Holding Ultra Mikro Tata Kembali Ekosistem Usaha Wong Cilik .
Pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan tiga entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN), adalah sarana untuk kembali menata ekosistem usaha wong cilik dan membangun pondasi ekonomi nasional di masa mendatang.
Hal itu disampaikan Ekonom Universitas Indonesia (UI) yang juga Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi.
Menurut Faisal, begitu dalamnya dampak yang dirasakan oleh pelaku mikro Tanah Air pada masa pandemi Covid-19 lantaran kurangnya integrasi.
Menurut Faisal, pembentukan holding dapat menjadi sarana bagi pemerintah untuk kembali menata ekosistem pembiayaan dan pemberdayaan usaha mikro ke depannya.
“Pemerintah ingin holding ini lebih spesifik menjangkau banyak pelaku usaha di daerah terluar dan membangun integrasi yang lebih baik. Cara ini sangat baik terutama di masa post-pandemi untuk membangun pondasi ekonomi di masa depan,” katanya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah membentuk Holding Ultra Mikro dengan mengintegrasikan ekosistem tiga BUMN yang melayani sektor ultra mikro dan UMKM, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Faisal mengatakan, Pegadaian dan PNM mampu melakukan pendampingan pada segmen ultra mikro secara lebih intensif.
Upaya yang dilakukan PNM pun juga akan membantu meningkatkan inklusi keuangan karena akan banyak mendorong pelaku usaha unbankable untuk memiliki tabungan terlebih dahulu.
Sementara, BRI yang kuat dalam permodalan dan likuiditas pun dapat meningkatkan kinerja Pegadaian dan PNM secara langsung dalam melakukan pendampingan.
“Terlebih, integrasi data dari holding tersebut tentu akan mampu menangkap banyak potensi pertumbuhan ultra mikro berkualitas di tahun ini,” tegas Faisal.
Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto sebelumnya berpandangan, holding yang diprediksi rampung dalam waktu dekat ini akan sangat berperan menjaga kestabilan pelaku ultra mikro.
“Dalam waktu dekat ini, holding akan mampu menjaga kestabilan. Namun, dalam jangka panjang proses empowering sektor usaha mikro dan kecil akan lebih powerful,” katanya.
Toto menjelaskan, dalam masa pandemi ini holding akan mampu meningkatkan perannya sebagai penjaga kinerja pelaku ultra mikro. Terlebih, segmen ultra mikro ini sangat bergantung pada tingkat kepercayaan konsumen dan mobilitas masyarakat, yang saat ini belum pulih seutuhnya.
Kepentingan pemerintah dalam Holding Ultra Mikro ini, kata Toto, adalah peningkatan akses pembiayaan ke jutaan sektor usaha mikro dan kecil yang tidak bankable, yang perlu dipercepat dengan rapungnya aksi korporasi ini.
“Konsolidasi tiga BUMN yang bergerak di segmen market yang berhimpitan ini akan jauh lebih efektif dan efisien saat mereka bisa bersinergi semua sumber daya yang dimiliki,” imbuhnya. [WHY]
]]> .
Pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan tiga entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN), adalah sarana untuk kembali menata ekosistem usaha wong cilik dan membangun pondasi ekonomi nasional di masa mendatang.
Hal itu disampaikan Ekonom Universitas Indonesia (UI) yang juga Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi.
Menurut Faisal, begitu dalamnya dampak yang dirasakan oleh pelaku mikro Tanah Air pada masa pandemi Covid-19 lantaran kurangnya integrasi.
Menurut Faisal, pembentukan holding dapat menjadi sarana bagi pemerintah untuk kembali menata ekosistem pembiayaan dan pemberdayaan usaha mikro ke depannya.
“Pemerintah ingin holding ini lebih spesifik menjangkau banyak pelaku usaha di daerah terluar dan membangun integrasi yang lebih baik. Cara ini sangat baik terutama di masa post-pandemi untuk membangun pondasi ekonomi di masa depan,” katanya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah membentuk Holding Ultra Mikro dengan mengintegrasikan ekosistem tiga BUMN yang melayani sektor ultra mikro dan UMKM, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Faisal mengatakan, Pegadaian dan PNM mampu melakukan pendampingan pada segmen ultra mikro secara lebih intensif.
Upaya yang dilakukan PNM pun juga akan membantu meningkatkan inklusi keuangan karena akan banyak mendorong pelaku usaha unbankable untuk memiliki tabungan terlebih dahulu.
Sementara, BRI yang kuat dalam permodalan dan likuiditas pun dapat meningkatkan kinerja Pegadaian dan PNM secara langsung dalam melakukan pendampingan.
“Terlebih, integrasi data dari holding tersebut tentu akan mampu menangkap banyak potensi pertumbuhan ultra mikro berkualitas di tahun ini,” tegas Faisal.
Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto sebelumnya berpandangan, holding yang diprediksi rampung dalam waktu dekat ini akan sangat berperan menjaga kestabilan pelaku ultra mikro.
“Dalam waktu dekat ini, holding akan mampu menjaga kestabilan. Namun, dalam jangka panjang proses empowering sektor usaha mikro dan kecil akan lebih powerful,” katanya.
Toto menjelaskan, dalam masa pandemi ini holding akan mampu meningkatkan perannya sebagai penjaga kinerja pelaku ultra mikro. Terlebih, segmen ultra mikro ini sangat bergantung pada tingkat kepercayaan konsumen dan mobilitas masyarakat, yang saat ini belum pulih seutuhnya.
Kepentingan pemerintah dalam Holding Ultra Mikro ini, kata Toto, adalah peningkatan akses pembiayaan ke jutaan sektor usaha mikro dan kecil yang tidak bankable, yang perlu dipercepat dengan rapungnya aksi korporasi ini.
“Konsolidasi tiga BUMN yang bergerak di segmen market yang berhimpitan ini akan jauh lebih efektif dan efisien saat mereka bisa bersinergi semua sumber daya yang dimiliki,” imbuhnya. [WHY]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .