Mahfud MD: Perguruan Tinggi, Benteng Budaya Dan Eksistensi Jati Diri Bangsa

Di era revolusi 4.0 yang didominasi oleh teknologi dan digitalisasi, perguruan tinggi harus menjadi benteng budaya yang menjaga eksistensi jati diri bangsa. Hal ini ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, saat peletakan batu pertama pembangunan Gedung Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Minggu (5/9).

“Pada era di mana budaya sangat beragam, berbagai belahan dunia akan mudah saling terhubung dan saling mempengaruhi. Tidak banyak perguruan tinggi yang menasbihkan dirinya sebagai perguruan tinggi berbasis budaya. Dari sedikit kampus yang berbasis budaya tersebut, satu di antaranya adalah Universitas Widya Mataram di Yogyakarta,” ujar Mahfud MD yang juga Ketua Yayasan Mataram ini.

Dalam paparannya, Mahfud menegaskan, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang punya budaya adiluhung. Yakni budaya unggul yang penuh kehalusan budi, kesantunan, gotong royong, keindahan, dan religiousitas.

“Di era digital ini, bangsa kita harus mampu mempertahankan ruh dan nilai-nilai adiluhung bagi kemanusiaan dari masuknya budaya asing seperti hedonisme, liberalisme, dan rasionalisme,” papar Mahfud.

Bagi Mahfud, rasionalitas dan wawasan rasional memang penting, tetapi rasionalisme berbahaya bagi kehidupan manusia. Lebih jauh Mahfud memaparkan, rasionalisme berangkat dari asumsi bahwa yang benar itu hanya yang logis, masuk akal, bisa diuji melalui ekspremin, atau bisa dihitung.

Sedangkan wawasan rasional atau rasionalitas bagi bangsa Indonesia, tak mengurangi penghargaan akan pentingnya akal yang harus didukung dengan eksperimen dan pembuktian logis. “Pembuktian logis itu penting, tetapi disamping itu harus didasarkan pada keimanan kepada Tuhan, kepekaan nurani, ketulusan budi, moralitas, gotong royong dan estetika,” tegas Mahfud.

Selain berbasiskan nilai-nilai budaya, di kampus baru Universitas Widya Mataram ini, juga akan dibangun religious center yang mengakomodasi aktivitas religius semua agama yang diakui di Indonesia.

Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Dewan Pembina Yayasan Mataram Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rektor Universitas Widya Mataram Prof. Edy Suandi Hamid, dan Kepala LLDikti DIY,  Didi Achjari. [FAQ]

]]> Di era revolusi 4.0 yang didominasi oleh teknologi dan digitalisasi, perguruan tinggi harus menjadi benteng budaya yang menjaga eksistensi jati diri bangsa. Hal ini ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, saat peletakan batu pertama pembangunan Gedung Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Minggu (5/9).

“Pada era di mana budaya sangat beragam, berbagai belahan dunia akan mudah saling terhubung dan saling mempengaruhi. Tidak banyak perguruan tinggi yang menasbihkan dirinya sebagai perguruan tinggi berbasis budaya. Dari sedikit kampus yang berbasis budaya tersebut, satu di antaranya adalah Universitas Widya Mataram di Yogyakarta,” ujar Mahfud MD yang juga Ketua Yayasan Mataram ini.

Dalam paparannya, Mahfud menegaskan, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang punya budaya adiluhung. Yakni budaya unggul yang penuh kehalusan budi, kesantunan, gotong royong, keindahan, dan religiousitas.

“Di era digital ini, bangsa kita harus mampu mempertahankan ruh dan nilai-nilai adiluhung bagi kemanusiaan dari masuknya budaya asing seperti hedonisme, liberalisme, dan rasionalisme,” papar Mahfud.

Bagi Mahfud, rasionalitas dan wawasan rasional memang penting, tetapi rasionalisme berbahaya bagi kehidupan manusia. Lebih jauh Mahfud memaparkan, rasionalisme berangkat dari asumsi bahwa yang benar itu hanya yang logis, masuk akal, bisa diuji melalui ekspremin, atau bisa dihitung.

Sedangkan wawasan rasional atau rasionalitas bagi bangsa Indonesia, tak mengurangi penghargaan akan pentingnya akal yang harus didukung dengan eksperimen dan pembuktian logis. “Pembuktian logis itu penting, tetapi disamping itu harus didasarkan pada keimanan kepada Tuhan, kepekaan nurani, ketulusan budi, moralitas, gotong royong dan estetika,” tegas Mahfud.

Selain berbasiskan nilai-nilai budaya, di kampus baru Universitas Widya Mataram ini, juga akan dibangun religious center yang mengakomodasi aktivitas religius semua agama yang diakui di Indonesia.

Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Dewan Pembina Yayasan Mataram Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rektor Universitas Widya Mataram Prof. Edy Suandi Hamid, dan Kepala LLDikti DIY,  Didi Achjari. [FAQ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories