Jubir Satgas Covid, Prof.Wiku Adisasmito Vaksin Tak Mengandung Magnet, Koin Nempel Karena Keringat

Juru Bicara Satgas Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito angkat bicara soal video viral, yang menyebut vaksin Covid dapat memicu reaksi magnetis pada bagian lengan yang bekas disuntik. 

Wiku menegaskan, vaksin Covid-19 tidak mengandung magnet.

“Vaksin tidak mengandung magnet. Koin bisa saja menempel di kulit, karena adanya keringat yang diproduksi secara alami oleh kulit manusia dan gaya gesek lainnya. Sehingga, menimbulkan daya magnet,” papar Wiku, dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (29/5).

Terkait hal tersebut, Wiku meminta seluruh elemen masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi yang diterima, dengan mencari fakta atas informasi tersebut berdasarkan bukti ilmiah dan berita yang berasal dari media atau kanal yang resmi.

“Informasi yang belum dapat diverifikasi sama saja dengan menyebar berita bohong atau hoaks,” ucapnya. Ia mengatakan, hoaks juga dapat menghambat upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid di Indonesia.

Hal serupa juga disampaikan Pakar Epidemiologi dan Global Health Security dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.

“Itu bukan hal yang aneh. Itu bukan karena vaksinnya. Setelah divaksin, biasanya tenaga medis kan menempelkan plester atau band aid, yang kalau dicabut pasti memunculkan bekas rekatan. Apalagi kalau berkeringat, berminyak, atau ada pelembab. Ini juga sering dipakai mainan oleh anak-anak sejak dulu,” jelas Dicky sambil mempraktikkan uang koin menempel di wajahnya, melalui video di laman Instagramnya.

“Jadi, kita harus logis ya. Ini bukan karena vaksinnya mengandung magnet. Tolong, jangan menyebarkan berita-berita yang tidak ilmiah, yang tidak jelas kebenarannya,” tandasnya.

 

Sebelumnya, ahli fisika dari National High Magnetic Field Laboratory Amerika Serikat Eric Palm menegaskan, tidak mungkin ada microchip magnetis yang terbawa dalam suntikan vaksin Covid.

Menurutnya, ukuran jarum vaksin yang sangat kecil, yakni sepersekian milimeter, hanya akan mampu membawa partikel magnetis dengan kadar yang sangat rendah.

“Bahkan jika Anda menyuntikkan partikel yang sangat magnetis, ukurannya akan sangat kecil. Sehingga, tidak akan ada kekuatan yang cukup untuk benar-benar menahan magnet yang menempel di kulit Anda,” kata Palm seperti dilansir BBC.

Palm juga menerangkan, koin dapat dengan mudah menempel di kulit karena ada minyak dan tegangan yang terkait dengan permukaan benda tersebut.

“Koin, bahkan mudah menempel di dahi, seperti yang sering kita lakukan saat kecil,” kata dia. 

Peneliti vaksin sekaligus profesor perkembangan biologi dan sel di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Dr Thomas Hope menerangkan, vaksin Covid pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air dan bahan kimia yang menjaga pH. 

“Tidak ada bahan apa pun yang dapat berinteraksi dengan magnet,” tegasnya seperti dikutip AFP.

Dalam lembar fakta yang disediakan Otoritas Kesehatan di AS dan Kanada, vaksin Covid yang tersedia (Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson atau AstraZeneca) tidak ada yang mencantumkan bahan berbasis logam.

Melalui situs resminya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga menegaskan,  tidak ada pelacak di dalam vaksin. [SAR] 

]]> Juru Bicara Satgas Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito angkat bicara soal video viral, yang menyebut vaksin Covid dapat memicu reaksi magnetis pada bagian lengan yang bekas disuntik. 

Wiku menegaskan, vaksin Covid-19 tidak mengandung magnet.

“Vaksin tidak mengandung magnet. Koin bisa saja menempel di kulit, karena adanya keringat yang diproduksi secara alami oleh kulit manusia dan gaya gesek lainnya. Sehingga, menimbulkan daya magnet,” papar Wiku, dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (29/5).

Terkait hal tersebut, Wiku meminta seluruh elemen masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi yang diterima, dengan mencari fakta atas informasi tersebut berdasarkan bukti ilmiah dan berita yang berasal dari media atau kanal yang resmi.

“Informasi yang belum dapat diverifikasi sama saja dengan menyebar berita bohong atau hoaks,” ucapnya. Ia mengatakan, hoaks juga dapat menghambat upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid di Indonesia.

Hal serupa juga disampaikan Pakar Epidemiologi dan Global Health Security dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.

“Itu bukan hal yang aneh. Itu bukan karena vaksinnya. Setelah divaksin, biasanya tenaga medis kan menempelkan plester atau band aid, yang kalau dicabut pasti memunculkan bekas rekatan. Apalagi kalau berkeringat, berminyak, atau ada pelembab. Ini juga sering dipakai mainan oleh anak-anak sejak dulu,” jelas Dicky sambil mempraktikkan uang koin menempel di wajahnya, melalui video di laman Instagramnya.

“Jadi, kita harus logis ya. Ini bukan karena vaksinnya mengandung magnet. Tolong, jangan menyebarkan berita-berita yang tidak ilmiah, yang tidak jelas kebenarannya,” tandasnya.

 

Sebelumnya, ahli fisika dari National High Magnetic Field Laboratory Amerika Serikat Eric Palm menegaskan, tidak mungkin ada microchip magnetis yang terbawa dalam suntikan vaksin Covid.

Menurutnya, ukuran jarum vaksin yang sangat kecil, yakni sepersekian milimeter, hanya akan mampu membawa partikel magnetis dengan kadar yang sangat rendah.

“Bahkan jika Anda menyuntikkan partikel yang sangat magnetis, ukurannya akan sangat kecil. Sehingga, tidak akan ada kekuatan yang cukup untuk benar-benar menahan magnet yang menempel di kulit Anda,” kata Palm seperti dilansir BBC.

Palm juga menerangkan, koin dapat dengan mudah menempel di kulit karena ada minyak dan tegangan yang terkait dengan permukaan benda tersebut.

“Koin, bahkan mudah menempel di dahi, seperti yang sering kita lakukan saat kecil,” kata dia. 

Peneliti vaksin sekaligus profesor perkembangan biologi dan sel di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Dr Thomas Hope menerangkan, vaksin Covid pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air dan bahan kimia yang menjaga pH. 

“Tidak ada bahan apa pun yang dapat berinteraksi dengan magnet,” tegasnya seperti dikutip AFP.

Dalam lembar fakta yang disediakan Otoritas Kesehatan di AS dan Kanada, vaksin Covid yang tersedia (Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson atau AstraZeneca) tidak ada yang mencantumkan bahan berbasis logam.

Melalui situs resminya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga menegaskan,  tidak ada pelacak di dalam vaksin. [SAR] 
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories