
Minta Maaf Soal Bantuan 2 Triliun Kapolda Sumsel Menunggu Nasib .
Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Irjen Eko Indra Heri kena getah kasus sumbangan hoaks Rp 2 triliun keluarga Akidi Tio untuk penanggulangan Corona. Kemarin, Eko meminta maaf atas kasus ini. Namun, banyak yang prediksi, permintaan maaf itu tidak akan meloloskannya dari sanksi. Kini, Eko tinggal menunggu nasib.
Permintaan maaf itu, disampaikan Eko dalam konferensi pers di Mapolda Sumsel, Palembang, kemarin. Permintaan maaf itu diucapkan tidak hanya sekali. Tapi, berkali-kali. Wajah Eko terlihat sendu. Dia beberapa kali menundukkan kepala.
Eko mengakui, kegaduhan sumbangan Rp 2 triliun dari Akidi Tio terjadi dikarenakan ketidakhati-hatian dirinya. “Sekali lagi, kami memohon maaf,” ucap jebolan Akpol 1988 dengan mengernyitkan keningnya dan tertunduk lesu beberapa saat.
Kata Eko, permohonan maaf itu disampaikan untuk seluruh masyarakat Indonesia, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pimpinan di Mabes Polri, anggota Polri, masyarakat Sumsel, tokoh agama, dan tokoh adat. “Wabil khusus Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) Sumsel, Gubernur, Pangdam dan Danrem,” sambungnya. Saat penyerahan bantuan keluarga Akidi secara simbolis, Senin (27/7), Eko memang mengundang Forkopimda untuk hadir menyaksikan.
Dalam kesempatan itu, Eko sempat menceritakan sekitar munculnya sumbangan Rp 2 triliun itu. Mula-mula, ia dihubungi Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy dan dokter keluarga Akidi Tio, Prof Hardi Darmawan, saat berada di rumah dinasnya. “Saat itu, saya sebagai Kapolda hanya dipercayakan untuk menyalurkan bantuan ini. Uangnya diminta dikawal transparansinya,” tuturnya.
Tanpa melakukan telaah dulu, dia langsung percaya dengan rencana sumbangan itu. Dalam pelaksanaannya, sumbangan fantastis itu malah tak kunjung cair dan bikin heboh se-Tanah Air.
Eko mengaku mengenal mendiang Akidi Tio dan anaknya, yaitu Johan dan Ahok, ketika menjabat Kapolres Aceh Timur. Namun, tidak dengan Heriyanti, putri bungsu Akidi, yang menyerahkan sumbangan hoaks Rp 2 triliun itu. “Ibu Heriyanti saya tidak kenal,” ucapnya.
Meski sudah meminta maaf, namun proses pemeriksaan ke Eko tidak akan berhenti. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, tim internal Itwasum Polri dan Paminal Propam Polri telah diturunkan ke Sumsel untuk melakukan pemeriksaan internal ke Eko. “Ingin jelas melihat seperti, kasus bagaimana. Itu ranah daripada klarifikasi internal,” kata Argo, di Jakarta, kemarin.
Ketua Tim Pengawasan Dan Pemeriksaan Khusus (Wasriksus) Itwasum Polri Irjen Agung Budi Maryoto turun langsung melakukan pemeriksaan itu. Ia dan tim tiba di Mapolda Sumsel sekitar pukul 3 siang, kemarin. Agung langsung melakukan pemeriksaan ke Eko. Pemeriksaan dilakukan di Ruang Promoter Mapolda Sumsel secara tertutup. Hingga pukul 9 malam tadi, pemeriksaan masih berlangsung.
Pengamat kebijakan publik Chazali H Situmorang menilai, langkah Mabes Polri turun langsung menyelidiki kasus sumbangan hoaks itu sudah tepat. Apalagi sebelumnya, para petinggi Polda Sumsel memberikan keterangan berbeda mengenai proses penyelidikan terhadap Heryati.
“Satu bilang sudah tersangka, lalu dibantah yang lain dengan menyatakan belum tersangka. Mabes Polri harus turun,” kata Chazali, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia menduga, Kapolda terlalu bersemangat ketika mendapat informasi adanya sumbangan Rp 2 triliun dari keluarga Aditi Tio. Akibatnya, kurang hati-hati terhadap kebenaran sumbangan tersebut. “Ketika mendengar ada bantuan yang begitu besar, langsung diambil,” sambungnya.
Seharusnya, kata dia, polisi harus sensitif terhadap hal-hal demikian. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, Kapolda harusnya memerintahkan anak buahnya untuk mengecek terlebih dahulu dana tersebut sebelum penyerahan dilakukan secara simbolis.
Dengan mulai turun tangannya Mabes Polri dalam kasus ini, apalagi dilakukan pengawasan dan pemeriksaan khusus, nasib Eko diprediksi tinggal menunggu takdir. “Soal bagaimana karir atau nasibnya ke depan saya, tidak bisa memperkirakan,” pungkasnya. [SAR]
]]> .
Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Irjen Eko Indra Heri kena getah kasus sumbangan hoaks Rp 2 triliun keluarga Akidi Tio untuk penanggulangan Corona. Kemarin, Eko meminta maaf atas kasus ini. Namun, banyak yang prediksi, permintaan maaf itu tidak akan meloloskannya dari sanksi. Kini, Eko tinggal menunggu nasib.
Permintaan maaf itu, disampaikan Eko dalam konferensi pers di Mapolda Sumsel, Palembang, kemarin. Permintaan maaf itu diucapkan tidak hanya sekali. Tapi, berkali-kali. Wajah Eko terlihat sendu. Dia beberapa kali menundukkan kepala.
Eko mengakui, kegaduhan sumbangan Rp 2 triliun dari Akidi Tio terjadi dikarenakan ketidakhati-hatian dirinya. “Sekali lagi, kami memohon maaf,” ucap jebolan Akpol 1988 dengan mengernyitkan keningnya dan tertunduk lesu beberapa saat.
Kata Eko, permohonan maaf itu disampaikan untuk seluruh masyarakat Indonesia, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pimpinan di Mabes Polri, anggota Polri, masyarakat Sumsel, tokoh agama, dan tokoh adat. “Wabil khusus Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) Sumsel, Gubernur, Pangdam dan Danrem,” sambungnya. Saat penyerahan bantuan keluarga Akidi secara simbolis, Senin (27/7), Eko memang mengundang Forkopimda untuk hadir menyaksikan.
Dalam kesempatan itu, Eko sempat menceritakan sekitar munculnya sumbangan Rp 2 triliun itu. Mula-mula, ia dihubungi Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy dan dokter keluarga Akidi Tio, Prof Hardi Darmawan, saat berada di rumah dinasnya. “Saat itu, saya sebagai Kapolda hanya dipercayakan untuk menyalurkan bantuan ini. Uangnya diminta dikawal transparansinya,” tuturnya.
Tanpa melakukan telaah dulu, dia langsung percaya dengan rencana sumbangan itu. Dalam pelaksanaannya, sumbangan fantastis itu malah tak kunjung cair dan bikin heboh se-Tanah Air.
Eko mengaku mengenal mendiang Akidi Tio dan anaknya, yaitu Johan dan Ahok, ketika menjabat Kapolres Aceh Timur. Namun, tidak dengan Heriyanti, putri bungsu Akidi, yang menyerahkan sumbangan hoaks Rp 2 triliun itu. “Ibu Heriyanti saya tidak kenal,” ucapnya.
Meski sudah meminta maaf, namun proses pemeriksaan ke Eko tidak akan berhenti. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, tim internal Itwasum Polri dan Paminal Propam Polri telah diturunkan ke Sumsel untuk melakukan pemeriksaan internal ke Eko. “Ingin jelas melihat seperti, kasus bagaimana. Itu ranah daripada klarifikasi internal,” kata Argo, di Jakarta, kemarin.
Ketua Tim Pengawasan Dan Pemeriksaan Khusus (Wasriksus) Itwasum Polri Irjen Agung Budi Maryoto turun langsung melakukan pemeriksaan itu. Ia dan tim tiba di Mapolda Sumsel sekitar pukul 3 siang, kemarin. Agung langsung melakukan pemeriksaan ke Eko. Pemeriksaan dilakukan di Ruang Promoter Mapolda Sumsel secara tertutup. Hingga pukul 9 malam tadi, pemeriksaan masih berlangsung.
Pengamat kebijakan publik Chazali H Situmorang menilai, langkah Mabes Polri turun langsung menyelidiki kasus sumbangan hoaks itu sudah tepat. Apalagi sebelumnya, para petinggi Polda Sumsel memberikan keterangan berbeda mengenai proses penyelidikan terhadap Heryati.
“Satu bilang sudah tersangka, lalu dibantah yang lain dengan menyatakan belum tersangka. Mabes Polri harus turun,” kata Chazali, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia menduga, Kapolda terlalu bersemangat ketika mendapat informasi adanya sumbangan Rp 2 triliun dari keluarga Aditi Tio. Akibatnya, kurang hati-hati terhadap kebenaran sumbangan tersebut. “Ketika mendengar ada bantuan yang begitu besar, langsung diambil,” sambungnya.
Seharusnya, kata dia, polisi harus sensitif terhadap hal-hal demikian. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, Kapolda harusnya memerintahkan anak buahnya untuk mengecek terlebih dahulu dana tersebut sebelum penyerahan dilakukan secara simbolis.
Dengan mulai turun tangannya Mabes Polri dalam kasus ini, apalagi dilakukan pengawasan dan pemeriksaan khusus, nasib Eko diprediksi tinggal menunggu takdir. “Soal bagaimana karir atau nasibnya ke depan saya, tidak bisa memperkirakan,” pungkasnya. [SAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .