Jenazah Mantan PM Jepang Shinzo Abe Tiba Di Tokyo

Jenazah mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, tiba di kediamannya di Tokyo pada Sabtu (9/7), sehari setelah dia ditembak mati saat kampanye Partai Demokratik Liberal di Prefektur Nara, Jumat (8/7) pukul 11.30 WIB.

Abe yang mengalami henti jantung setelah bagian dada dan lehernya tertembak, sempat ditangani tim dokter Nara University Hospital. Hingga menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (8/7) sekitar pukul 5.03.

“Saat ini, para pejabat Jepang akan bertemu dengan pihak keluarga, untuk membahas rencana pemakaman,” perwakilan kantor Abe kepada CNN International, Sabtu (9/7).

Di luar kediaman Abe, ratusan orang berkumpul di jalan-jalan berharap bisa melihat sekilas mobil yang membawa tubuhnya. Warga dari berbagai kelompok usia,  tak percaya dan sedih dengan kematian Abe.

“Saya tidak menyangka hal seperti ini terjadi, pada seseorang yang telah lama menjadi pemimpin Jepang. Selama ini, negara kami sangat aman. Kami tidak memiliki kejahatan senjata,” kata Takashi Uchida (57).

Seorang siswa bernama Ryogo Uto (18) mengatakan, kematian Abe terasa begitu mendadak. Dia seolah tak percaya, Abe telah tiada.

“Abe adalah pemimpin yang disegani, yang melakukan banyak hal positif untuk Jepang selama dia berkuasa,” katanya.

 

 

Pelayat mengungkapkan duka cita mendalam atas wafatnya mantan PM Jepang Shinzo Abe di lokasi penembakan di Prefektur Nara. (Foto: Kyodo)

 

Barisan pelayat yang menangis juga berkumpul untuk meletakkan bunga dan berlutut di sebuah peringatan darurat di luar Stasiun Yamato-Saidaiji di Nara, dekat lokasi penembakan Abe.

Aturan Ketat Senjata Api

Insiden kekerasan senjata, terhitung jarang terjadi di Jepang. Aksi kekerasan politik, bahkan nyaris tak pernah terdengar.

Pada tahun 2014, Jepang hanya melaporkan enam kasus kematian akibat penyalahgunaan senjata api. Bandingkan dengan 33.599 kasus di Amerika Serikat, pada tahun yang sama.

Pada tahun 2021, Badan Kepolisian Jepang mencatat 10 kasus penembakan, yang mengakibatkan satu orang tewas dan empat luka-luka.

Aturan penggunaan senjata api di Negeri Sakura, sejauh ini terbilang sangat ketat. Orang harus menjalani ujian ketat dan tes kesehatan mental untuk membeli senjata. Itu pun hanya jenis shotgun dan air rifles yang dibolehkan. ■

 

 

]]> Jenazah mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, tiba di kediamannya di Tokyo pada Sabtu (9/7), sehari setelah dia ditembak mati saat kampanye Partai Demokratik Liberal di Prefektur Nara, Jumat (8/7) pukul 11.30 WIB.

Abe yang mengalami henti jantung setelah bagian dada dan lehernya tertembak, sempat ditangani tim dokter Nara University Hospital. Hingga menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (8/7) sekitar pukul 5.03.

“Saat ini, para pejabat Jepang akan bertemu dengan pihak keluarga, untuk membahas rencana pemakaman,” perwakilan kantor Abe kepada CNN International, Sabtu (9/7).

Di luar kediaman Abe, ratusan orang berkumpul di jalan-jalan berharap bisa melihat sekilas mobil yang membawa tubuhnya. Warga dari berbagai kelompok usia,  tak percaya dan sedih dengan kematian Abe.

“Saya tidak menyangka hal seperti ini terjadi, pada seseorang yang telah lama menjadi pemimpin Jepang. Selama ini, negara kami sangat aman. Kami tidak memiliki kejahatan senjata,” kata Takashi Uchida (57).

Seorang siswa bernama Ryogo Uto (18) mengatakan, kematian Abe terasa begitu mendadak. Dia seolah tak percaya, Abe telah tiada.

“Abe adalah pemimpin yang disegani, yang melakukan banyak hal positif untuk Jepang selama dia berkuasa,” katanya.

 

 

Pelayat mengungkapkan duka cita mendalam atas wafatnya mantan PM Jepang Shinzo Abe di lokasi penembakan di Prefektur Nara. (Foto: Kyodo)

 

Barisan pelayat yang menangis juga berkumpul untuk meletakkan bunga dan berlutut di sebuah peringatan darurat di luar Stasiun Yamato-Saidaiji di Nara, dekat lokasi penembakan Abe.

Aturan Ketat Senjata Api

Insiden kekerasan senjata, terhitung jarang terjadi di Jepang. Aksi kekerasan politik, bahkan nyaris tak pernah terdengar.

Pada tahun 2014, Jepang hanya melaporkan enam kasus kematian akibat penyalahgunaan senjata api. Bandingkan dengan 33.599 kasus di Amerika Serikat, pada tahun yang sama.

Pada tahun 2021, Badan Kepolisian Jepang mencatat 10 kasus penembakan, yang mengakibatkan satu orang tewas dan empat luka-luka.

Aturan penggunaan senjata api di Negeri Sakura, sejauh ini terbilang sangat ketat. Orang harus menjalani ujian ketat dan tes kesehatan mental untuk membeli senjata. Itu pun hanya jenis shotgun dan air rifles yang dibolehkan. ■

 

 
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories