Menkes: Telat Vaksin, Ratusan Ribu Nyawa Terancam Mati Kena Corona .
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah tak bisa menunda program vaksinasi Covid-19. Soalnya, ratusan ribu orang bisa meninggal dalam setahun.
Dia menyatakan, setiap hari, ada 300 orang yang meninggal akibat virus Corona. Dalam sebulan, total 9.000 orang. “Kalau kita tunda (vaksinasi) setahun, maka 108 ribu orang wafat karena Covid-19,” ujarnya dalam konferensi virtual yang digelar dari Bali, Minggu (28/2).
Kebutuhan vaksin pun bagi Indonesia sudah mendesak. Vaksin dianggap menjadi salah satu solusi mengendalikan Covid-19, selain terus menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan.
Semakin cepat vaksinasi selesai terhadap minimal 70 persen populasi, semakin cepat keke balan kelompok alias herd immunity terbentuk. “Kalau terlambat memvaksin, berapa ratus ribu manusia yang wafat, yang harusnya bisa kita lindungi. Karena itu, secepat cepatnya vaksin kita lakukan,” terang mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu.
Budi memastikan, vaksin yang digunakan saat ini, yakni Sinovac, aman. Terbukti, kelompok lanjut usia (lansia) yang disuntik vaksin asal China itu tidak mengalami efek samping serius. “Wakil Presiden yang sudah 70an tahun umurnya sudah disuntik dengan Sinovac,” ucap Budi, mencontohkan.
Malah, dituturkannya, ada lansia berusia 93 tahun yang tidak mengalami efek apapun setelah divaksinasi dengan Sinovac. Selain Sinovac, Indonesia juga berhasil mengamankan jatah vaksin dari AstraZeneca, Pfizer, serta NovaVac. Tapi karena Sinovac yang duluan datang, maka vaksin jenis itu yang kini digunakan.
“Pesan saya, juga pesan WHO, selama vaksin sudah lulus uji internasional dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), apapun mereknya, pakai saja,” tegasnya.
Indonesia menurut dia beruntung bisa mendapat vaksin lebih cepat. Karena negara sehebat Jepang saja baru akan memulai vaksinasi. Dalam setahun Kemenkes harus menyuntikkan 181,5 juta orang.
Budi mengaku tidak sanggup jika proses ini hanya dijalankan Kemenkes. Butuh keterlibatan pihak swasta, supaya program vaksinasi ini berjalan lancar. Tidak cukup juga hanya membangun satu program seperti yang tengah berjalan. Butuh gerakan yang lebih masif untuk menyukseskan program vak sinasi.
“Harus mengajak semua komponen bangsa, Pemda, swasta, kalau perlu dari Sabang sampai Merauke, segala macam lintas agama untuk membangun gerakan, bukan program,” beber eks Direktur Utama PT Inalum ini.
Secara terpisah, hal senada disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Untuk menyukseskan target vaksinasi yang tinggi, ujarnya, Kemenkes memang tidak bisa sendirian. Pihak swasta perlu dilibatkan dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. “Harus diberikan kesempatan kepada swasta untuk melak sanakan vaksinasi itu,” ujarnya dalam diskusi virtual, pekan kemarin.
Menurut JK, target penyuntikan 1 juta orang dalam satu hari, sangat tinggi. Tanpa upaya keras, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia bisa berlangsung lebih dari satu tahun, melewati target pemerintah. [JAR]
]]> .
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah tak bisa menunda program vaksinasi Covid-19. Soalnya, ratusan ribu orang bisa meninggal dalam setahun.
Dia menyatakan, setiap hari, ada 300 orang yang meninggal akibat virus Corona. Dalam sebulan, total 9.000 orang. “Kalau kita tunda (vaksinasi) setahun, maka 108 ribu orang wafat karena Covid-19,” ujarnya dalam konferensi virtual yang digelar dari Bali, Minggu (28/2).
Kebutuhan vaksin pun bagi Indonesia sudah mendesak. Vaksin dianggap menjadi salah satu solusi mengendalikan Covid-19, selain terus menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan.
Semakin cepat vaksinasi selesai terhadap minimal 70 persen populasi, semakin cepat keke balan kelompok alias herd immunity terbentuk. “Kalau terlambat memvaksin, berapa ratus ribu manusia yang wafat, yang harusnya bisa kita lindungi. Karena itu, secepat cepatnya vaksin kita lakukan,” terang mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu.
Budi memastikan, vaksin yang digunakan saat ini, yakni Sinovac, aman. Terbukti, kelompok lanjut usia (lansia) yang disuntik vaksin asal China itu tidak mengalami efek samping serius. “Wakil Presiden yang sudah 70an tahun umurnya sudah disuntik dengan Sinovac,” ucap Budi, mencontohkan.
Malah, dituturkannya, ada lansia berusia 93 tahun yang tidak mengalami efek apapun setelah divaksinasi dengan Sinovac. Selain Sinovac, Indonesia juga berhasil mengamankan jatah vaksin dari AstraZeneca, Pfizer, serta NovaVac. Tapi karena Sinovac yang duluan datang, maka vaksin jenis itu yang kini digunakan.
“Pesan saya, juga pesan WHO, selama vaksin sudah lulus uji internasional dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), apapun mereknya, pakai saja,” tegasnya.
Indonesia menurut dia beruntung bisa mendapat vaksin lebih cepat. Karena negara sehebat Jepang saja baru akan memulai vaksinasi. Dalam setahun Kemenkes harus menyuntikkan 181,5 juta orang.
Budi mengaku tidak sanggup jika proses ini hanya dijalankan Kemenkes. Butuh keterlibatan pihak swasta, supaya program vaksinasi ini berjalan lancar. Tidak cukup juga hanya membangun satu program seperti yang tengah berjalan. Butuh gerakan yang lebih masif untuk menyukseskan program vak sinasi.
“Harus mengajak semua komponen bangsa, Pemda, swasta, kalau perlu dari Sabang sampai Merauke, segala macam lintas agama untuk membangun gerakan, bukan program,” beber eks Direktur Utama PT Inalum ini.
Secara terpisah, hal senada disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Untuk menyukseskan target vaksinasi yang tinggi, ujarnya, Kemenkes memang tidak bisa sendirian. Pihak swasta perlu dilibatkan dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. “Harus diberikan kesempatan kepada swasta untuk melak sanakan vaksinasi itu,” ujarnya dalam diskusi virtual, pekan kemarin.
Menurut JK, target penyuntikan 1 juta orang dalam satu hari, sangat tinggi. Tanpa upaya keras, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia bisa berlangsung lebih dari satu tahun, melewati target pemerintah. [JAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .