Kepala BSSN: Hargai Peran Dan Jasa Para Pejuang Persandian
Sepanjang perjalanan pembangunan bangsa Indonesia, peran persandian ikut berperan dalam meraih kemerdekaan hingga mempertahankannya saat ini. Di masa lalu, persandian memiliki peran memastikan pengamanan berita dan informasi rahasia negara sehingga tidak mengganggu pertahanan nasional.
Demikian salah satu poin penting pada buku “Offline to Online 75 Tahun Siber dan Sandi Mengabdi”. Buku ini yang diluncurkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam diskusi bertajuk #SiberminBaper: Kita & Kisah yang Pernah Ada di Yogyakarta, pada 27 Agustus 2021 lalu. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-76.
Kepala BSSN, Hinsa Siburian mengatakan, buku tersebut merupakan bunga rampai yang berisi tentang catatan sejarah perintisan, perkembangan, dan pengabdian sejak masa lalu hingga saat ini. Di awal masa perintisan, Dinas Kode adalah cikal bakal BSSN yang dibentuk untuk melindungi dan memperkuat perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Kini, BSSN memiliki tugas utama untuk mengelola keamanan ranah siber nasional.
Hinsa menambahkan, buku tersebut melengkapi kisah perjuangan insan siber dalam ikut mempertahankan kemerdekaan yang selama ini belum banyak terungkap di buku sejarah.
“Setelah saya berdinas di BSSN, saya mengetahui sejarah BSSN ini sebelumnya adalah Lembaga Sandi Negara yang juga terbentuk dari latar belakang sejarah panjang. Perlu adanya buku dokumentasi untuk menghargai peran dan jasa para pejuang persandian tersebut,” ujar Hinsa dalam keterangannnya, Selasa (7/9).
Untuk diketahui, selain meluncurkan buku, BSSN menggelar napak tilas ke Rumah Sandi Dukuh, Purwoharjo, Kulon Progo pada Sabtu (28/8) dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Bangunan kayu tersebut merupakan tempat bersejarah yang dahulu dijadikan markas sementara para perwira sandi saat menghadapi Agresi Militer Belanda II.
Selepas dari Rumah Sandi Dukuh, rombongan terbatas melanjutkan napak tilas ke Rumah Markas Wakil Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang yang terletak di deretan pegunungan Menoreh-Banaran, Kulon Progo.
Di lokasi bersejarah itu, terdapat pemancar radio yang digunakan untum mengirim informasi relay ke stasiun lebih besar hingga sampai ke Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera, kemudian informasi itu jadi pemantik perjuangan diplomasi internasional. [DIT]
]]> Sepanjang perjalanan pembangunan bangsa Indonesia, peran persandian ikut berperan dalam meraih kemerdekaan hingga mempertahankannya saat ini. Di masa lalu, persandian memiliki peran memastikan pengamanan berita dan informasi rahasia negara sehingga tidak mengganggu pertahanan nasional.
Demikian salah satu poin penting pada buku “Offline to Online 75 Tahun Siber dan Sandi Mengabdi”. Buku ini yang diluncurkan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam diskusi bertajuk #SiberminBaper: Kita & Kisah yang Pernah Ada di Yogyakarta, pada 27 Agustus 2021 lalu. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-76.
Kepala BSSN, Hinsa Siburian mengatakan, buku tersebut merupakan bunga rampai yang berisi tentang catatan sejarah perintisan, perkembangan, dan pengabdian sejak masa lalu hingga saat ini. Di awal masa perintisan, Dinas Kode adalah cikal bakal BSSN yang dibentuk untuk melindungi dan memperkuat perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Kini, BSSN memiliki tugas utama untuk mengelola keamanan ranah siber nasional.
Hinsa menambahkan, buku tersebut melengkapi kisah perjuangan insan siber dalam ikut mempertahankan kemerdekaan yang selama ini belum banyak terungkap di buku sejarah.
“Setelah saya berdinas di BSSN, saya mengetahui sejarah BSSN ini sebelumnya adalah Lembaga Sandi Negara yang juga terbentuk dari latar belakang sejarah panjang. Perlu adanya buku dokumentasi untuk menghargai peran dan jasa para pejuang persandian tersebut,” ujar Hinsa dalam keterangannnya, Selasa (7/9).
Untuk diketahui, selain meluncurkan buku, BSSN menggelar napak tilas ke Rumah Sandi Dukuh, Purwoharjo, Kulon Progo pada Sabtu (28/8) dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Bangunan kayu tersebut merupakan tempat bersejarah yang dahulu dijadikan markas sementara para perwira sandi saat menghadapi Agresi Militer Belanda II.
Selepas dari Rumah Sandi Dukuh, rombongan terbatas melanjutkan napak tilas ke Rumah Markas Wakil Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang yang terletak di deretan pegunungan Menoreh-Banaran, Kulon Progo.
Di lokasi bersejarah itu, terdapat pemancar radio yang digunakan untum mengirim informasi relay ke stasiun lebih besar hingga sampai ke Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera, kemudian informasi itu jadi pemantik perjuangan diplomasi internasional. [DIT]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .