Kenang 29 Tahun Genosida Khojaly, GKSB DPR Harap Tak Ada Lagi Kejahatan Kemanusiaan

Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Azerbaijan Muhammad Iqbal menyampaikan penghormatan untuk mengenang para korban pembantaian Khojaly, yang terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, 29 tahun lalu. Tragedi kemanusian tersebut menjadi sejarah kelam konflik Armenia dan Azerbaijan.

“GKSB memandang pembantaian Khojaly sebagai luka mendalam sepanjang sejarah kemanusiaan, sehingga menekankan bahwa siapa pun yang bertanggung jawab terhadap genosida Khojaly harus dibawa ke keadilan,” kata Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR itu, seperti dikutip dpr.go.id, Rabu (24/2).

Pada awal 1988, Armenia memulai tindakan agresif terhadap Azerbaijan untuk memisahkan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan. Kemudian, pada 25 dan 26 Februari 1992, terjadi pembantaian terhadap penduduk etnis Azerbaijan di Kota Khojaly. Sebanyak 613 penduduk tewas, termasuk 106 perempuan, 63 anak-anak, dan 70 lansia. Ratusan orang terluka parah dan 1.275 penduduk ditawan akibat kejadian tersebut.

“Dengan penuh simpati dan duka mendalam, Parlemen Indonesia menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada korban. GKSB berharap Tuhan mengampuni mereka yang telah kehilangan nyawa, serta berbelasungkawa kepada keluarga dan masyarakat Azerbaijan yang berduka,” ungkap Iqbal.

Peringatan 29 tahun tragedi genosida Khojaly, lanjutnya, harus dimaknai sebagai momentum untuk memulai kembali usaha perdamaian internasional untuk menyelesaikan konflik di wilayah Nagorno-Karabakh antara Armenia-Azerbaijan. Untuk itu, Armenia didesak mematuhi Resolusi Keamanan PBB 822, 853, 874 dan 884 dengan menarik seluruh angkatan bersenjatanya dari wilayah Azerbaijan serta memulangkan 1 juta pengungsi Azerbaijan.

“GKSB DPR menganggap penting untuk mengenang korban yang kehilangan nyawa akibat pembantaian Khojaly, seraya mengingat tragedi yang mengerikan tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak boleh terjadi kembali di bagian dunia mana pun. Tragedi tersebut harus menjadi pengingat akan nilai perdamaian,” tutup politisi PPP tersebut. [USU]

]]> Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Azerbaijan Muhammad Iqbal menyampaikan penghormatan untuk mengenang para korban pembantaian Khojaly, yang terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, 29 tahun lalu. Tragedi kemanusian tersebut menjadi sejarah kelam konflik Armenia dan Azerbaijan.

“GKSB memandang pembantaian Khojaly sebagai luka mendalam sepanjang sejarah kemanusiaan, sehingga menekankan bahwa siapa pun yang bertanggung jawab terhadap genosida Khojaly harus dibawa ke keadilan,” kata Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR itu, seperti dikutip dpr.go.id, Rabu (24/2).

Pada awal 1988, Armenia memulai tindakan agresif terhadap Azerbaijan untuk memisahkan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan. Kemudian, pada 25 dan 26 Februari 1992, terjadi pembantaian terhadap penduduk etnis Azerbaijan di Kota Khojaly. Sebanyak 613 penduduk tewas, termasuk 106 perempuan, 63 anak-anak, dan 70 lansia. Ratusan orang terluka parah dan 1.275 penduduk ditawan akibat kejadian tersebut.

“Dengan penuh simpati dan duka mendalam, Parlemen Indonesia menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada korban. GKSB berharap Tuhan mengampuni mereka yang telah kehilangan nyawa, serta berbelasungkawa kepada keluarga dan masyarakat Azerbaijan yang berduka,” ungkap Iqbal.

Peringatan 29 tahun tragedi genosida Khojaly, lanjutnya, harus dimaknai sebagai momentum untuk memulai kembali usaha perdamaian internasional untuk menyelesaikan konflik di wilayah Nagorno-Karabakh antara Armenia-Azerbaijan. Untuk itu, Armenia didesak mematuhi Resolusi Keamanan PBB 822, 853, 874 dan 884 dengan menarik seluruh angkatan bersenjatanya dari wilayah Azerbaijan serta memulangkan 1 juta pengungsi Azerbaijan.

“GKSB DPR menganggap penting untuk mengenang korban yang kehilangan nyawa akibat pembantaian Khojaly, seraya mengingat tragedi yang mengerikan tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak boleh terjadi kembali di bagian dunia mana pun. Tragedi tersebut harus menjadi pengingat akan nilai perdamaian,” tutup politisi PPP tersebut. [USU]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories