
Masih Manual, Kini Diperbaiki Butuh 3 Menit Untuk Entry Satu Data .
Data update Covid-19 belum sempurna. Sampai hari ini, informasi yang ditampilkan di website Satgas Penanganan Covid-19, sifatnya belum realtime. Malahan, data jumlah spesimen dan jumlah tes uji PCR sempat hilang pada Rabu (17/2) lalu. Meski per hari ini, data tersebut sudah ditampilkan kembali.
Problem pendataan ini, kelihatannya cukup rumit. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sampai berkali-kali minta maaf. “Dengan segala kerendahan hati, ini memang sistem nggak sempurna. Very difficult and slow to access,” kata Menkes, saat berdialog dengan pemimpin media nasional, Rabu (17/2) malam.
Data tes yang harus di-entry per harinya sangat banyak. Tapi cara inputnya masih manual. Dengan sistem seperti sekarang, data harian dari seluruh laboratorium di Indonesia, tidak akan terkejar untuk dimasukkan. Petugas entry data di laboratorium juga sering kesulitan mengakses aplikasi pelaporan Covid-19. Respons (aplikasi) lambat. Dan, user interface atau tampilan grafis pengguna pada aplikasi pelaporan terlalu rumit. Satu data tes, membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk di-entry, kenapa? Karena ada 38 field yang harus diisi. Mulai dari tempat tanggal lahir, alamat, kenanya dimana, tesnya kapan, dan bagaimana hasilnya. “Ini so messy and very complex, ada kelemahan dari sisi user, dan sedang diperbaiki,” katanya.
Seharian, kerja 18 jam, tiap laboratorium paling banyak hanya bisa memasukkan tak sampai 400 data. Itu pun kerja petugas entry data-nya nonstop. Padahal, tes uji PCR per hari jumlahnya bisa puluhan ribu. Dengan sistem sekarang, tak mungkin input data bisa realtime. Karenanya, diakui, ada selisih ke belakang yang sampai sekarang belum di-entry mencapai 2 jutaan data.
Bagaimana menyelesaikannya? Menkes mengatakan, bisa diperbaiki tapi mungkin butuh waktu. Saat ini, sudah dilakukan perbaikan pada aplikasinya. Pekan ini, aplikasi baru akan dipakai oleh seluruh laboratorium. Nantinya, semua data dari laboratorium, baik yang hasilnya positif atau negatif Covid-19, bisa langsung masuk ke Kemenkes. Aplikasi yang baru, lebih cepat diakses, entry data bisa otomatis, sehingga pencatatan jumlah testing akan makin baik. “Sehingga kita bisa dapat gambaran positivity rate yang sebenarnya,” kata Menkes.
Untuk perbaikan sistem yang sempurna, kemungkinan Kemenkes membutuhkan waktu 2-3 bulan. Itu pun harus fokus mengerjakan ini. Padahal, yang ditangani Kemenkes bukan sekedar data, tapi pekerjaan terkait Covid dan non-covid pun sangat banyak. “Tapi saya percaya, dalam science, yang kita butuhkan data. Jadi saya akan menyelesaikan ini,” ujarnya. (Ratna Susilowati)
]]> .
Data update Covid-19 belum sempurna. Sampai hari ini, informasi yang ditampilkan di website Satgas Penanganan Covid-19, sifatnya belum realtime. Malahan, data jumlah spesimen dan jumlah tes uji PCR sempat hilang pada Rabu (17/2) lalu. Meski per hari ini, data tersebut sudah ditampilkan kembali.
Problem pendataan ini, kelihatannya cukup rumit. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sampai berkali-kali minta maaf. “Dengan segala kerendahan hati, ini memang sistem nggak sempurna. Very difficult and slow to access,” kata Menkes, saat berdialog dengan pemimpin media nasional, Rabu (17/2) malam.
Data tes yang harus di-entry per harinya sangat banyak. Tapi cara inputnya masih manual. Dengan sistem seperti sekarang, data harian dari seluruh laboratorium di Indonesia, tidak akan terkejar untuk dimasukkan. Petugas entry data di laboratorium juga sering kesulitan mengakses aplikasi pelaporan Covid-19. Respons (aplikasi) lambat. Dan, user interface atau tampilan grafis pengguna pada aplikasi pelaporan terlalu rumit. Satu data tes, membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk di-entry, kenapa? Karena ada 38 field yang harus diisi. Mulai dari tempat tanggal lahir, alamat, kenanya dimana, tesnya kapan, dan bagaimana hasilnya. “Ini so messy and very complex, ada kelemahan dari sisi user, dan sedang diperbaiki,” katanya.
Seharian, kerja 18 jam, tiap laboratorium paling banyak hanya bisa memasukkan tak sampai 400 data. Itu pun kerja petugas entry data-nya nonstop. Padahal, tes uji PCR per hari jumlahnya bisa puluhan ribu. Dengan sistem sekarang, tak mungkin input data bisa realtime. Karenanya, diakui, ada selisih ke belakang yang sampai sekarang belum di-entry mencapai 2 jutaan data.
Bagaimana menyelesaikannya? Menkes mengatakan, bisa diperbaiki tapi mungkin butuh waktu. Saat ini, sudah dilakukan perbaikan pada aplikasinya. Pekan ini, aplikasi baru akan dipakai oleh seluruh laboratorium. Nantinya, semua data dari laboratorium, baik yang hasilnya positif atau negatif Covid-19, bisa langsung masuk ke Kemenkes. Aplikasi yang baru, lebih cepat diakses, entry data bisa otomatis, sehingga pencatatan jumlah testing akan makin baik. “Sehingga kita bisa dapat gambaran positivity rate yang sebenarnya,” kata Menkes.
Untuk perbaikan sistem yang sempurna, kemungkinan Kemenkes membutuhkan waktu 2-3 bulan. Itu pun harus fokus mengerjakan ini. Padahal, yang ditangani Kemenkes bukan sekedar data, tapi pekerjaan terkait Covid dan non-covid pun sangat banyak. “Tapi saya percaya, dalam science, yang kita butuhkan data. Jadi saya akan menyelesaikan ini,” ujarnya. (Ratna Susilowati)
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .