
Menristek Optimistis Indonesia Jadi Negara Maju Tahun 2045
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, istilah digital innovation memiliki makna yang dalam yaitu sebagai masa depan Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan target pemerintah yang menginginkan pada tahun 2045 mendatang Indonesia telah lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah ke atas, dan beranjak menjadi negara maju dengan pendapatan rata-rata yang tinggi.
“Untuk menuju ke sana jelas bukan satu hal yang mudah. Diperlukan perubahan mindset secara mendasar dari kita yang selama ini masih mengandalkan kegiatan ekonomi berbasis natural resources menjadi berbasis innovation,” terang Bambang dalam penghargaan Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021, Selasa (6/4).
Penghargaan tersebut dianugerahkan pada 74 perusahaan yang sesuai hasil riset dan penilaian yang dilakukan Tim Warta Ekonomi terbukti memiliki keunggulan inovasi digital di sektor bisnis masing-masing.
Bambang melanjutkan, inovasi harus menjadi arus utama (mainstream) dalam setiap kegiatan ekonomi Indonesia ke depan. Saat ini, Indonesia masih berada di peringkat 85 dari daftar 165 negara yang masih dalam Global Innovation Index 2020 lalu. Peringkat tersebut cukup jauh di bawah beberapa negara tetangga, seperti Thailand (peringkat 44), Malaysia (peringkat 33) dan Singapura yang malah masuk peringkat 10 besar, tepatnya berada di peringkat delapan.
“Setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat kita tertinggal. Pertama soal institusi. Masih banyak institusi kita yang belum mampu mendorong dan ramah terhadap terciptanya inovasi di lembaga itu sendiri,” sebut Bambang.
Sedangkan faktor kedua, tambah Bambang, adalah faktor kapital dan sumber daya manusia (SDM). Bagaimanapun, untuk menciptakan sebuah inovasi yang hebat membutuhkan SDM yang andal dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Selain itu, daya dukung dari tersedianya lembaga-lembaga riset juga turut membantu mengatasi kelemahan di faktor SDM ini.
“Sedangkan yang ketiga adalah jenis bisnis kita yang masih belum sophisticated. Aktivitas-aktivitas bisnis yang ada masih sangat sederhana, yang mengandalkan praktis dasar jual beli atau assembling (perakitan). Berbeda misalnya dengan bisnis handphone, yang fitur-fitur barunya tidak akan pernah tercipta tanpa adanya inovasi dan riset yang kuat di belakangnya,” papar Bambang.
Berkaca pada kelemahan ketiga faktor tersebut, Bambang mengucapkan selamat kepada para pemenang Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021 karena terbukti lini dan kegiatan bisnisnya telah berhasil menciptakan sebuah inovasi yang layak diandalkan.
Dengan begitu, perusahaan para pemenang IDIA 2021 disebut Bambang setidaknya telah satu langkah lebih maju dalam menjemput masa depan lebih baik dibanding para kompetitornya. “Ini bekal yang tentunya sangat penting dan bermanfaat untuk perusahaan Bapak-Ibu menatap masa depan bisnis di masa mendatang. Saya mengucapkan selamat dan turut senang atas capaian tersebut,” tegas Bambang.
Dalam menentukan pemenang penghargaan Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021: Digital Globalization Toward Better and Prosper Society, tim peneliti Warta Ekonomi menggunakan metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah media monitoring dengan mengutilisasi Boolean technique dan menganalisis berbagai isi pemberitaan di media mainstream dan media sosial.
Periode media monitoring yang digunakan dari Agustus 2020-Januari 2021. Pola teks dan isi pemberitaan dari hasil media monitoring dengan Boolean technique nantinya dikuantifikasi berdasarkan indikator penilaian. Ada empat indikator yang digunakan, yakni keunggulan inovasi layanan dan produk digital yang dimiliki, manfaat inovasi digital bagi internal perusahaan, serta layanan dan produk inovasi digital memberikan dampak positif bagi stakeholders, terutama masyarakat. [JAR]
]]> Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, istilah digital innovation memiliki makna yang dalam yaitu sebagai masa depan Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan target pemerintah yang menginginkan pada tahun 2045 mendatang Indonesia telah lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah ke atas, dan beranjak menjadi negara maju dengan pendapatan rata-rata yang tinggi.
“Untuk menuju ke sana jelas bukan satu hal yang mudah. Diperlukan perubahan mindset secara mendasar dari kita yang selama ini masih mengandalkan kegiatan ekonomi berbasis natural resources menjadi berbasis innovation,” terang Bambang dalam penghargaan Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021, Selasa (6/4).
Penghargaan tersebut dianugerahkan pada 74 perusahaan yang sesuai hasil riset dan penilaian yang dilakukan Tim Warta Ekonomi terbukti memiliki keunggulan inovasi digital di sektor bisnis masing-masing.
Bambang melanjutkan, inovasi harus menjadi arus utama (mainstream) dalam setiap kegiatan ekonomi Indonesia ke depan. Saat ini, Indonesia masih berada di peringkat 85 dari daftar 165 negara yang masih dalam Global Innovation Index 2020 lalu. Peringkat tersebut cukup jauh di bawah beberapa negara tetangga, seperti Thailand (peringkat 44), Malaysia (peringkat 33) dan Singapura yang malah masuk peringkat 10 besar, tepatnya berada di peringkat delapan.
“Setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat kita tertinggal. Pertama soal institusi. Masih banyak institusi kita yang belum mampu mendorong dan ramah terhadap terciptanya inovasi di lembaga itu sendiri,” sebut Bambang.
Sedangkan faktor kedua, tambah Bambang, adalah faktor kapital dan sumber daya manusia (SDM). Bagaimanapun, untuk menciptakan sebuah inovasi yang hebat membutuhkan SDM yang andal dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Selain itu, daya dukung dari tersedianya lembaga-lembaga riset juga turut membantu mengatasi kelemahan di faktor SDM ini.
“Sedangkan yang ketiga adalah jenis bisnis kita yang masih belum sophisticated. Aktivitas-aktivitas bisnis yang ada masih sangat sederhana, yang mengandalkan praktis dasar jual beli atau assembling (perakitan). Berbeda misalnya dengan bisnis handphone, yang fitur-fitur barunya tidak akan pernah tercipta tanpa adanya inovasi dan riset yang kuat di belakangnya,” papar Bambang.
Berkaca pada kelemahan ketiga faktor tersebut, Bambang mengucapkan selamat kepada para pemenang Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021 karena terbukti lini dan kegiatan bisnisnya telah berhasil menciptakan sebuah inovasi yang layak diandalkan.
Dengan begitu, perusahaan para pemenang IDIA 2021 disebut Bambang setidaknya telah satu langkah lebih maju dalam menjemput masa depan lebih baik dibanding para kompetitornya. “Ini bekal yang tentunya sangat penting dan bermanfaat untuk perusahaan Bapak-Ibu menatap masa depan bisnis di masa mendatang. Saya mengucapkan selamat dan turut senang atas capaian tersebut,” tegas Bambang.
Dalam menentukan pemenang penghargaan Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021: Digital Globalization Toward Better and Prosper Society, tim peneliti Warta Ekonomi menggunakan metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah media monitoring dengan mengutilisasi Boolean technique dan menganalisis berbagai isi pemberitaan di media mainstream dan media sosial.
Periode media monitoring yang digunakan dari Agustus 2020-Januari 2021. Pola teks dan isi pemberitaan dari hasil media monitoring dengan Boolean technique nantinya dikuantifikasi berdasarkan indikator penilaian. Ada empat indikator yang digunakan, yakni keunggulan inovasi layanan dan produk digital yang dimiliki, manfaat inovasi digital bagi internal perusahaan, serta layanan dan produk inovasi digital memberikan dampak positif bagi stakeholders, terutama masyarakat. [JAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .