Joss! Pertama Di Indonesia, YIA Raih Sertifikat Gold Greenship Building .

Bandara Internasional Yogyakarta – Kulon Progo (YIA) yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero), berhasil meraih sertifikat “Gold” Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

Raihan ini membuat YIA menjadi yang pertama dan satu-satunya bandara di Indonesia yang dengan sertifikat “Gold” Greenship Building.

Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, pencapaian ini sekaligus memperkuat misi Angkasa Pura I dalam menghadirkan sarana dan prasarana perhubungan yang berkontribusi positif kepada lingkungan hidup secara berkelanjutan.

“Kami merasa sangat bangga dengan raihan ini dan berharap YIA dapat menjadi contoh bagi pembangunan bandara dengan konsep hijau dan ramah lingkungan untuk generasi Indonesia dimasa mendatang,” ujar Faik dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (4/8/2021).

Disebutkan, untuk meraih Sertifikat Gold dari GBCI, YIA telah melalui serangkaian penilaian dan persyaratan hingga layak disebut green building.

Faik menjelaskan, penilaian ini berdasarkan pada aspek-aspek seperti efisiensi dan penghematan energi (efficiency and conservation ), penghematan air (water conservation), pengembangan lokasi gedung (appropriate site development). 

Selain itu, siklus dan sumber daya material (material resource and cycle), kenyamanan dan kesehatan gedung (indoor health comfort), dan pengelolaan lingkungan gedung (building environmental management).

Proses penilaian dilakukan selama lebih kurang 22 bulan sejak proses pernyataan minat pada 20 Februari 2019, proses workshop pada 11 Desember 2019, proses verifikasi lapangan (remote on site verification) pada 24-26 Oktober 2020.

“Serta proses sidang final assessment pada 17 Desember 2020 yang dilaksanakan secara virtual bersama Greenship Professional dan Green Team dari GBCI,” imbuhnya.

Dalam kegiatan operasionalnya, Faik menerangkan, YIA didukung berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, lift dan travelator yang menggunakan fitur sleep mode, sanitair dengan fitur dual flush and auto faucet.

Serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan mendukung efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal.

 

YIA juga didukung dengan fasilitas stormwater management kawasan di mana berfungsi untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, meresapkan air limpasan hujan untuk digunakan sebagai sumber air alternatif yang mendukung keperluan operasional bandara.

Atas berbagai upaya ini lanjut Faik, YIA telah berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 25,15 persen atau 119,21 kWh/m2/tahun, penghematan air hingga 53,01 persen atau 16,68 liter/orang/hari dan didukung oleh area hijau hingga 19.84 persen atau 26.589,3 meter persegi.

Menurutnya, ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp 16,8 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp 1.065,78/kWh, penghematan biaya air sebesar Rp 6,46 miliar per tahun dengan asumsi biaya air PDAM Rp 15.000 per meter kubik.

“Dan, mampu mengurangi emisi karbon hingga 14.093 ton per tahun,” jelas Faik Fahmi.

Selain memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan hidup, YIA dirancang dengan arsitektur bergaya modern.

Namun secara eksterior dan interior tegas Faik, tetap menggambarkan budaya Yogyakarta, baik itu melalui instalasi karya seni (artwork) yang melibatkan berbagai seniman lokal Yogyakarta, serta beragam area yang telah didesain secara khusus untuk menjadi etalase Yogyakarta, Kulon Progo, dan sekitarnya.

 

YIA dibangun dengan investasi dana sebesar Rp 11,3 triliun, di mana Rp 7,1 triliun digunakan untuk pembangunan fisik dan Rp 4,2 triliun untuk pembebasan lahan.

Dengan luas terminal sebesar 219.000 meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar, menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun.

11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya dapat menampung 1,6 juta penumpang per tahun. Pada kapasitas ultimate, YIA nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun.

Fasilitas Pendukung YIA

Untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, YIA dilengkapi dengan 96 konter check-in, 12 konter imigrasi di area keberangkatan, 8 konter imigrasi di area kedatangan, 74 eskalator, 41 lift, 38 travelator, 60 toilet, 13 nursery room, 45 mushola, 2 kids zone, 4 unit x-ray cabin di screening checkpoint (SCP) 1.

Ada juga 16 unit x-ray cabin dan 16 unit walk through metal detector (WTMD) di terminal domestik, 7 unit x-ray cabin dan 7 unit WTMD di terminal internasional screening sheck point (SCP) 2, baggage handling system, dan hold baggage screening (HBS) level 4.

Tersedia pula gedung parkir yang dapat menampung hingga 4.900 kendaraan roda dua, 1.230 kendaraan roda empat, dan lahan parkir non gedung yang dapat menampung 61 bus dan 402 kendaraan roda empat.

Untuk fasilitas sisi udara, YIA memiliki kapasitas 17 parking stand yang dapat menampung 5 pesawat wide body dan 12 pesawat narrow body atau 22 parking stand untuk pesawat narrow body. Serta dilengkapi dengan 10 aviobridge dan terminal kargo dengan kapasitas 500 ton/hari.

Landas pacu bandara ini memiliki dimensi 3.250 m x 45 m dengan nilai PCN 93 F/C/X/T. Dapat melayani pesawat terberat seperti Boeing B-777 dan pesawat terbesar seperti Airbus A380. [FAZ]

]]> .
Bandara Internasional Yogyakarta – Kulon Progo (YIA) yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero), berhasil meraih sertifikat “Gold” Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

Raihan ini membuat YIA menjadi yang pertama dan satu-satunya bandara di Indonesia yang dengan sertifikat “Gold” Greenship Building.

Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, pencapaian ini sekaligus memperkuat misi Angkasa Pura I dalam menghadirkan sarana dan prasarana perhubungan yang berkontribusi positif kepada lingkungan hidup secara berkelanjutan.

“Kami merasa sangat bangga dengan raihan ini dan berharap YIA dapat menjadi contoh bagi pembangunan bandara dengan konsep hijau dan ramah lingkungan untuk generasi Indonesia dimasa mendatang,” ujar Faik dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (4/8/2021).

Disebutkan, untuk meraih Sertifikat Gold dari GBCI, YIA telah melalui serangkaian penilaian dan persyaratan hingga layak disebut green building.

Faik menjelaskan, penilaian ini berdasarkan pada aspek-aspek seperti efisiensi dan penghematan energi (efficiency and conservation ), penghematan air (water conservation), pengembangan lokasi gedung (appropriate site development). 

Selain itu, siklus dan sumber daya material (material resource and cycle), kenyamanan dan kesehatan gedung (indoor health comfort), dan pengelolaan lingkungan gedung (building environmental management).

Proses penilaian dilakukan selama lebih kurang 22 bulan sejak proses pernyataan minat pada 20 Februari 2019, proses workshop pada 11 Desember 2019, proses verifikasi lapangan (remote on site verification) pada 24-26 Oktober 2020.

“Serta proses sidang final assessment pada 17 Desember 2020 yang dilaksanakan secara virtual bersama Greenship Professional dan Green Team dari GBCI,” imbuhnya.

Dalam kegiatan operasionalnya, Faik menerangkan, YIA didukung berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, lift dan travelator yang menggunakan fitur sleep mode, sanitair dengan fitur dual flush and auto faucet.

Serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan mendukung efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal.

 

YIA juga didukung dengan fasilitas stormwater management kawasan di mana berfungsi untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, meresapkan air limpasan hujan untuk digunakan sebagai sumber air alternatif yang mendukung keperluan operasional bandara.

Atas berbagai upaya ini lanjut Faik, YIA telah berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 25,15 persen atau 119,21 kWh/m2/tahun, penghematan air hingga 53,01 persen atau 16,68 liter/orang/hari dan didukung oleh area hijau hingga 19.84 persen atau 26.589,3 meter persegi.

Menurutnya, ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp 16,8 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp 1.065,78/kWh, penghematan biaya air sebesar Rp 6,46 miliar per tahun dengan asumsi biaya air PDAM Rp 15.000 per meter kubik.

“Dan, mampu mengurangi emisi karbon hingga 14.093 ton per tahun,” jelas Faik Fahmi.

Selain memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan hidup, YIA dirancang dengan arsitektur bergaya modern.

Namun secara eksterior dan interior tegas Faik, tetap menggambarkan budaya Yogyakarta, baik itu melalui instalasi karya seni (artwork) yang melibatkan berbagai seniman lokal Yogyakarta, serta beragam area yang telah didesain secara khusus untuk menjadi etalase Yogyakarta, Kulon Progo, dan sekitarnya.

 

YIA dibangun dengan investasi dana sebesar Rp 11,3 triliun, di mana Rp 7,1 triliun digunakan untuk pembangunan fisik dan Rp 4,2 triliun untuk pembebasan lahan.

Dengan luas terminal sebesar 219.000 meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar, menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun.

11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya dapat menampung 1,6 juta penumpang per tahun. Pada kapasitas ultimate, YIA nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun.

Fasilitas Pendukung YIA

Untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, YIA dilengkapi dengan 96 konter check-in, 12 konter imigrasi di area keberangkatan, 8 konter imigrasi di area kedatangan, 74 eskalator, 41 lift, 38 travelator, 60 toilet, 13 nursery room, 45 mushola, 2 kids zone, 4 unit x-ray cabin di screening checkpoint (SCP) 1.

Ada juga 16 unit x-ray cabin dan 16 unit walk through metal detector (WTMD) di terminal domestik, 7 unit x-ray cabin dan 7 unit WTMD di terminal internasional screening sheck point (SCP) 2, baggage handling system, dan hold baggage screening (HBS) level 4.

Tersedia pula gedung parkir yang dapat menampung hingga 4.900 kendaraan roda dua, 1.230 kendaraan roda empat, dan lahan parkir non gedung yang dapat menampung 61 bus dan 402 kendaraan roda empat.

Untuk fasilitas sisi udara, YIA memiliki kapasitas 17 parking stand yang dapat menampung 5 pesawat wide body dan 12 pesawat narrow body atau 22 parking stand untuk pesawat narrow body. Serta dilengkapi dengan 10 aviobridge dan terminal kargo dengan kapasitas 500 ton/hari.

Landas pacu bandara ini memiliki dimensi 3.250 m x 45 m dengan nilai PCN 93 F/C/X/T. Dapat melayani pesawat terberat seperti Boeing B-777 dan pesawat terbesar seperti Airbus A380. [FAZ]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories