Ini 3 Faktor Penyebab Sariawan Pada Penderita Covid-19
Sariawan baru-baru ini dilaporkan menjadi gejala baru Covid-19. Meski laporan tersebut masih perlu dikaji lebih dalam, munculnya sariawan di mulut berkaitan erat dengan kondisi tubuh seseorang.
“Prinsipnya, secara keseluruhan, sariawan terkait dengan kondisi mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan,” ungkap Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM, Rabu (3/2).
Menurut Irna, gejala sariawan pada Covid-19 memang tidak khas infeksi virus lain. Contohnya, infeksi cacar yang menyebabkan munculnya sariawan hanya di satu sisi mulut. Atau infeksi virus herpes, yang memunculkan sariawan kecil-kecil dalam jumlah banyak di dalam mulut.
Selain itu, sariawan pada pasien Covid-19 juga tidak spesifik. Atau dengan kata lain, tampilan sariawannya sama dengan pasien yang tidak terpapar Covid-19. Mirip dengan sariawan berjenis stomatitis aftosa rekuren. “Sekarang banyak stomatitis ditemukan pada pasien Covid-19. Baik pada pasien yang sering terkena stomatitis, atau yang tidak ditemukan riwayat pernah terkena stomatitis,” ujar Irna.
Fakta tersebut menguatkan asumsi bahwa sariawan pada pasien Covid-19, dipicu dari kondisi tubuh.
Ada tiga penyebab utama munculnya sariawan pada penderita Covid. Pertama, kondisi badai sitokin. Sitokin merupakan protein yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh, sebagai respons apabila tubuh mengalami infeksi. Perilaku sitokin yang banyak keluar, diistilahkan dengan badai sitokin.
Saat melawan infeksi virus Covid-19, badai sitokin ini yang menyebabkan terjadinya demam tinggi, sesak napas, diare, hingga memicu peradangan pada tubuh. Salah satunya, dalam bentuk munculnya sariawan.
Kedua, stres berlebih. Meningkatnya hormon kortisol akibat stres akan berdampak pada penurunan imunitas. Praktis, kerja sistem imun yang terganggu, dapat memicu sariawan dengan mudah. “Penderita Covid-19 yang mengalami stres luar biasa, bisa memicu hormon tadi menyebabkan sariawan,” imbuh Irna.
Ketiga, tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada pengidap Covid-19. Kurangnya asupan nutrisi sehari-hari akibat susah makan atau minum, juga akan menimbulkan sariawan.
Gejala Lain di Mulut
Selain sariawan, masih ada sejumlah kelainan lain pada mulut, yang dipicu oleh Covid-19. Salah satunya, akibat proses terapi dan tindakan perawatan medis untuk pasien Covid-19.
Irna menjelaskan, selain sariawan berbentuk stomatitis, pasien Covid-19 juga rentan mengalami kelainan lidah, antara lain: lidah pecah-pecah (fissure tongue), munculnya bercak merah dan putih seperti sebuah peta (geographic tongue) hingga munculnya lapisan tebal atau plak pada lidah.
Sementara pada rongga mulut, pasien juga bisa mengalami bercak merah pada rongga mulut, air liur yang menjadi kental, rongga mulut berjamur, infeksi virus herpes, serta kelainan nonspesifik seperti munculnya bercak kemerahan di sekitar amandel.
“Gejala ini mungkin bisa muncul sebagai koinfeksi atau manifestasi sekunder, dari penyakit sistemik yang menyertainya,” kata Irna.
Salah satu gejala yang umum terjadi adalah hilangnya indra perasa. Ini juga merupakan salah satu kelainan pada rongga mulut. Gangguan perasa/pengecapan ini paling sering terjadi. Menjangkiti sekitar 45 persen pasien Covid-19.
Irna menjelaskan, tidak ada penanganan khusus untuk menangani kelainan pada rongga mulut dari pasien Covid-19. Tiga faktor utama penyebab sariawan tersebut bisa ditangani dengan mencukupi kebutuhan nutrisi, memperbaiki kelainan sistemik, serta mengendalikan stres.
“Pasien bisa minum obat anti-inflamasi, stresnya harus dipulihkan, asupan gizinya diperhatikan, serta menggunakan obat kumur yang mengandung povidone iodine,” pungkas Irna. [HES]
]]> Sariawan baru-baru ini dilaporkan menjadi gejala baru Covid-19. Meski laporan tersebut masih perlu dikaji lebih dalam, munculnya sariawan di mulut berkaitan erat dengan kondisi tubuh seseorang.
“Prinsipnya, secara keseluruhan, sariawan terkait dengan kondisi mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan,” ungkap Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM, Rabu (3/2).
Menurut Irna, gejala sariawan pada Covid-19 memang tidak khas infeksi virus lain. Contohnya, infeksi cacar yang menyebabkan munculnya sariawan hanya di satu sisi mulut. Atau infeksi virus herpes, yang memunculkan sariawan kecil-kecil dalam jumlah banyak di dalam mulut.
Selain itu, sariawan pada pasien Covid-19 juga tidak spesifik. Atau dengan kata lain, tampilan sariawannya sama dengan pasien yang tidak terpapar Covid-19. Mirip dengan sariawan berjenis stomatitis aftosa rekuren. “Sekarang banyak stomatitis ditemukan pada pasien Covid-19. Baik pada pasien yang sering terkena stomatitis, atau yang tidak ditemukan riwayat pernah terkena stomatitis,” ujar Irna.
Fakta tersebut menguatkan asumsi bahwa sariawan pada pasien Covid-19, dipicu dari kondisi tubuh.
Ada tiga penyebab utama munculnya sariawan pada penderita Covid. Pertama, kondisi badai sitokin. Sitokin merupakan protein yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh, sebagai respons apabila tubuh mengalami infeksi. Perilaku sitokin yang banyak keluar, diistilahkan dengan badai sitokin.
Saat melawan infeksi virus Covid-19, badai sitokin ini yang menyebabkan terjadinya demam tinggi, sesak napas, diare, hingga memicu peradangan pada tubuh. Salah satunya, dalam bentuk munculnya sariawan.
Kedua, stres berlebih. Meningkatnya hormon kortisol akibat stres akan berdampak pada penurunan imunitas. Praktis, kerja sistem imun yang terganggu, dapat memicu sariawan dengan mudah. “Penderita Covid-19 yang mengalami stres luar biasa, bisa memicu hormon tadi menyebabkan sariawan,” imbuh Irna.
Ketiga, tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada pengidap Covid-19. Kurangnya asupan nutrisi sehari-hari akibat susah makan atau minum, juga akan menimbulkan sariawan.
Gejala Lain di Mulut
Selain sariawan, masih ada sejumlah kelainan lain pada mulut, yang dipicu oleh Covid-19. Salah satunya, akibat proses terapi dan tindakan perawatan medis untuk pasien Covid-19.
Irna menjelaskan, selain sariawan berbentuk stomatitis, pasien Covid-19 juga rentan mengalami kelainan lidah, antara lain: lidah pecah-pecah (fissure tongue), munculnya bercak merah dan putih seperti sebuah peta (geographic tongue) hingga munculnya lapisan tebal atau plak pada lidah.
Sementara pada rongga mulut, pasien juga bisa mengalami bercak merah pada rongga mulut, air liur yang menjadi kental, rongga mulut berjamur, infeksi virus herpes, serta kelainan nonspesifik seperti munculnya bercak kemerahan di sekitar amandel.
“Gejala ini mungkin bisa muncul sebagai koinfeksi atau manifestasi sekunder, dari penyakit sistemik yang menyertainya,” kata Irna.
Salah satu gejala yang umum terjadi adalah hilangnya indra perasa. Ini juga merupakan salah satu kelainan pada rongga mulut. Gangguan perasa/pengecapan ini paling sering terjadi. Menjangkiti sekitar 45 persen pasien Covid-19.
Irna menjelaskan, tidak ada penanganan khusus untuk menangani kelainan pada rongga mulut dari pasien Covid-19. Tiga faktor utama penyebab sariawan tersebut bisa ditangani dengan mencukupi kebutuhan nutrisi, memperbaiki kelainan sistemik, serta mengendalikan stres.
“Pasien bisa minum obat anti-inflamasi, stresnya harus dipulihkan, asupan gizinya diperhatikan, serta menggunakan obat kumur yang mengandung povidone iodine,” pungkas Irna. [HES]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .