Membangun Peradaban Berbasis Masjid (3) Fungsi Masjid Nabi (1): Bengkel Spiritual

Obsesi Nabi Muhammad Saw membangun masjid bukan untuk diberdayakan umat tetapi untuk memberdayakan umat. Masjid diobsesikan Nabi sebagai bengkel atau rumah sakit untuk memperbaiki jiwa dan pikiran yang sakit. Masjid terutama berfungsi untuk memperbaiki kualitas orang-orang sujud (sajidin). Lebih utama seseorang membangun orang sujud (sajidin) daripada tempat sujud (masjidun).

Di antara fungsi masjid Nabi dan tentu saja masih amat relevan dengan kehidupan kita sekarang antara lain sebagai tempat pelaksanaan ibadah mahdlah, sebuah ibadah ritual yang takaran dan ketentuannya ditentukan langsung oleh Allah Swt dan atau Rasul-Nya Muhammad Saw.

Masjid sebagai pusat ibadah ritual shalat lima waktu sudah sangat masyhur di dalam masyarakat. Nabi menekankan pentingnya shalat berjamaah di masjid dengan menjanjikan pahala berlipat ganda. Shalat di masjid secara berjamaah pahalanya lebih besar 27 kali daripada shalat di rumah. Laki-laki dan perempuan diserukan shalat berjamaah di masjid. Bagi mereka yang bertetangga dengan masjid bisa melakukan shalat sunnat di rumahnya, tetapi shalat fardhu di masjid. Nabi pernah menegaskan “Tidak ada shalat bagi orang yang bertetangga dengan masjid tetapi tidak shalat di masjid”. Tentu saja ada beberapa pengecualian, terutama jika seseorang mengalami cacat atau penyakit secara fisik yang tidak memungkinkannya untuk melewati sebuah jalur normal.

Ibadah Mahdlah mempunyai syarat wajib, rukun, dan sunat-sunat. Perintah melaksanakan ibadah Mahdlah biasanya diawali dengan beberapa peristiwa sebelumnya, seperti perintah shalat di­awali perintah berwudhu, dan perintah berwudhu diawali perintah menemukan air, sebagaimana kaedah ushul menga­takan: Kullu ma la yatimm al-wahidah illa bihi fahuwa wahidun (Segala sesuatu yang menjadi sebab terlaksanakan sebuah kewajiban maka sesuatu itu ikut menjadi wajib atasnya).

]]> Obsesi Nabi Muhammad Saw membangun masjid bukan untuk diberdayakan umat tetapi untuk memberdayakan umat. Masjid diobsesikan Nabi sebagai bengkel atau rumah sakit untuk memperbaiki jiwa dan pikiran yang sakit. Masjid terutama berfungsi untuk memperbaiki kualitas orang-orang sujud (sajidin). Lebih utama seseorang membangun orang sujud (sajidin) daripada tempat sujud (masjidun).

Di antara fungsi masjid Nabi dan tentu saja masih amat relevan dengan kehidupan kita sekarang antara lain sebagai tempat pelaksanaan ibadah mahdlah, sebuah ibadah ritual yang takaran dan ketentuannya ditentukan langsung oleh Allah Swt dan atau Rasul-Nya Muhammad Saw.

Masjid sebagai pusat ibadah ritual shalat lima waktu sudah sangat masyhur di dalam masyarakat. Nabi menekankan pentingnya shalat berjamaah di masjid dengan menjanjikan pahala berlipat ganda. Shalat di masjid secara berjamaah pahalanya lebih besar 27 kali daripada shalat di rumah. Laki-laki dan perempuan diserukan shalat berjamaah di masjid. Bagi mereka yang bertetangga dengan masjid bisa melakukan shalat sunnat di rumahnya, tetapi shalat fardhu di masjid. Nabi pernah menegaskan “Tidak ada shalat bagi orang yang bertetangga dengan masjid tetapi tidak shalat di masjid”. Tentu saja ada beberapa pengecualian, terutama jika seseorang mengalami cacat atau penyakit secara fisik yang tidak memungkinkannya untuk melewati sebuah jalur normal.

Ibadah Mahdlah mempunyai syarat wajib, rukun, dan sunat-sunat. Perintah melaksanakan ibadah Mahdlah biasanya diawali dengan beberapa peristiwa sebelumnya, seperti perintah shalat di­awali perintah berwudhu, dan perintah berwudhu diawali perintah menemukan air, sebagaimana kaedah ushul menga­takan: Kullu ma la yatimm al-wahidah illa bihi fahuwa wahidun (Segala sesuatu yang menjadi sebab terlaksanakan sebuah kewajiban maka sesuatu itu ikut menjadi wajib atasnya).
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories