
Jaga Pancasila, Kelola Medsos Dengan Bijak .
Media sosial (medsos) perlu dikelola dengan hati dan nurani. Bhinneka Tunggal Ika dijaga agar tidak terkoyak oleh informasi yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan hoaks.
Hal ini mengemuka dalam diskusi virtual ‘Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media’ yang diselenggarakan Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sabtu (27/2). Diskusi dihadiri 130 peserta.
“Informasi tak ada batasan ruang dan waktu di era milenial dan digitalisasi ini,” kata Sekretaris Utama BPIP Karjono, saat membuka acara. “Tidak menutup kemungkinan ada berita hoaks. Mari menggunakan media dengan santun dan bijak.”
Karjono mengingatkan pengguna medsos agar menghargai dan mendukung Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan UU Pers. “Kemerdekaan dan kebebasan pers dijamin di negara ini. Tapi, bukan bebas sepenuhnya. Ada batasan norma, tidak membalikkan fakta,” tandas birokrat senior ini.
Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika Henri Subiakto secara khusus meminta marwah Pancasila tetap dijaga. “Pancasila adalah anugerah. Kebhinekaan yang sangat luar biasa bisa bersatu. Founding Fathers berjanji dan disatukan oleh semangat yang sama membangun bangsa dengan ideologi Pancasila,” jelas Henri.
Dewasa ini, lanjutnya, Indonesia jadi wilayah yang diperebutkan pihak asing atau oknum. Berniat jelek ingin membumikan ideologi baru. “Kebenaran semu banyak tercipta di medsos. Seakan benar karena pendukungnya banyak padahal belum tentu secara hakikat,” tambah Henri.
Menurut dia, pers saat ini tidak bisa dipisahkan dengan dunia digital. “Pers memiliki tanggung jawab menjaga nilai kebijakan, nilai kebangsaan, dan konten yang positif. Bukan keranjang sampah.”
Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi menegaskan, fungsi media bukan sekadar hiburan. “Media itu sekolah sepanjang masa. Jadi mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan, norma, dan hiburan,” ucap Ayu.
Soal implementasi Pancasila, kata dia, idealnya itu internalisasi pribadi dalam kehidupan sehari-hari. [GO]
]]> .
Media sosial (medsos) perlu dikelola dengan hati dan nurani. Bhinneka Tunggal Ika dijaga agar tidak terkoyak oleh informasi yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan hoaks.
Hal ini mengemuka dalam diskusi virtual ‘Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media’ yang diselenggarakan Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sabtu (27/2). Diskusi dihadiri 130 peserta.
“Informasi tak ada batasan ruang dan waktu di era milenial dan digitalisasi ini,” kata Sekretaris Utama BPIP Karjono, saat membuka acara. “Tidak menutup kemungkinan ada berita hoaks. Mari menggunakan media dengan santun dan bijak.”
Karjono mengingatkan pengguna medsos agar menghargai dan mendukung Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan UU Pers. “Kemerdekaan dan kebebasan pers dijamin di negara ini. Tapi, bukan bebas sepenuhnya. Ada batasan norma, tidak membalikkan fakta,” tandas birokrat senior ini.
Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika Henri Subiakto secara khusus meminta marwah Pancasila tetap dijaga. “Pancasila adalah anugerah. Kebhinekaan yang sangat luar biasa bisa bersatu. Founding Fathers berjanji dan disatukan oleh semangat yang sama membangun bangsa dengan ideologi Pancasila,” jelas Henri.
Dewasa ini, lanjutnya, Indonesia jadi wilayah yang diperebutkan pihak asing atau oknum. Berniat jelek ingin membumikan ideologi baru. “Kebenaran semu banyak tercipta di medsos. Seakan benar karena pendukungnya banyak padahal belum tentu secara hakikat,” tambah Henri.
Menurut dia, pers saat ini tidak bisa dipisahkan dengan dunia digital. “Pers memiliki tanggung jawab menjaga nilai kebijakan, nilai kebangsaan, dan konten yang positif. Bukan keranjang sampah.”
Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi menegaskan, fungsi media bukan sekadar hiburan. “Media itu sekolah sepanjang masa. Jadi mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan, norma, dan hiburan,” ucap Ayu.
Soal implementasi Pancasila, kata dia, idealnya itu internalisasi pribadi dalam kehidupan sehari-hari. [GO]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .