Keren! Gubernur BI Jadi Ketua ACC-BIS
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo terpilih sebagai Ketua Asian Consultative Council-Bank for International Settlements (ACC-BIS). Jabatan ini berlaku Mulai 26 September 2021 hingga dua tahun ke depan.
ACC-BIS beranggotakan 13 gubernur bank sentral anggota BIS dari negara-negara di Asia-Pasifik. Yaitu Australia, China, Hong Kong, Saudi Arabia, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Sebagai Ketua ACC-BIS, Perry akan berperan dalam mengarahkan aktivitas ACC-BIS di berbagai area kebanksentralan, seperti moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Sebagai Ketua ACC-BIS, Perry berjanji akan memperkuat dan mempererat komunikasi dan kerja sama antar bank sentral di Asia Pasifik, agar proses pemulihan ekonomi dapat terus terjadi secara merata di seluruh negara. “Serta mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkesinambungan,” ujarnya, Jumat (24/9).
Dalam periode kepemimpinannya, Perry akan mendorong ACC-BIS untuk menghasilkan riset dan rekomendasi kebijakan di sejumlah isu. Terutama yang sedang mengemuka di kalangan bank sentral di dunia.
Seperti bagaimana melindungi negara-negara berkembang dari efek limpahan yang ditimbulkan oleh normalisasi kebijakan di negara-negara maju (exit strategy). Bagaimana mengembangkan sumber-sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya dunia dalam mengatasi perubahan iklim (sustainable finance).
“Dan apa saja prinsip-prinsip yang perlu menjadi acuan dalam pengembangan uang digital yang diterbitkan oleh bank sentral (Central Bank Digital Currency). Sehingga dapat mengoptimalkan manfaatnya dan memitigasi risiko yang ada di dalamnya,” ujar Perry.
Jabatan Ketua yang diemban Gubernur BI di ACC-BIS, juga akan dapat mendukung agenda Indonesia pada Presidensi G-20 2022 dan Keketuaan ASEAN 2023 yang akan datang. [DWI]
]]> Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo terpilih sebagai Ketua Asian Consultative Council-Bank for International Settlements (ACC-BIS). Jabatan ini berlaku Mulai 26 September 2021 hingga dua tahun ke depan.
ACC-BIS beranggotakan 13 gubernur bank sentral anggota BIS dari negara-negara di Asia-Pasifik. Yaitu Australia, China, Hong Kong, Saudi Arabia, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Sebagai Ketua ACC-BIS, Perry akan berperan dalam mengarahkan aktivitas ACC-BIS di berbagai area kebanksentralan, seperti moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Sebagai Ketua ACC-BIS, Perry berjanji akan memperkuat dan mempererat komunikasi dan kerja sama antar bank sentral di Asia Pasifik, agar proses pemulihan ekonomi dapat terus terjadi secara merata di seluruh negara. “Serta mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkesinambungan,” ujarnya, Jumat (24/9).
Dalam periode kepemimpinannya, Perry akan mendorong ACC-BIS untuk menghasilkan riset dan rekomendasi kebijakan di sejumlah isu. Terutama yang sedang mengemuka di kalangan bank sentral di dunia.
Seperti bagaimana melindungi negara-negara berkembang dari efek limpahan yang ditimbulkan oleh normalisasi kebijakan di negara-negara maju (exit strategy). Bagaimana mengembangkan sumber-sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya dunia dalam mengatasi perubahan iklim (sustainable finance).
“Dan apa saja prinsip-prinsip yang perlu menjadi acuan dalam pengembangan uang digital yang diterbitkan oleh bank sentral (Central Bank Digital Currency). Sehingga dapat mengoptimalkan manfaatnya dan memitigasi risiko yang ada di dalamnya,” ujar Perry.
Jabatan Ketua yang diemban Gubernur BI di ACC-BIS, juga akan dapat mendukung agenda Indonesia pada Presidensi G-20 2022 dan Keketuaan ASEAN 2023 yang akan datang. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .