Konsisten Terapkan Prokes Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron Tolak Bukber .
Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron konsisten menjalankan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Salah satunya, tidak mengundang berbuka puasa bersama alias bukber. Dia juga tidak datang jika ada undangan.
“Saya menghindari berbuka puasa bersama. Makan bersama kan media penularan juga,” ujar Herman, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Herman menjelaskan, terkadang dirinya tetap mengirimkan makanan kepada kolega atau saudaranya untuk berbuka puasa. Sama-sama berbuka puasa tapi di tempat yang berbeda. “Sama kan,” kelakarnya.
Anggota Komisi VI DPR ini mengaku hati-hati penyampaian penolakan berbuka puasa. Alasannya harus tepat dan pas. Harus menjaga perasaan kolega yang mengundang berbuka puasa bersama. Apalagi, Herman termasuk orang yang aktif berorganisasi. Selain sibuk mengurusi rakyat sebagai legislator, di juga diamanahkan menjadi elite Partai Demokrat. Termasuk mengurusi kegiatan organisasi lainnya seperti Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Politisi asal Cirebon ini mengaku, selama bulan puasa, jarang tepat waktu berbuka puasa di rumah. Kesehariannya yang pulang kantor jam lima sore, membuatnya berbuka puasa di dalam mobil, dalam perjalanan pulang. Waktu berbuka puasa bersama keluarga pun selalu tertunda. Meski begitu, keluarganya mengerti dan mendukung aktivitas politisi mercy ini. Nah, di malam hari, tepatnya saat tarawih, barulah dia curahkan waktu beribadah bersama keluarga.
Herman juga berbagi cerita tentang kebiasaan keluarganya di malam hari. Yaitu, melakukan shalat tarawih berjamaah di rumah. Hebatnya, tarawih ini memiliki ikhtiar untuk khatam Al-Qur’an. Jadi, 30 juz dibagi dalam tarawih selama 30 hari full.
“Ya, meski anak saya yang paling kecil kadang-kadang order, ayatnya jangan panjang-panjang hehehe,” Herman tertawa. “Saya Imamnya, mudah-mudahan sampai akhir puasa selesai,” tambahnya.
Soal berpuasa, Herman teringat ketika melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) belum lama ini. Kegiatan di sana begitu padat, rapat sampai malam hari. Hingga akhirnya bermalam di hotel tanpa persiapan untuk sahur. Nah, di sinilah berkah Ramadan datang. Begitu memasuki jam satu dini hari, ada yang mengetuk kamar hotelnya mengirimkan makan sahur. Alhamdulillah, tidak perlu lagi repot mencari makan sahur.
Tidak sampai di situ, dua jam berselang ada yang mengetuk lagi mengirimkan makanan. Hingga jam setengah empat pagi, ada yang mengirimkan Soto Banjar. “Jadi, saya sahur tiga kali. Ini namanya rejeki Ramadan,” tutupnya. [BSH]
]]> .
Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron konsisten menjalankan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Salah satunya, tidak mengundang berbuka puasa bersama alias bukber. Dia juga tidak datang jika ada undangan.
“Saya menghindari berbuka puasa bersama. Makan bersama kan media penularan juga,” ujar Herman, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Herman menjelaskan, terkadang dirinya tetap mengirimkan makanan kepada kolega atau saudaranya untuk berbuka puasa. Sama-sama berbuka puasa tapi di tempat yang berbeda. “Sama kan,” kelakarnya.
Anggota Komisi VI DPR ini mengaku hati-hati penyampaian penolakan berbuka puasa. Alasannya harus tepat dan pas. Harus menjaga perasaan kolega yang mengundang berbuka puasa bersama. Apalagi, Herman termasuk orang yang aktif berorganisasi. Selain sibuk mengurusi rakyat sebagai legislator, di juga diamanahkan menjadi elite Partai Demokrat. Termasuk mengurusi kegiatan organisasi lainnya seperti Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Politisi asal Cirebon ini mengaku, selama bulan puasa, jarang tepat waktu berbuka puasa di rumah. Kesehariannya yang pulang kantor jam lima sore, membuatnya berbuka puasa di dalam mobil, dalam perjalanan pulang. Waktu berbuka puasa bersama keluarga pun selalu tertunda. Meski begitu, keluarganya mengerti dan mendukung aktivitas politisi mercy ini. Nah, di malam hari, tepatnya saat tarawih, barulah dia curahkan waktu beribadah bersama keluarga.
Herman juga berbagi cerita tentang kebiasaan keluarganya di malam hari. Yaitu, melakukan shalat tarawih berjamaah di rumah. Hebatnya, tarawih ini memiliki ikhtiar untuk khatam Al-Qur’an. Jadi, 30 juz dibagi dalam tarawih selama 30 hari full.
“Ya, meski anak saya yang paling kecil kadang-kadang order, ayatnya jangan panjang-panjang hehehe,” Herman tertawa. “Saya Imamnya, mudah-mudahan sampai akhir puasa selesai,” tambahnya.
Soal berpuasa, Herman teringat ketika melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) belum lama ini. Kegiatan di sana begitu padat, rapat sampai malam hari. Hingga akhirnya bermalam di hotel tanpa persiapan untuk sahur. Nah, di sinilah berkah Ramadan datang. Begitu memasuki jam satu dini hari, ada yang mengetuk kamar hotelnya mengirimkan makan sahur. Alhamdulillah, tidak perlu lagi repot mencari makan sahur.
Tidak sampai di situ, dua jam berselang ada yang mengetuk lagi mengirimkan makanan. Hingga jam setengah empat pagi, ada yang mengirimkan Soto Banjar. “Jadi, saya sahur tiga kali. Ini namanya rejeki Ramadan,” tutupnya. [BSH]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .