Kabar Corona Masih Nano-nano Ada Yang Mulai Melegakan, Ada Yang Mengkhawatirkan .

Setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung dua periode, kabar Corona masih nano-nano. Ada manisnya. Ada juga asemnya. Ada kabar yang mulai melegakan. Ada juga yang masih mengkhawatirkan.

Salah satu kabar yang melegakan adalah mulai adanya ruang kosong di Instalasi Gawat Darurat (IGD), di rumah sakit-rumah sakit yang ada di Jakarta. Menurut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kini, IGD tidak lagi penuh sesak seperti beberapa waktu lalu.

“Perkembangan terbaru, tadi barusan kami lihat sama-sama, IGD-IGD sekarang ruangnya banyak yang kosong. Sudah mulai ada ruang kosong di IGD kita. Jadi, bila melihat laporan dari rumah sakit, jumlah keterisian IGD tidak lagi full,” terang Anies, di Acara Vaksinasi Kadin Indonesia bersama TNI Polri, yang disiarkan langsung di kanal YouTube Kadin Indonesia, kemarin.

Kabar melegakan berikutnya, positivity rate mengalami tren penurunan. Pada Selasa (13/7), positivity rate sempat menyentuh 41 persen. Kemudian turun menjadi 36 persen pada Jumat (16/7). Minggu (18/7), angkanya turun lagi ke level 28 persen. Kemudian Sabtu, (24/7) tingga 24 persen.

Meski begitu, Anies tidak bisa mengklaim bahwa kasus Corona di Ibu Kota mulai turun. Dia akan terus memantau perkembangan sambil terus melakukan pembatasan secara ketat. “Jadi, jangan kita buru-buru menyimpulkan. Karena ini berbeda,” ujarnya. 

Kabar melegakan lainnya, rasio keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit Covid-19 di Ibu Kota turun menjadi 76 persen. Sebelumnya, tingkat BOR sempat di atas 90 persen. “Alhamdulillah, kita bersyukur per hari kemarin, BOR atau tempat tidur yang terpakai sudah menurun menjadi 8.900 atau 76 persen,” ungkap Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, kemarin.

 

Berdasarkan laporan harian, lanjut Riza, kemarin, jumlah kasus baru juga menurun menjadi sebesar 8.360 kasus. Penurunan ini bukan karena jumlah tes turun. Dia memastikan, jumlah tes justru dinaikkan 20 kali dari standar World Health Organization (WHO).

Sedangkan kabar mengkhawatirkan adalah masih padatnya pasien Corona di ruang Intensive Care Unit (ICU). Dalam data di situs Sinarap 3.0 Kementerian Kesehatan, hampir semua rumah sakit yang ada ruang ICU, penuh sesak dengan pasien Corona. Termasuk rumah sakit umum daerah milik Pemprov DKI.

Masih penuhnya ruang ICU juga dibenarkan dokter Eva Sri Diana Chaniago. Melalui akun twitternya, @__Sridiana_3va, dokter Eva menerangkan, di rumah sakit tempatnya bekerja, antrean di IGD sudah mulai menurun. “Kecuali ICU Covid, masih antre,” tulisnya.

Bagaimana tanggapan ahli mengenai kondisi ini? Epidemiolog Griffith University Australia Dicky, Budiman mengatakan, ada dua indikator yang harus dilihat dalam penanganan pandemi, yaitu awal dan akhir. Di awal, harus mengawasi kasus harian. Itu pun jika angka tesnya sudah memadai. Jika positivity rate masih di atas 5 persen, artinya belum terkendali.

Itu sebabnya, harus dilihat dari indikator akhir. Dalam hal ini, ada tiga komponen: kapasitas tempat tidur (ruang isolasi), ICU, dan yang menggunakan ventilator. “Kalau ICU padat tapi IGD kosong, ini bukan hal aneh. Karena IGD dan ruang isolasi merefleksikan orang yang dirawat dengan status sedang menuju berat,” ulas Dicky, saat dihubungi, tadi malam.

Hanya saja, kata dia, kondisi saat ini, 85 persen pasien Corona justru dirawat di rumah. Ketika sudah berat, baru dibawa ke rumah sakit. Sudah begitu, mereka juga bisa bisa langsung mendapat perawatan. Harus ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu surat rujukan Puskesmas. “Lantas pertanyaannya, apakah kualitas rujukan dari puskesmas sudah berkualitas?” kritik Dicky. [MEN]

]]> .
Setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung dua periode, kabar Corona masih nano-nano. Ada manisnya. Ada juga asemnya. Ada kabar yang mulai melegakan. Ada juga yang masih mengkhawatirkan.

Salah satu kabar yang melegakan adalah mulai adanya ruang kosong di Instalasi Gawat Darurat (IGD), di rumah sakit-rumah sakit yang ada di Jakarta. Menurut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kini, IGD tidak lagi penuh sesak seperti beberapa waktu lalu.

“Perkembangan terbaru, tadi barusan kami lihat sama-sama, IGD-IGD sekarang ruangnya banyak yang kosong. Sudah mulai ada ruang kosong di IGD kita. Jadi, bila melihat laporan dari rumah sakit, jumlah keterisian IGD tidak lagi full,” terang Anies, di Acara Vaksinasi Kadin Indonesia bersama TNI Polri, yang disiarkan langsung di kanal YouTube Kadin Indonesia, kemarin.

Kabar melegakan berikutnya, positivity rate mengalami tren penurunan. Pada Selasa (13/7), positivity rate sempat menyentuh 41 persen. Kemudian turun menjadi 36 persen pada Jumat (16/7). Minggu (18/7), angkanya turun lagi ke level 28 persen. Kemudian Sabtu, (24/7) tingga 24 persen.

Meski begitu, Anies tidak bisa mengklaim bahwa kasus Corona di Ibu Kota mulai turun. Dia akan terus memantau perkembangan sambil terus melakukan pembatasan secara ketat. “Jadi, jangan kita buru-buru menyimpulkan. Karena ini berbeda,” ujarnya. 

Kabar melegakan lainnya, rasio keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit Covid-19 di Ibu Kota turun menjadi 76 persen. Sebelumnya, tingkat BOR sempat di atas 90 persen. “Alhamdulillah, kita bersyukur per hari kemarin, BOR atau tempat tidur yang terpakai sudah menurun menjadi 8.900 atau 76 persen,” ungkap Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, kemarin.

 

Berdasarkan laporan harian, lanjut Riza, kemarin, jumlah kasus baru juga menurun menjadi sebesar 8.360 kasus. Penurunan ini bukan karena jumlah tes turun. Dia memastikan, jumlah tes justru dinaikkan 20 kali dari standar World Health Organization (WHO).

Sedangkan kabar mengkhawatirkan adalah masih padatnya pasien Corona di ruang Intensive Care Unit (ICU). Dalam data di situs Sinarap 3.0 Kementerian Kesehatan, hampir semua rumah sakit yang ada ruang ICU, penuh sesak dengan pasien Corona. Termasuk rumah sakit umum daerah milik Pemprov DKI.

Masih penuhnya ruang ICU juga dibenarkan dokter Eva Sri Diana Chaniago. Melalui akun twitternya, @__Sridiana_3va, dokter Eva menerangkan, di rumah sakit tempatnya bekerja, antrean di IGD sudah mulai menurun. “Kecuali ICU Covid, masih antre,” tulisnya.

Bagaimana tanggapan ahli mengenai kondisi ini? Epidemiolog Griffith University Australia Dicky, Budiman mengatakan, ada dua indikator yang harus dilihat dalam penanganan pandemi, yaitu awal dan akhir. Di awal, harus mengawasi kasus harian. Itu pun jika angka tesnya sudah memadai. Jika positivity rate masih di atas 5 persen, artinya belum terkendali.

Itu sebabnya, harus dilihat dari indikator akhir. Dalam hal ini, ada tiga komponen: kapasitas tempat tidur (ruang isolasi), ICU, dan yang menggunakan ventilator. “Kalau ICU padat tapi IGD kosong, ini bukan hal aneh. Karena IGD dan ruang isolasi merefleksikan orang yang dirawat dengan status sedang menuju berat,” ulas Dicky, saat dihubungi, tadi malam.

Hanya saja, kata dia, kondisi saat ini, 85 persen pasien Corona justru dirawat di rumah. Ketika sudah berat, baru dibawa ke rumah sakit. Sudah begitu, mereka juga bisa bisa langsung mendapat perawatan. Harus ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu surat rujukan Puskesmas. “Lantas pertanyaannya, apakah kualitas rujukan dari puskesmas sudah berkualitas?” kritik Dicky. [MEN]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories