
Jelang KTT Iklim, Inggris Patok Kurangi Emisi Hingga 78 Persen
Inggris mengumumkan penetapan target perubahan iklim paling ambisius di dunia. Negeri Ratu Elizabeth II menjadikan target ini sebagai undang-undang untuk pengurangan emisi hingga 78 persen pada 2035, dibandingkan tingkat emisi di 1990.
Target ini menempatkan Inggris pada posisi terdepan menjelang aksi menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Konferensi Para Pihak (Conference of Parties/COP) 26 yang berlangsung November tahun ini. Selain itu, Inggris juga memenuhi persyaratan Perjanjian Paris bagi negara-negara untuk mengajukan target aksi iklim yang diperkuat setiap lima tahun.
Melalui Kepresidenan COP26, Inggris mendesak negara-negara dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk bergabung dengannya. Dalam pencapaian target menuju nol bersih secara global pada pertengahan abad ini, dalam rangka menjaga suhu panas dalam kisaran 1,5 derajat dan menghindari dampak perubahan iklim yang paling dahsyat.
Untuk mencapainya, Inggris memiliki serangkaian Anggaran Iklim (Carbon Budget). Anggaran ini menjabarkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai target keseluruhan, sejalan dengan rekomendasi dari Komite Perubahan Iklim independen.
Anggaran Karbon keenam Inggris akan membatasi volume gas rumah kaca yang diemisikan selama periode lima tahun dari 2033-2037. Anggara ini akan membawa Inggris lebih dari tiga perempat jalan menuju nol bersih pada tahun 2050.
Anggaran Karbon juga akan memastikan Inggris tetap berada pada jalur pengakhiran kontribusinya terhadap perubahan iklim, sambil tetap konsisten memenuhi Perjanjian Paris. Yakni membatasi pemanasan global berada di bawah suhu 2 derajat Celcius dan mengejar upaya menuju 1,5 derajat celcius.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin terus meningkatkan standar penanganan perubahan iklim. Makanya, negaranya menetapkan target paling ambisius untuk mengurangi emisi di dunia.
Kata Johson, Inggris akan menjadi rumah bagi bisnis perintis, teknologi baru, dan inovasi hijau. “Saat kami membuat kemajuan menuju emisi nol bersih, meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi beberapa dekade ke depan melalui penciptaan ribuan pekerjaan”, ujar Johnson, dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris, di Jakarta pada RM.id, Kamis malam (22/4).
Johnson menjelaskan, Inggris ingin melihat para pemimpin dunia mengikuti jejaknya dan menyelaraskan ambisi mereka dengan Inggris menjelang KTT Iklim Penting COP26. “Kita bisa membangun kembali perekonomian menjadi lebih hijau dan melindungi planet ini jika kita bersatu mengambil tindakan bersama,” tegasnya.
Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, bahwa target nol bersih membutuhkan transisi ekonomi secara keseluruhan dan tidak berkontribusi pada perubahan iklim. Termasuk di semua sektor ekonomi untuk mencapai target pengurangan emisi yang ambisius.
Jenkins menjelaskan, Inggris senang bisa bekerja sama dengan Indonesia di bidang kehutanan, komoditas berkelanjutan, perkotaan dan transportasi. “Serta di sektor energi serta perencanaan rendah karbon,” ujar Jenkins.
Menurutnya, dalam aksi iklim tahun ini, Indonesia berpotensi menjadi negara adidaya energi baru terbarukan. Pemimpin global dalam transisi dari bahan bakar fosil menuju masa depan energi rendah karbon yang berkelanjutan.
Inggris bangga dapat mendukung transisi Indonesia melalui program Kemitraan Energi Rendah Karbon. Program ini memanfaatkan keahlian domestik dan internasional untuk meningkatkan investasi dalam energi baru terbarukan. Dan meningkatkan akses energi untuk pembangunan ekonomi.
Dia mengungkapkan, Prakarsa Pembangunan Rendah Karbon BAPPENAS menunjukkan bahwa pertumbuhan tercepat Indonesia dapat ditempuh melalui pengurangan emisi karbondioksida melalui pembangunan ekonomi yang lebih sesuai untuk jangka panjang. Saat ini, Indonesia baru menggunakan dua persen dari potensi energi baru terbarukannya. “Jadi peluang untuk melakukan transisi secara cepat dan efisien sangatlah besar,” tandasnya. [PYB]
]]> Inggris mengumumkan penetapan target perubahan iklim paling ambisius di dunia. Negeri Ratu Elizabeth II menjadikan target ini sebagai undang-undang untuk pengurangan emisi hingga 78 persen pada 2035, dibandingkan tingkat emisi di 1990.
Target ini menempatkan Inggris pada posisi terdepan menjelang aksi menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Konferensi Para Pihak (Conference of Parties/COP) 26 yang berlangsung November tahun ini. Selain itu, Inggris juga memenuhi persyaratan Perjanjian Paris bagi negara-negara untuk mengajukan target aksi iklim yang diperkuat setiap lima tahun.
Melalui Kepresidenan COP26, Inggris mendesak negara-negara dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk bergabung dengannya. Dalam pencapaian target menuju nol bersih secara global pada pertengahan abad ini, dalam rangka menjaga suhu panas dalam kisaran 1,5 derajat dan menghindari dampak perubahan iklim yang paling dahsyat.
Untuk mencapainya, Inggris memiliki serangkaian Anggaran Iklim (Carbon Budget). Anggaran ini menjabarkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai target keseluruhan, sejalan dengan rekomendasi dari Komite Perubahan Iklim independen.
Anggaran Karbon keenam Inggris akan membatasi volume gas rumah kaca yang diemisikan selama periode lima tahun dari 2033-2037. Anggara ini akan membawa Inggris lebih dari tiga perempat jalan menuju nol bersih pada tahun 2050.
Anggaran Karbon juga akan memastikan Inggris tetap berada pada jalur pengakhiran kontribusinya terhadap perubahan iklim, sambil tetap konsisten memenuhi Perjanjian Paris. Yakni membatasi pemanasan global berada di bawah suhu 2 derajat Celcius dan mengejar upaya menuju 1,5 derajat celcius.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin terus meningkatkan standar penanganan perubahan iklim. Makanya, negaranya menetapkan target paling ambisius untuk mengurangi emisi di dunia.
Kata Johson, Inggris akan menjadi rumah bagi bisnis perintis, teknologi baru, dan inovasi hijau. “Saat kami membuat kemajuan menuju emisi nol bersih, meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi beberapa dekade ke depan melalui penciptaan ribuan pekerjaan”, ujar Johnson, dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris, di Jakarta pada RM.id, Kamis malam (22/4).
Johnson menjelaskan, Inggris ingin melihat para pemimpin dunia mengikuti jejaknya dan menyelaraskan ambisi mereka dengan Inggris menjelang KTT Iklim Penting COP26. “Kita bisa membangun kembali perekonomian menjadi lebih hijau dan melindungi planet ini jika kita bersatu mengambil tindakan bersama,” tegasnya.
Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, bahwa target nol bersih membutuhkan transisi ekonomi secara keseluruhan dan tidak berkontribusi pada perubahan iklim. Termasuk di semua sektor ekonomi untuk mencapai target pengurangan emisi yang ambisius.
Jenkins menjelaskan, Inggris senang bisa bekerja sama dengan Indonesia di bidang kehutanan, komoditas berkelanjutan, perkotaan dan transportasi. “Serta di sektor energi serta perencanaan rendah karbon,” ujar Jenkins.
Menurutnya, dalam aksi iklim tahun ini, Indonesia berpotensi menjadi negara adidaya energi baru terbarukan. Pemimpin global dalam transisi dari bahan bakar fosil menuju masa depan energi rendah karbon yang berkelanjutan.
Inggris bangga dapat mendukung transisi Indonesia melalui program Kemitraan Energi Rendah Karbon. Program ini memanfaatkan keahlian domestik dan internasional untuk meningkatkan investasi dalam energi baru terbarukan. Dan meningkatkan akses energi untuk pembangunan ekonomi.
Dia mengungkapkan, Prakarsa Pembangunan Rendah Karbon BAPPENAS menunjukkan bahwa pertumbuhan tercepat Indonesia dapat ditempuh melalui pengurangan emisi karbondioksida melalui pembangunan ekonomi yang lebih sesuai untuk jangka panjang. Saat ini, Indonesia baru menggunakan dua persen dari potensi energi baru terbarukannya. “Jadi peluang untuk melakukan transisi secara cepat dan efisien sangatlah besar,” tandasnya. [PYB]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .