrat di hotel. Namun, lagi-lagi, dia anggap hal itu biasa. Sebab, dirinya memang sering ditemui berbagai kalangan, baik di hotel, rumah, kantor, atau di mana pun.

“Mau pertemuan di mana, hak gue. Ngapain ikut campur?”

Ia menganggap, tudingan orang-orang Demokrat kepada dirinya hanya untuk menarik simpati publik. Ia meminta cara-cara seperti itu dihentikan. Apalagi kalau sampai menuding sana-sani.

“Saya ingatkan hati-hati. Jangan memfitnah orang. Hati-hati. Saya sudah ingatkan,” warningnya.

Apakah akan meminta Jokowi turun tangan menyelesaikan masalah ini? Moeldoko menegaskan, tidak. “Emang kurang kerjaan apa Presiden, saya bicara ini? Urusan Covid aja sudah nggak karu-karuan, kita pusing. Ngapain mikirin yang nggak-nggak penting,” cetusnya.

Lalu, bagaimana dengan surat AHY ke Jokowi? Moeldoko menjawab sambil berlalu meninggalkan wartawan. “Ya tadi itu artikan sendiri lah. Ya orang ngopi-ngopi kok lapor ke Presiden. Yang nggak-nggak aja. Itu aja lah ya kira-kira. Clear kan ya,” tutupnya, lalu dadah-dadah.

Namun, baru sekitar lima langkah menyusuri kanopi menuju arah masuk rumah, ia balik badan. Kembali menemui wartawan sambil tertawa kecil dan membenarkan posisi rambutnya. Ia kembali pegang mikrofon.

Ternyata maksudnya hanya untuk menegaskan bahwa dirinya sangat percaya diri saat memberikan keterangan pers itu. Dia tak ingin ada kesan dirinya tak percaya diri karena foto-foto dirinya dalam konferensi pers terkesan menunduk. Sebab, saat dirinya bicara, ada beberapa wartawan lesehan. Sehingga tatapannya menunduk.

“Jadi, nggak ada nggak percaya (diri). Moeldoko nggak pernah nggak percaya diri. Catat itu,” pungkasnya. [SAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories