
Mendikbud Dan Ristek Digabung Nadiem Hebat Kalau Selamat
Wacana reshuffle kabinet usai dileburnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), terus mencuat. Nadiem Makarim yang saat ini sebagai Mendikbud diisukan akan kena gusur. Petinggi Muhammadiyah pun disebut-sebut akan mengisi pos kementerian ini. Apakah Nadiem akan tamat atau selamat? Hebat, kalau eks bos Gojek ini masih dipertahankan Presiden Jokowi.
Tenaga Ahli Utama Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang bilang reshuffle akan terjadi pekan ini, tidak berani memastikan siapa yang akan ditunjuk Jokowi untuk menempati dua pos kementerian baru: Mendikbud dan Ristek serta Menteri Investasi. “Kita tunggu saja, mudah-mudahan pekan ini atau paling lambat pekan depan,” kata Ngabalin.
Ngabalin juga tidak menggambarkan secara rinci, apakah reshuffle kali ini hanya sebatas pengangkatan dua pos kementerian baru atau malah meluas menjadi perombakan kabinet. Namun, kata dia, kalau pun ada menteri lain atau ada yang digeser sana, geser sini, hal itu sudah menjadi kewenangan Jokowi.
Wakil Ketua DPR, Aziz Syamsuddin tidak mau berspekulasi, apakah Kemendikbud dan Dikti, tetap dipegang Nadiem atau tokoh baru. Politisi Golkar ini menyerahkan masalah ini kepada presiden. Yang pasti, siapa pun nanti yang menjabat punya pekerjaan rumah (PR) untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu dengan menggeber riset dan development.
“Butuh orang yang tepat mengisi jabatan ini,” ujar Aziz, di Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.
Komisi X DPR yang merupakan mitra kerja Kemendikbud selama setahun terakhir, memberikan sinyal positif bagi Nadiem. Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Syaifudian menilai, Nadiem pantas dipertahankan.
“Karena porsi tanggung jawab yang ada saat ini di Kemendikbud jauh lebih luas, maka sewajarnya Mendikbud yang akan memimpin,” kata Hetifah, kemarin.
Anggota Komisi X DPR, Putra Nababan juga punya pandangan yang sama. Kata dia, selama ini, Nadiem sudah bekerja cukup baik. Nadiem dianggap telah membuat sejumlah terobosan dan prestasi di masa kepemimpinannya, meskipun di tengah ujian pandemi Covid-19.
Politisi PDIP itu mengatakan, Nadiem berhasil menjalankan program Nawacita jilid dua Jokowi terkait pengembangan SDM yang berkualitas dan unggul bagi generasi mendatang. Putra juga menilai Nadiem sudah membuat sejumlah gebrakan selama setahun lebih menjabat.
Apa saja? Mulai dari program Merdeka Belajar, menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), mengganti Ujian Nasional (UN), melakukan penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan mengatur kembali Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dengan sejumlah prestasi itu, wajar kalau Nadiem tetap dipertahankan menjadi menteri.
Mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Fasli Jalal menilai, saat ini posisi Nadiem sebaiknya tetap dipertahankan. Meskipun selama ini ada sejumlah kebijakan yang kontroversial, kata dia, Nadiem masih perlu diberi waktu.
“Mudah-mudahan Nadiem makin berpengalaman, dia kan orang baru, nggak mungkin orang baru langsung sukses. Mungkin cari wakil menteri senior yang orang dekat Presiden, tapi juga dihargai di bidang pendidikan. Kalau kombinasi ini, saya kira lebih baik,” ujarnya.
Namun, penilaian para anggota DPR itu berbeda dengan sejumlah pengamat politik. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno pesimis, Jokowi akan mempertahankan Nadiem dalam reshuffle jilid II ini. Adi memprediksi, posisi Mendikbud dan Ristek akan diserahkan Jokowi pada tokoh Muhammadiyah.
“Ini keinginan publik, biar tak ada lagi pertanyaan soal upaya merangkul kader Muhammadiyah karena kader ormas yang lain sudah,” kata Adi, saat dikontak, tadi malam.
Sebenarnya, upaya Jokowi untuk merangkul Muhammadiyah masuk jajaran kabinetnya sudah pernah dilakukan. Akhir tahun lalu, Jokowi sudah mengutus Mensesneg, Pratikno untuk berkomunikasi dengan Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti untuk menempati posisi sebagai Wakil Mendikbud. Namun, keputusan itu ditolak Abdul Mu’ti.
Kalaupun bukan dari tokoh Muhammadiyah, lanjut Adi, jabatan kementerian pendidikan ini akan tetap diberikan Jokowi pada kader parpol yang dianggap respresentasi dari ormas tersebut. Misalnya, dengan mengambil kader PAN yang selama ini dianggap representasi dari Muhammadiyah.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin melihat, masih fifty-fifty soal peluang Nadiem di kabinet. Mungkin saja Nadiem kembali dipilih untuk mengisi jabatan kementerian gabungan itu, tapi bisa juga tidak.
“Mendikbudnya bisa Nadiem lagi bisa juga ganti,” kata Ujang, tadi malam.
Menurut Ujang, kinerja Nadiem sebenarnya biasa saja. Tidak bagus banget juga tidak jelek sekali. Ia juga menilai, Nadiem kurang gebrakan dan tenggelam di media. Wajar kalau diganti. Namun bisa saja, Jokowi punya pertimbangan lain. “Kalau selamat di reshuffle kali ini berarti hebat,” ujarnya. [BCG]
]]> Wacana reshuffle kabinet usai dileburnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), terus mencuat. Nadiem Makarim yang saat ini sebagai Mendikbud diisukan akan kena gusur. Petinggi Muhammadiyah pun disebut-sebut akan mengisi pos kementerian ini. Apakah Nadiem akan tamat atau selamat? Hebat, kalau eks bos Gojek ini masih dipertahankan Presiden Jokowi.
Tenaga Ahli Utama Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang bilang reshuffle akan terjadi pekan ini, tidak berani memastikan siapa yang akan ditunjuk Jokowi untuk menempati dua pos kementerian baru: Mendikbud dan Ristek serta Menteri Investasi. “Kita tunggu saja, mudah-mudahan pekan ini atau paling lambat pekan depan,” kata Ngabalin.
Ngabalin juga tidak menggambarkan secara rinci, apakah reshuffle kali ini hanya sebatas pengangkatan dua pos kementerian baru atau malah meluas menjadi perombakan kabinet. Namun, kata dia, kalau pun ada menteri lain atau ada yang digeser sana, geser sini, hal itu sudah menjadi kewenangan Jokowi.
Wakil Ketua DPR, Aziz Syamsuddin tidak mau berspekulasi, apakah Kemendikbud dan Dikti, tetap dipegang Nadiem atau tokoh baru. Politisi Golkar ini menyerahkan masalah ini kepada presiden. Yang pasti, siapa pun nanti yang menjabat punya pekerjaan rumah (PR) untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu dengan menggeber riset dan development.
“Butuh orang yang tepat mengisi jabatan ini,” ujar Aziz, di Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.
Komisi X DPR yang merupakan mitra kerja Kemendikbud selama setahun terakhir, memberikan sinyal positif bagi Nadiem. Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Syaifudian menilai, Nadiem pantas dipertahankan.
“Karena porsi tanggung jawab yang ada saat ini di Kemendikbud jauh lebih luas, maka sewajarnya Mendikbud yang akan memimpin,” kata Hetifah, kemarin.
Anggota Komisi X DPR, Putra Nababan juga punya pandangan yang sama. Kata dia, selama ini, Nadiem sudah bekerja cukup baik. Nadiem dianggap telah membuat sejumlah terobosan dan prestasi di masa kepemimpinannya, meskipun di tengah ujian pandemi Covid-19.
Politisi PDIP itu mengatakan, Nadiem berhasil menjalankan program Nawacita jilid dua Jokowi terkait pengembangan SDM yang berkualitas dan unggul bagi generasi mendatang. Putra juga menilai Nadiem sudah membuat sejumlah gebrakan selama setahun lebih menjabat.
Apa saja? Mulai dari program Merdeka Belajar, menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), mengganti Ujian Nasional (UN), melakukan penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan mengatur kembali Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dengan sejumlah prestasi itu, wajar kalau Nadiem tetap dipertahankan menjadi menteri.
Mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Fasli Jalal menilai, saat ini posisi Nadiem sebaiknya tetap dipertahankan. Meskipun selama ini ada sejumlah kebijakan yang kontroversial, kata dia, Nadiem masih perlu diberi waktu.
“Mudah-mudahan Nadiem makin berpengalaman, dia kan orang baru, nggak mungkin orang baru langsung sukses. Mungkin cari wakil menteri senior yang orang dekat Presiden, tapi juga dihargai di bidang pendidikan. Kalau kombinasi ini, saya kira lebih baik,” ujarnya.
Namun, penilaian para anggota DPR itu berbeda dengan sejumlah pengamat politik. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno pesimis, Jokowi akan mempertahankan Nadiem dalam reshuffle jilid II ini. Adi memprediksi, posisi Mendikbud dan Ristek akan diserahkan Jokowi pada tokoh Muhammadiyah.
“Ini keinginan publik, biar tak ada lagi pertanyaan soal upaya merangkul kader Muhammadiyah karena kader ormas yang lain sudah,” kata Adi, saat dikontak, tadi malam.
Sebenarnya, upaya Jokowi untuk merangkul Muhammadiyah masuk jajaran kabinetnya sudah pernah dilakukan. Akhir tahun lalu, Jokowi sudah mengutus Mensesneg, Pratikno untuk berkomunikasi dengan Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti untuk menempati posisi sebagai Wakil Mendikbud. Namun, keputusan itu ditolak Abdul Mu’ti.
Kalaupun bukan dari tokoh Muhammadiyah, lanjut Adi, jabatan kementerian pendidikan ini akan tetap diberikan Jokowi pada kader parpol yang dianggap respresentasi dari ormas tersebut. Misalnya, dengan mengambil kader PAN yang selama ini dianggap representasi dari Muhammadiyah.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin melihat, masih fifty-fifty soal peluang Nadiem di kabinet. Mungkin saja Nadiem kembali dipilih untuk mengisi jabatan kementerian gabungan itu, tapi bisa juga tidak.
“Mendikbudnya bisa Nadiem lagi bisa juga ganti,” kata Ujang, tadi malam.
Menurut Ujang, kinerja Nadiem sebenarnya biasa saja. Tidak bagus banget juga tidak jelek sekali. Ia juga menilai, Nadiem kurang gebrakan dan tenggelam di media. Wajar kalau diganti. Namun bisa saja, Jokowi punya pertimbangan lain. “Kalau selamat di reshuffle kali ini berarti hebat,” ujarnya. [BCG]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .