Menteri Erick : Integrasi Pembiayaan Ultra Mikro Jadi Prioritas Pemerintah

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjamin keberpihakan pemerintah terhadap upaya pengembangan dan pemberdayaan usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Upaya ini menjadi satu dari tiga program prioritas pemerintah saat ini, yakni Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh. “Integrasi ekosistem BUMN untuk ultra mikro masuk dalam bagian program Indonesia Bekerja, sebagai pembuktian keberpihakan negara. Bagaimana peran BUMN dalam pemulihan ekonomi sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kami,” ujar Erick dalam keterangannya, Jumat (26/2).

Yang tidak kalah penting sambung Erick, mengembangkan bagaimana sinergitas dari pengembangan ultra mikro dengan adanya BRI, PNM, maupun Pegadaian, yang diharapkan ke pembentukan dari keberpihakan kepada UMKM bisa tercerminkan dari program konsolidasi ini.

Rencananya, integrasi ekosistem BUMN untuk ultra mikro akan melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Holding ini ditargetkan terbentuk pada 2021.

Menurut mantan bos sepakbola Inter Milan ini, pembentukan integrasi BUMN ini akan dilakukan melalui aksi rights issue, setelah mendapat arahan dari Komite Privatisasi dan rekomendasi dari Menteri Keuangan serta konsultasi dengan DPR.

Negara akan mengambil bagian dengan mengalihkan seluruh saham seri B di Pegadaian dan PNM untuk disetorkan ke BRI. “Kepemilikan saham pemerintah di BRI dipastikan terjaga di level 56,75 persen. Setelah integrasi terbentuk, BRI akan memegang 99,99 persen saham PNM dan Pegadaian, sedangkan pemerintah RI tetap memiliki kendali terhadap Pegadaian dan PNM melalui kepemilikan saham Seri A Dwiwarna,” ucapnya.

 

Sementara itu Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, integrasi BUMN untuk ultra mikro tidak sama dengan aksi korporasi akuisisi dan holding. Melalui integrasi, pemerintah dijamin tetap akan memiliki kontrol terhadap BRI, PNM, dan Pegadaian.

Selain itu, aksi ini juga akan menjamin terciptanya kerja sama dan koordinasi yang lebih terukur. “Kenapa perlu dibangun ekosistem ini? Supaya nggak jalan sendiri-sendiri, dan kemudian sinerginya memang diikat oleh kepemilikan, bukan seremonial, tanda tangan MOU. Ini memang diikat secara equity,” tegasnya.

Kemudian apa yang disasar? Apakah tidak memakan pangsa pasarnya BRI? Sunarso menjawab tidak. Katanya, ini sejalan dengan strategi pertumbuhan kita, menumbuh kembangkan yang sudah ada dan kemudian juga mencari ke segmen yang belum di-touch oleh lembaga keuangan yang formal.

Sunarso menyebut, saat ini masih ada sekitar 30 juta pelaku UMKM yang belum terlayani lembaga keuangan formal. Kemudian, 5 juta di antaranya masih mengandalkan layanan para lintah darat atau rentenir untuk memenuhi kebutuhannya.

Pelaku UMKM dan usaha ultra mikro yang belum tersentuh lembaga keuangan formal ini harus menanggung beban berat selama ini, karena kerap mendapat pinjaman berbiaya tinggi hingga 100-150 persen per tahun.

Ia merinci, ada juga 7 juta di antaranya (pelaku UMKM) kalau butuh pinjaman, pinjam ke kerabat. Ada 18 juta yang belum terlayani sama sekali. “Jadi sasaran kita ketika membentuk ekosistem ini adalah memasukkan 18 juta (pelaku UMKM) itu dalam sistem lembaga keuangan formal supaya bisa dilayani lebih baik,” ujar Sunarso. [DWI]

]]> Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjamin keberpihakan pemerintah terhadap upaya pengembangan dan pemberdayaan usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Upaya ini menjadi satu dari tiga program prioritas pemerintah saat ini, yakni Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh. “Integrasi ekosistem BUMN untuk ultra mikro masuk dalam bagian program Indonesia Bekerja, sebagai pembuktian keberpihakan negara. Bagaimana peran BUMN dalam pemulihan ekonomi sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kami,” ujar Erick dalam keterangannya, Jumat (26/2).

Yang tidak kalah penting sambung Erick, mengembangkan bagaimana sinergitas dari pengembangan ultra mikro dengan adanya BRI, PNM, maupun Pegadaian, yang diharapkan ke pembentukan dari keberpihakan kepada UMKM bisa tercerminkan dari program konsolidasi ini.

Rencananya, integrasi ekosistem BUMN untuk ultra mikro akan melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Holding ini ditargetkan terbentuk pada 2021.

Menurut mantan bos sepakbola Inter Milan ini, pembentukan integrasi BUMN ini akan dilakukan melalui aksi rights issue, setelah mendapat arahan dari Komite Privatisasi dan rekomendasi dari Menteri Keuangan serta konsultasi dengan DPR.

Negara akan mengambil bagian dengan mengalihkan seluruh saham seri B di Pegadaian dan PNM untuk disetorkan ke BRI. “Kepemilikan saham pemerintah di BRI dipastikan terjaga di level 56,75 persen. Setelah integrasi terbentuk, BRI akan memegang 99,99 persen saham PNM dan Pegadaian, sedangkan pemerintah RI tetap memiliki kendali terhadap Pegadaian dan PNM melalui kepemilikan saham Seri A Dwiwarna,” ucapnya.

 

Sementara itu Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, integrasi BUMN untuk ultra mikro tidak sama dengan aksi korporasi akuisisi dan holding. Melalui integrasi, pemerintah dijamin tetap akan memiliki kontrol terhadap BRI, PNM, dan Pegadaian.

Selain itu, aksi ini juga akan menjamin terciptanya kerja sama dan koordinasi yang lebih terukur. “Kenapa perlu dibangun ekosistem ini? Supaya nggak jalan sendiri-sendiri, dan kemudian sinerginya memang diikat oleh kepemilikan, bukan seremonial, tanda tangan MOU. Ini memang diikat secara equity,” tegasnya.

Kemudian apa yang disasar? Apakah tidak memakan pangsa pasarnya BRI? Sunarso menjawab tidak. Katanya, ini sejalan dengan strategi pertumbuhan kita, menumbuh kembangkan yang sudah ada dan kemudian juga mencari ke segmen yang belum di-touch oleh lembaga keuangan yang formal.

Sunarso menyebut, saat ini masih ada sekitar 30 juta pelaku UMKM yang belum terlayani lembaga keuangan formal. Kemudian, 5 juta di antaranya masih mengandalkan layanan para lintah darat atau rentenir untuk memenuhi kebutuhannya.

Pelaku UMKM dan usaha ultra mikro yang belum tersentuh lembaga keuangan formal ini harus menanggung beban berat selama ini, karena kerap mendapat pinjaman berbiaya tinggi hingga 100-150 persen per tahun.

Ia merinci, ada juga 7 juta di antaranya (pelaku UMKM) kalau butuh pinjaman, pinjam ke kerabat. Ada 18 juta yang belum terlayani sama sekali. “Jadi sasaran kita ketika membentuk ekosistem ini adalah memasukkan 18 juta (pelaku UMKM) itu dalam sistem lembaga keuangan formal supaya bisa dilayani lebih baik,” ujar Sunarso. [DWI]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories