Kasus Penyelewengan Donasi Naik Penyidikan Petinggi ACT Diperiksa Maraton

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri meningkatkan pengusutan kasus dugaan penyelewengan donasi ke tahap penyidikan. Petinggi Aksi Cepat Tanggap (ACT) pun diperiksa maraton.

Pendiri dan mantan Presiden ACT, Ahyudin serta penggantinya, Ibnu Khajar menjalani pemeriksaan selama dua hari berturut-turut.

Kepala Subdirektorat IV pada Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim, Komisaris Besar (Kombes) Andri Sudarmadi menyatakan, kedua petinggi ACT ini telah dipanggil tiga kali.

Namun statusnya belum berubah: masih saksi. “Nanti kita lihat hasil pemeriksaan di tahap penyidikan,” ujar Andri.

Dikemukakan, penyidikan masih bersifat umum sehingga belum menetapkan nama tersangka. Meski begitu, penyidik sudah mengantongi bukti-bukti yang bisa digunakan untuk menjerat tersangka.

Andri mengutarakan, pemeriksaan kedua petinggi ACT yang ketiga kalinya ini berkutat soal program donasi dari Boeing untuk ahli waris korban Lion Air JT-610.

Penyidik menelusuri dana donasi program ini dinikmati petinggi ACT. Untuk itu, penyidik mengorek informasi dari dua saksi Bagian Kemitraan dan Bagian Keuangan ACT.

Saksi dari Bagian Kemitraan diminta membeberkan apa saja program kerja sama dengan sejumlah pihak. Termasuk dengan Boeing.

Sedangkan saksi dari Bagian Keuangan diminta memaparkan berapa dana yang dikucurkan mitra kepada ACT. Juga berapa yang disalurkan. Lewat pemeriksaan ini penyidik berharap memperoleh bukti tambahan.

Ahyudin pasrah dengan langkah Bareskrim meningkatkan kasus ini penyidikan. Ia menghormati dan menjalani proses penyidikan kepolisian.

Ahyudin kembali membantah tuduhan penyimpangan program kerja sama dengan Boeing. “Enggak ada juga Boeing komplain, kan. Belum ada pelaporan dari Boeing bahwa program ini bermasalah,” ujarnya.

Ahyudin menjelaskan, kerja sama ACT dengan Boeing bukan dalam bentuk uang santunan kepada korban insiden Lion Air JT-610. Program ini masih berlangsung dan ada kemungkinan Boeing akan memperpanjangnya.

 

“Kerja sama implementasi program Boeing itu mengatur sepenuhnya kepada MoU antara ACT dengan Boeing,” katanya.

Ia juga menampik tuduhan mengenai adanya aliran dana ke kelompok Al-Qaeda. “Tidak ada afiliasi dengan teroris. Semua dalam bentuk kemanusiaan,” kilahnya.

Sebelumnya, Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana mengemukakan hasil penelusuran lembaganya.

Dana donasi yang diterima ACT ternyata tidak langsung disalurkan. Tetapi diputar dulu oleh perusahaan — yang terafiliasi dengan petinggi ACT — untuk meraih keuntungan.

Masih hasil penelusuran PPATK, ditemukan adanya aliran dana daru ACT kepada kelompok yang berisiko tinggi. Tercatat ada 17 kali transfer dengan total dana sebesar Rp 1,7 miliar. Ivan mengungkapkan, kelompok yang menerima dana itu diduga berafiliasi dengan Al-Qaeda.

“Beberapa nama yang PPATK kaji berdasarkan hasil koordinasi dan hasil kajian dari database yang PPATK miliki itu, ada yang terkait dengan pihak yang masih diduga, ya, patut diduga terindikasi, yang bersangkutan pernah ditangkap menjadi salah satu dari 19 orang yang ditangkap pihak kepolisian di Turki karena terkait dengan Al-Qaeda, penerimanya,” kata Ivan. ■

]]> Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri meningkatkan pengusutan kasus dugaan penyelewengan donasi ke tahap penyidikan. Petinggi Aksi Cepat Tanggap (ACT) pun diperiksa maraton.

Pendiri dan mantan Presiden ACT, Ahyudin serta penggantinya, Ibnu Khajar menjalani pemeriksaan selama dua hari berturut-turut.

Kepala Subdirektorat IV pada Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim, Komisaris Besar (Kombes) Andri Sudarmadi menyatakan, kedua petinggi ACT ini telah dipanggil tiga kali.

Namun statusnya belum berubah: masih saksi. “Nanti kita lihat hasil pemeriksaan di tahap penyidikan,” ujar Andri.

Dikemukakan, penyidikan masih bersifat umum sehingga belum menetapkan nama tersangka. Meski begitu, penyidik sudah mengantongi bukti-bukti yang bisa digunakan untuk menjerat tersangka.

Andri mengutarakan, pemeriksaan kedua petinggi ACT yang ketiga kalinya ini berkutat soal program donasi dari Boeing untuk ahli waris korban Lion Air JT-610.

Penyidik menelusuri dana donasi program ini dinikmati petinggi ACT. Untuk itu, penyidik mengorek informasi dari dua saksi Bagian Kemitraan dan Bagian Keuangan ACT.

Saksi dari Bagian Kemitraan diminta membeberkan apa saja program kerja sama dengan sejumlah pihak. Termasuk dengan Boeing.

Sedangkan saksi dari Bagian Keuangan diminta memaparkan berapa dana yang dikucurkan mitra kepada ACT. Juga berapa yang disalurkan. Lewat pemeriksaan ini penyidik berharap memperoleh bukti tambahan.

Ahyudin pasrah dengan langkah Bareskrim meningkatkan kasus ini penyidikan. Ia menghormati dan menjalani proses penyidikan kepolisian.

Ahyudin kembali membantah tuduhan penyimpangan program kerja sama dengan Boeing. “Enggak ada juga Boeing komplain, kan. Belum ada pelaporan dari Boeing bahwa program ini bermasalah,” ujarnya.

Ahyudin menjelaskan, kerja sama ACT dengan Boeing bukan dalam bentuk uang santunan kepada korban insiden Lion Air JT-610. Program ini masih berlangsung dan ada kemungkinan Boeing akan memperpanjangnya.

 

“Kerja sama implementasi program Boeing itu mengatur sepenuhnya kepada MoU antara ACT dengan Boeing,” katanya.

Ia juga menampik tuduhan mengenai adanya aliran dana ke kelompok Al-Qaeda. “Tidak ada afiliasi dengan teroris. Semua dalam bentuk kemanusiaan,” kilahnya.

Sebelumnya, Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana mengemukakan hasil penelusuran lembaganya.

Dana donasi yang diterima ACT ternyata tidak langsung disalurkan. Tetapi diputar dulu oleh perusahaan — yang terafiliasi dengan petinggi ACT — untuk meraih keuntungan.

Masih hasil penelusuran PPATK, ditemukan adanya aliran dana daru ACT kepada kelompok yang berisiko tinggi. Tercatat ada 17 kali transfer dengan total dana sebesar Rp 1,7 miliar. Ivan mengungkapkan, kelompok yang menerima dana itu diduga berafiliasi dengan Al-Qaeda.

“Beberapa nama yang PPATK kaji berdasarkan hasil koordinasi dan hasil kajian dari database yang PPATK miliki itu, ada yang terkait dengan pihak yang masih diduga, ya, patut diduga terindikasi, yang bersangkutan pernah ditangkap menjadi salah satu dari 19 orang yang ditangkap pihak kepolisian di Turki karena terkait dengan Al-Qaeda, penerimanya,” kata Ivan. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories