Loyo Lagi, Rupiah Butuh Vaksin Tokcer

Pagi ini rupiah masih loyo. Rupiah dibuka melemah 0,10 persen di level Rp 14.617 per dolar AS dibandingkan perdagangan kemarin sore di level Rp 14.602. Rupih butuh vaksin tokcer.

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga turut melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura minus 0,03 persen, dolar Taiwan minus 0,13 persen, won Korea Selatan turun 0,05 persen, yuan China melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia melemah 0,02 persen.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang saingannya terkoreksi 0,01 persen ke level 91,682. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,04 persen ke level Rp 17.482, terhadap poundsterling Inggris minus 0,05 persen ke level Rp 20.108 dan terhadap dolar Australia juga melemah 0,03 persen ke level Rp 11.271.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi terkoreksi hari ini. “Nilai rupiah masih dapat terkoreksi dengan perkiraan pergerakan pada dalam rentang Rp 14.590-14.635,” kata Ibrahim dalam laporannya, Kamis (15/4). 

Menurutnya, dolar AS terkoreksi setelah rilis indeks harga konsumen (IHK) di AS, tidak memicu kekhawatiran mengenai kenaikan inflasi dan pengetatan bank sentral, walau naik lebih tinggi dari perkiraan.

Adapun, indeks harga konsumen inti (Core Consumer Price Index/CPI) AS dirilis naik 0,3 persen secara bulanan (MoM) pada Maret. Sementara, IHK di AS tumbuh 0,6 persen MoM.

“Pejabat Bank Sentral AS mengatakan ekonomi AS dapat berkembang sebesar 5 sampai 6 persen di 2021, didorong oleh program vaksinasi dan bantuan fiskal yang solid. Tetapi Federal Reserve belum akan menarik dananya dari pasar,” jelasnya.

Sementara, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data perdagangan di China yang mencakup data ekspor, impor, dan neraca perdagangan.

Dari dalam negeri, peningkatan zona merah keterpaparan Covid-19 menjadi 11 zona juga tak luput dari perhatian investor.

“Selain upaya yang dilakukan pemerintah, menurutnya perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia bergantung juga pada perilaku masyarakat dalam menerapkan perubahan perilaku,” tutupnya. [DWI]

]]> Pagi ini rupiah masih loyo. Rupiah dibuka melemah 0,10 persen di level Rp 14.617 per dolar AS dibandingkan perdagangan kemarin sore di level Rp 14.602. Rupih butuh vaksin tokcer.

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga turut melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura minus 0,03 persen, dolar Taiwan minus 0,13 persen, won Korea Selatan turun 0,05 persen, yuan China melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia melemah 0,02 persen.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang saingannya terkoreksi 0,01 persen ke level 91,682. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,04 persen ke level Rp 17.482, terhadap poundsterling Inggris minus 0,05 persen ke level Rp 20.108 dan terhadap dolar Australia juga melemah 0,03 persen ke level Rp 11.271.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi terkoreksi hari ini. “Nilai rupiah masih dapat terkoreksi dengan perkiraan pergerakan pada dalam rentang Rp 14.590-14.635,” kata Ibrahim dalam laporannya, Kamis (15/4). 

Menurutnya, dolar AS terkoreksi setelah rilis indeks harga konsumen (IHK) di AS, tidak memicu kekhawatiran mengenai kenaikan inflasi dan pengetatan bank sentral, walau naik lebih tinggi dari perkiraan.

Adapun, indeks harga konsumen inti (Core Consumer Price Index/CPI) AS dirilis naik 0,3 persen secara bulanan (MoM) pada Maret. Sementara, IHK di AS tumbuh 0,6 persen MoM.

“Pejabat Bank Sentral AS mengatakan ekonomi AS dapat berkembang sebesar 5 sampai 6 persen di 2021, didorong oleh program vaksinasi dan bantuan fiskal yang solid. Tetapi Federal Reserve belum akan menarik dananya dari pasar,” jelasnya.

Sementara, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data perdagangan di China yang mencakup data ekspor, impor, dan neraca perdagangan.

Dari dalam negeri, peningkatan zona merah keterpaparan Covid-19 menjadi 11 zona juga tak luput dari perhatian investor.

“Selain upaya yang dilakukan pemerintah, menurutnya perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia bergantung juga pada perilaku masyarakat dalam menerapkan perubahan perilaku,” tutupnya. [DWI]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Generated by Feedzy