Kiai Maruf Sedih, 605 Ulama Wafat Selama Pandemi .

Wakil Presiden (Wapres) Maruf Amin menyatakan, ada 605 kiai, ulama dan para pengasuh pondok pesantren meninggal dunia selama pandemi Covid-19. Jumlah itu berdasarkan data Kementerian Agama per 7 Juli 2021. 

“Selain itu, cukup banyak santri terpapar Covid-19 di lingkungan pesantren selama pandemi menerpa Indonesia,” ungkap Maruf, saat berpidato dalam acara peluncuran virtual program ‘Kita Jaga Kiai’, kemarin. 

Dia menjelaskan, wafatnya para kiai dan ulama sebagai musibah yang tak dapat tergantikan. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Ath-Thabrani, meninggalnya para kiai dan ulama ibarat bintang yang padam. 

Menurutnya, para kiai dan ulama sudah banyak melakukan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan agama bagi para santri maupun masyarakat sekitarnya. 

“Mentransformasikan ilmu dan peradaban, menjaga, mendidik dan melakukan berbagai perbaikan di segala bidang aqidatan, fikratan, ibadatan, muámalatan, wa akhlaqiyatan,” jelas eks Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. 

Tak hanya itu, Maruf menyinggung jasa para kiai dan ulama yang seringkali mengajarkan sikap patriotik, cinta Tanah Air dan bela negara kepada setiap warga bangsa Indonesia. 

Jasa besar para kiai, para ulama terhadap perjuangan kemerdekaan hingga proses pembangunan bangsa Indonesia saat ini juga sangat besar. 

“Jasa-jasa itu tidak bisa dihargai dengan sekadar materi,” terangnya. 

Nah, mantan Rais Aam PBNU ini juga menegaskan, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang diterapkan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19. 

Pemerintah lebih mengutamakan keselamatan masyarakat dengan kebijakan tersebut. Termasuk, para kiai dan ulama. 

Maruf berharap, PPKM berdampak positif untuk menurunkan tingkat penularan. “Sehingga secara bertahap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat kembali seperti sedia kala,” harap eks Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini. 

Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, Covid19 turut menjangkit para pemimpin pesantren di wilayah Jawa dan Madura. 

Bahkan, terjadi peningkatan jumlah kiai dan ulama yang terinfeksi Covid-19. 

“Terutama di seluruh wilayah Madura dan wilayah lain seperti Jawa Tengah seperti Pati, Kudus, Demak, Jepara dan daerah lainnya secara merata,” tutur Rozin. 

Menurutnya, pesantren pasti memiliki kesadaran yang tinggi terkait bahaya Covid-19. Namun, kondisi itu berubah setelah Hari Raya Idul Fitri tahun ini. 

Banyak santri yang mulai bosan dan diiringi dengan kembalinya aktivitas pendidikan di pondok pesantren. Kondisi ini turut diperparah dengan munculnya varian Delta virus Corona. Inilah beberapa pemicu meningkatnya kasus Covid-19 di lingkungan pondok pesantren. 

“Untuk para jemaah, alumni, dan wali santri agar menghindari mengundang kiai untuk hadir dalam acara yang dapat mengundang banyak orang. Cukup meminta, doa restu saja kepada sang kiai,” imbaunya. 

Rozin juga mengimbau pondok pesantren yang ruang pendidikannya berada di dalam kompleks untuk melakukan beberapa langkah pencegahan penularan virus Corona. 

Yakni, melaksanakan protokol kesehatan yang ketat dan jangan memulangkan santri, serta membatasi keluar masuk tamu. Dan menyiapkan ruang isolasi dan standarnya. [DIR]
 

]]> .
Wakil Presiden (Wapres) Maruf Amin menyatakan, ada 605 kiai, ulama dan para pengasuh pondok pesantren meninggal dunia selama pandemi Covid-19. Jumlah itu berdasarkan data Kementerian Agama per 7 Juli 2021. 

“Selain itu, cukup banyak santri terpapar Covid-19 di lingkungan pesantren selama pandemi menerpa Indonesia,” ungkap Maruf, saat berpidato dalam acara peluncuran virtual program ‘Kita Jaga Kiai’, kemarin. 

Dia menjelaskan, wafatnya para kiai dan ulama sebagai musibah yang tak dapat tergantikan. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Ath-Thabrani, meninggalnya para kiai dan ulama ibarat bintang yang padam. 

Menurutnya, para kiai dan ulama sudah banyak melakukan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan agama bagi para santri maupun masyarakat sekitarnya. 

“Mentransformasikan ilmu dan peradaban, menjaga, mendidik dan melakukan berbagai perbaikan di segala bidang aqidatan, fikratan, ibadatan, muámalatan, wa akhlaqiyatan,” jelas eks Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. 

Tak hanya itu, Maruf menyinggung jasa para kiai dan ulama yang seringkali mengajarkan sikap patriotik, cinta Tanah Air dan bela negara kepada setiap warga bangsa Indonesia. 

Jasa besar para kiai, para ulama terhadap perjuangan kemerdekaan hingga proses pembangunan bangsa Indonesia saat ini juga sangat besar. 

“Jasa-jasa itu tidak bisa dihargai dengan sekadar materi,” terangnya. 

Nah, mantan Rais Aam PBNU ini juga menegaskan, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang diterapkan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19. 

Pemerintah lebih mengutamakan keselamatan masyarakat dengan kebijakan tersebut. Termasuk, para kiai dan ulama. 

Maruf berharap, PPKM berdampak positif untuk menurunkan tingkat penularan. “Sehingga secara bertahap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat kembali seperti sedia kala,” harap eks Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini. 

Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, Covid19 turut menjangkit para pemimpin pesantren di wilayah Jawa dan Madura. 

Bahkan, terjadi peningkatan jumlah kiai dan ulama yang terinfeksi Covid-19. 

“Terutama di seluruh wilayah Madura dan wilayah lain seperti Jawa Tengah seperti Pati, Kudus, Demak, Jepara dan daerah lainnya secara merata,” tutur Rozin. 

Menurutnya, pesantren pasti memiliki kesadaran yang tinggi terkait bahaya Covid-19. Namun, kondisi itu berubah setelah Hari Raya Idul Fitri tahun ini. 

Banyak santri yang mulai bosan dan diiringi dengan kembalinya aktivitas pendidikan di pondok pesantren. Kondisi ini turut diperparah dengan munculnya varian Delta virus Corona. Inilah beberapa pemicu meningkatnya kasus Covid-19 di lingkungan pondok pesantren. 

“Untuk para jemaah, alumni, dan wali santri agar menghindari mengundang kiai untuk hadir dalam acara yang dapat mengundang banyak orang. Cukup meminta, doa restu saja kepada sang kiai,” imbaunya. 

Rozin juga mengimbau pondok pesantren yang ruang pendidikannya berada di dalam kompleks untuk melakukan beberapa langkah pencegahan penularan virus Corona. 

Yakni, melaksanakan protokol kesehatan yang ketat dan jangan memulangkan santri, serta membatasi keluar masuk tamu. Dan menyiapkan ruang isolasi dan standarnya. [DIR]
 
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories